Induksi Pembentukan Kalus Embriogenik.

dihasilkan dari Dewata 0.66 cm dan terendah dari Oasis 0.18 cm Gambar 11. Perbedaan ukuran diameter kalus terjadi karena kemampuan tiap genotipe berbeda dalam membentuk sel-sel yang membelah diri secara terus menerus sehingga semakin besar diameter kalus maka semakin tinggi aktifitas dan jumlah sel-sel yang membelah diri. Kalus terbentuk karena terjadinya penumpukkan sel-sel yang mengembang akibat masuknya air, unsur hara dan ZPT ke dalam sel. Semua bahan tersebut tidak dapat ditransportasi ke seluruh tubuh tanaman seperti akar, batang, daun sehingga berkumpul di satu tempat membentuk sel amorf. Amien et al . 2007; Hidayat 2007. Keragaman ini menghasilkan dua varietas yang memiliki diameter kalus tinggi yaitu Dewata sebesar 0.66 cm dan Selayar sebesar 0.50 cm Gambar 11. Media yang digunakan untuk memperoleh diameter kalus terbaik adalah media MS + 3 mgl 2.4 D. Konsentrasi tersebut sama dengan penelitiaan Lestari dan Yusnita 2008 yang mengatakan bahwa pada media dengan pemberian 2.4-D 3 mgl menghasilkan diameter kalus tanaman padi yang lebih besar yaitu 0.83 cm. Gambar 11. Diameter kalus dari beberapa genotipe gandum pada media MS+ 2.4-D 3 mgl umur 2 minggu. Menurut Yoshida 1995 kemampuan kalus untuk menghasilkan tunas dipengaruhi zat pengatur tumbuh dan ukuran kalus yang dipindahkan ke media regenerasi. Kultur anther kalus yang berukuran 2-3 mm merupakan kalus yang terbaik untuk dipindahkan ke media regenerasi, sedangkan kalus yang berukuran kurang dari 2 mm sulit beregenerasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa ukuran kalus terbesar adalah pada varietas Dewata dan Selayar sehingga dapat diasumsikan kalus ini sebagai kalus terbaik dan dapat diregenerasikan. Berbedanya diameter kalus varietas Dewata disebabkan karena Dewata sudah beradaptasi di Indonesia. Dewata dan Selayar mempunyai diameter kalus tertinggi karena dua varietas tersebut sudah dilepas dan beradaptasi di tropis. Hasil pengukuran diameter berbanding lurus dengan pembentukan kalus dimana kedua parameter tersebut menghasilkan hasil yang sama yaitu varietas Dewata dan Selayar mempunyai nilai tertinggi. Kalus ke enam genotipe ini secara umum berwarna putih kekuningan berbentuk bulatan kecil dan mudah dipisahkan Dewata, Selayar, Oasis, putih Rabe, Alibey dan kuning HP 1744 Tabel 1. Warna kalus yang berbeda-beda dihasilkan dari jaringan eksplan yang berbeda pula, meskipun terdapat warna sama pada eksplan berbeda. Hal ini disebabkan karena kalus berasal dari lapisan luar sel-sel korteks pada eksplan dengan cara membelah secara berulang yang dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh terutama auksin pada media tersebut Yuwono 2006. Menurut George dan Sherington 1984 bahwa zat pengatur tumbuh auksin menghambat pembentukan klorofil pada kalus sehingga kalus tidak berwarna hijau. Hal ini terbukti dari zat pengatur tumbuh yang digunakan pada media ini adalah auksin 2.4-D, sehingga warna kalus yang terbentuk putih kekuningan, putih dan kuning Tabel 1. . Tabel 1. Hasil skor dan warna kalus gandum pada media MS+2.4D 3mgl. No Genotipe Skor Warna Kalus 1 Dewata 2 Putih kekuningan 2 Selayar 2 Putih kekuningan 3 Alibey 1 Putih 4 Oasis 2 Putih kekuningan 5 Rabe 1 Putih 6 HP 1744 3 Kuning Menurut Peterson dan Smith 1991 kalus embriogenik adalah kalus yang berwarna putih kekuningan, mengkilat dan mudah dipisahkan remah, sedangkan kalus non embriogenik pada umumnya berwarna kuning kecoklatan, agak pucat dan lunak banyak air sehingga sukar dipisahkan. Hasil penelitian ini serupa dengan pengamatan Satyavathi et al. 2004 yang menghasilkan kalus berwarna putih pada media MS + 2.4-D. Penelitian lainnya juga diperoleh kalus embriogenik tanaman gandum berwarna putih, kompak dan nodular pada media MS + 2.4-D Sarker dan Biswas, 2002; Malik et al. 2004; Hassan et al. 2009; Noor et al. 2009. Selain kalus embriogenik juga terdapat kalus non embriogenik berwarna coklat, agak pucat, tidak bernodul dan banyak air Malik et al. 2004. Selain zat pengatur tumbuh berperan dalam warna kalus, tempat inkubasi kalus juga berperan penting. Bila kalus diinkubasi pada ruang tanpa cahaya dihasilkan kalus tidak berwarna hijau karena tidak berfotosintesis. Pada penelitian ini kalus diinkubasikan pada ruang gelap, sehingga warna kalus tidak berwarna hijau.

2. Induksi Mutasi pada Kalus Embriogenik Menggunakan EMS.

Kalus embriogenik gandum varietas Dewata dan Selayar di induksi dengan menggunakan EMS dengan konsentrasi 0.1, 0.3 dan 0.5 dalam waktu 0, 30, 60, 120 dan 180 menit telah menghasilkan Lethal concentration 50 LC 50 yang optimum. LC 50 adalah nilai yang menunjukkan 50 kalus yang diperlakukan EMS dapat tetap hidup dan berkembang serta dapat diregenerasikan. Perlakuan konsentrasi dan waktu perendaman dalam larutan EMS berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus tergantung kepada tingkat sensitivitas suatu sel terhadap perlakuan EMS yang diberikan. Sensitivitas dapat ditentukan melalui respon kalus gandum yang dapat bertahan hidup yang diinduksi EMS pada LC 20 -LC 50 . Semakin lama perendaman dan tinggi konsentrasinya maka semakin sedikit kalus dapat bertahan hidup Gambar 12 dan 13. Gambar 12. Pertumbuhan kalus setelah perlakuan EMS pada varietas Dewata, A. EMS 0.1; waktu 0’, B. EMS 0.1; waktu 30’, C. EMS 0.1; waktu 60’, D. EMS 0.1; waktu 120’, E. EMS 0.1; waktu 180’, F. EMS 0.3; waktu 0’, G. EMS 0.3; waktu 30’, H. EMS 0.3; waktu 60’, I. EMS 0.3; waktu 120’, J. EMS 0.3; waktu 180’, K. EMS 0.5; waktu 0’, L. EMS 0.5; waktu 30’, M . EMS 0.5; waktu 60’, N. EMS 0.5; waktu 120’, O. EMS 0.5; waktu 180’. Penentuan Letal konsentrasi LC 20 dan LC 50 merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan perlakuan induksi EMS untuk memperoleh varian mutan pada suatu tanaman. Tingkat reduksi pertumbuhan kalus varietas Dewata sebesar 20 LC 20 didapat pada konsentrasi 0.3 dengan waktu perendaman sekitar 30 menit 33.16 menit. Tingkat reduksi pertumbuhan kalus varietas Selayar sebesar 20 LC 20 didapat pada konsentrasi 0.1 dengan waktu perendaman sekitar 60 menit 64.84 menit Tabel 2. H G F D C E A B N M L K J I O