PERBANYAKAN BENIH DAN KARAKTERISASI AGRONOMI M1, M2 GANDUM
Triticum aestivum L. YANG DITANAM DI DATARAN TINGGI 1000 m dpl.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah melakukan 1 Aklimatisasi tanaman M1 dan mengetahui keragaan karakter agronomis generasi M1 hasil induksi mutasi. 2
Perbanyakan benih M2 dan Analisis korelasi antar karakter serta Seleksi genotipe M2 untuk karakter agronomi dan daya hasil tinggi yang akan ditanam pada
dataran rendah. Tujuan utama pemuliaan tanaman adalah memperbaiki varietas yang sudah ada guna mendapatkan varietas yang lebih baik atau unggul.
Keberhasilan perlakuan mutasi dengan menggunakan EMS sangat ditentukan oleh sensitivitas genotipe tanaman. Semakin pekat konsentrasi dan lama perendaman
maka semakin sedikit tanaman yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Biogen di Pacet, Cianjur yang mempunyai ketinggian
1000 m dpl mulai bulan November 2011 hingga November 2012. Hasil regenerasi in vitro
diaklimatisasi di dataran tinggi pada polybag ukuran 25 x 20 cm yang berisikan tanah dan kompos 1:1, sebelum ditanam dipinggir polybag diberikan
NPK 2 gram. Setelah lima minggu diberikan NPK 5 gr per polybag. Pemanenan M1 pada masing-masing genotipe diamati semua dan dihitung jumlah bijinya,
kemudian semua biji yang diamati ditanam kembali untuk dilanjutkan pada penanaman M2. Karakter yang diamati pada M1 dan M2 terdiri atas: umur
berbunga, umur masak, umur panen, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang tangkai malai, panjang malai, jumlai malai, jumlah biji, dan bobot biji. Data
dianalisis dengan menghitung rataan dari setiap karakter kuantitatif tanaman kontrol yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman
EMS pada genotipe Dewata, Selayar dan Alibey mempengaruhi keragaan karakter agronomi pada tanaman gandum generasi pertama M1 dibandingkan dengan
tanaman kontrol. Perendaman EMS 0.1 dengan waktu 60 menit pada genotipe Selayar, Alibey dan EMS 0.3 dengan waktu 30 menit meningkatkan nilai
jumlah malai, kecuali pada Selayar mempunyai nilai sama yaitu 3. Karakter yang mempunyai korelasi nyata berpotensi untuk digunakan sebagai karakter seleksi.
Karakter-karakter seleksi yang diperoleh dari hasil analisiss korelasi M1 adalah jumlah total biji, jumlah malai dan panjang malai. Karakter-karakter tersebut
selanjutnya digunakan sebagai karakter seleksi untuk tanaman gandum generasi M2. Generasi M2 dilakukan seleksi berdasarkan hasil rata-rata karakter agronomi
pada mutan gandum generasi M2 yaitu pada jumlah biji per malai dan bobot biji Kata kunci:
Gandum Triticum aestivum, M1, M2, karakterisasi, Analisis korelasi.
Abstract
The purpose of this study were 1 acclimatization of plants M1 and M1 generation agronomic characters result of mutation induction. 2 Propagation
seed M2 and Correlation analysis between the character and M2 genotypes Selection for agronomic characters and high yield that will be planted in the
lowland. The main goal of plant breeding is to improve existing varieties in order to obtain better varieties or superior. The success of mutation by using EMS
treatment is determined by the sensitivity of the plant genotype. The more dense concentration and soaking time eating fewer and fewer plants produced. This
research was conducted at the experimental Biogen BB in Pacet,which has a height of ± 1000 meters above sea level from November 2011 to November 2012.
The results of in vitro regeneration in the acclimatization in the highlands in polybag size of 25 x 20 cm containing soil and compost 1: 1, before being planted
alongside a polybag given NPK 2 grams g. After five weeks given NPK 5 g per polybag. Harvesting M1 in each genotype was observed all and counted the
number of seeds, then all observed replanted seed for planting continued at M2. The characters were observed in M1 and M2 were : Age flowering, Age cook,
Harvesting, Crop High, Number of tillers, stem panicle length, panicle length, number of panicle, number of seeds, and seed weights. Data were analyzed by
calculating the average of each character quantitative control plants were observed. Results showed that soaking treatment EMS in genotype Dewata,
Selayar and Alibey affect the performance of agronomic characters in wheat crops first generation M1 compared to the control plants. Soaking EMS 0.1 with a
time of 60 minutes on genotype Selayar, Alibey and EMS 0.3 with 30 min on genotype Dewata to increase the value of the number of panicles, except in
Selayar have the same value, namely 3. Characters that have a real correlation can potentially be used as a character selection. Characters selection obtained from the
correlation analisiss M1 is the total number of seeds, number of panicles and panicle length. These characters will be used as the character selection for the
wheat crop M2 generation. Generation M2 be selected based on the average yield of wheat agronomic characters in the mutant M2 generation is the number of
grains per panicle and grain weight. Keywords
: Wheat, M1, M2, characterization, analysis correlation.
PENDAHULUAN
Keragaman genetik merupakan dasar dalam meningkatkan perbaikan karakter tanaman melalui pemuliaan tanaman. Upaya mendapatkan varietas
unggul baru melalui pemuliaan tanaman perlu didukung adanya keragaman genetik tanaman tinggi. Keragaman genetik rendah menyebabkan kegiatan
pemuliaan tanaman dalam upaya perakitan varietas unggul baru tidak dapat berjalan cepat. Salah satu keragaman genetik rendah adalah pada tanaman
menyerbuk sendiri, seperti gandum yang baru muncul di alam sebagai akibat dari mutasi atau persilangan antar galur. Peningkatan keragaman genetik tanaman
dapat dilakukan melalui introduksi, hibridisasi, induksi mutasi dan rekayasa genetika. Di antara cara-cara tersebut, induksi mutasi merupakan salah satu cara
yang dipandang paling murah dan cepat dalam upaya peningkatan keragaman genetik tanaman. Teknik induksi mutasi sangat baik digunakan untuk tanaman
yang mengalami masalah karena tidak tersedianya sumber tetua land race contohnya adalah gandum. Khusus di Indonesia, gandum termasuk tanaman yang
memiliki sumber keragaman genetik sangat rendah. Mutan gandum pada tahun 1966 adalah biji dengan irirradiasi sinar X,
β, laser. Sinar gamma meningkatkan produksi, umur genjah, tahan dingin, patogen, rebah, lebih kerdil dan kualitas biji
lebih baik Cheng et al. 1990; Vrinten et al. 1999. Induksi mutasi juga telah dilakukan pada tanaman Sorghum bicolor Larik et al. 2009, dan T. aestivum
Singh dan Balyan 2009.
Tanaman gandum merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang berasal dari lingkungan subtropis, sehingga dalam pengembangannya di lingkungan tropis
perlu dilakukan penelitian. Pada tahun 2003 telah berhasil dirilis varietas baru gandum di Indonesia yang lebih adaptif pada ketinggian 1000 m.dpl. dengan
potensi hasil sekitar 2.95 tonha yaitu varietas Selayar dan Dewata P3TP, 2008. Varietas gandum yang telah dilepas di Indonesia umumnya beradaptasi spesifik
untuk dataran tinggi. Upaya mengadaptasikan tanaman gandum di Indonesia terus dilakukan, terbatas pada lingkungan yang memiliki suhu rendah dan agroekologi
pada ketinggian 1000 m dpl. Kendala pengembangan gandum pada ketinggian 1000 m dpl adalah luas wialyah sangat terbatas dan berkompetisi dengan tanaman
sayuran dan hortikultura lainnya yang memiliki nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi. Upaya pengembangan gandum ke depan di lingkungan tropis, dapat
diarahkan pada lingkungan dataran rendah. Hal ini sangat mendukung dalam peningkatan produksi gandum di Indonesia. Selama ini gandum yang telah
dikembangkan dan dirilis menjadi varietas adalah gandum introduksi.
Menurut Roy 2000 keragaman dalam suatu populasi terdiri atas keragaman fenotipe dan genotipe. Keragaman genotipe adalah keragaman yang tidak dapat
diukur langsung, sedangkan keragaman fenotipe adalah keragaman yang dapat diukur langsung dari karakter yang diamati, dalam hal ini untuk M1 dan M2 yang
diamati adalah keragaman fenotipe. Keragaman genetik pada suatu populasi menentukan efektivitas seleksi untuk mendapatkan genotipe unggul dan seberapa
besar sifat unggul yang diinginkan dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Seleksi terhadap karakter yang mempunyai keragaman genetik tinggi memberikan
kemajuan seleksi pada generasi selanjutnya.
Menurut Beebe et al. 2008 dan Witcombe et al. 2008 pada lingkungan seleksi dapat dilakukan dengan cara seleksi langsung dan seleksi tidak langsung.
Seleksi langsung pada lingkungan bercekaman menghasilkan genotipe unggul yang mampu beradaptasi pada lingkungan yang bercekaman. Seleksi tidak
langsung pada lingkungan tidak bercekaman lebih efisien dibandingkan seleksi langsung jika hasil yang diperoleh dari dua lingkungan tidak berbeda nyata. Daya
hasil merupakan karakter kuantitatif yang menjadi unggulan pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman untuk lingkungan bercekaman diartikan untuk mendapatkan
genotipe toleran unggul dan mempunyai daya hasil tinggi dibandingkan tetuanya Roy 2000.
Keragaman genetik pada bahan pemuliaan merupakan salah satu syarat dasar untuk melakukan seleksi. Seleksi dilakukan pada tahap generasi ke dua M2.
Setelah diperoleh tanaman mutan putatif M1 dari induksi mutasi, seleksi dapat dilakukan dengan metode seleksi pedigree. Metode pedigree dapat
mengidentifikasikan genotipe toleran yang menghasilkan daya hasil tinggi dari pengembangan kultivar tanaman Ali 2012. Generasi awal setelah induksi mutasi
dengan EMS seperti pada M1 belum dapat dilakukan seleksi dan deteksi pengaruh perlakuan mutagen pada keragaman genetik. Pada tahapan sebelumnya, telah
dilakukan penelitian untuk menghasilkan mutan putatif M1 toleran suhu tinggi dengan kombinasi mutasi induksi dan seleksi in vitro. Hasil penelitian tersebut
memperoleh kalus Dewata dan Selayar yang mempunyai respon tumbuh tertinggi dari empat genotipe yang digunakan seperti Alibay, Oasis, Rabe dan HP1744.
Konsentrasi EMS LC
20
-LC
50
yang optimal pada Dewata adalah 0.3 waktu perendaman 30 menit, Selayar 0.1 dengan waktu perendaman 60 menit Sari et
al . 2014.
Penampilan fenotipe untuk karakter-karakter kuantitatif beragam karena adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan dimana tanaman tersebut
ditumbuhkan. Apabila seleksi dilakukan pada generasi awal M1 dapat menurunkan keragaman genetik dibandingkan seleksi yang dilakukan pada
generasi lanjut. Untuk melakukan seleksi dan mendeteksi hasil mutan dilakuakan pada generasi M2 apabila mempunyai perbedaan dengan tetuanya dan
menghasilkan produksi tinggi Van Harten 1998; Ali 2012.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan genotipe mutan gandum generasi M1 dan generasi M2 dengan kriteria seleksi karakter agronomi.
Tujuan khususnya adalah melakukan 1 Aklimatisasi MI dan keragaan karakter agronomis generasi M1 hasil induksi mutasi. 2 Perbanyakan benih generasi M2
pada lingkungan optimum dan analisis korelasi antar karakter serta seleksi genotipe M2 untuk karakter agronomi dan daya hasil tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Biogen di Pacet, Cianjur yang mempunyai ketinggian 1000 m dpl mulai bulan November 2011
hingga November 2012. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu 1 Aklimatisasi MI dan keragaan karakter agronomis generasi M1 hasil induksi mutasi. 2
Perbanyakan benih M2 pada lingkungan optimum dan analisis korelasi antar karakter serta seleksi genotipe M2 untuk karakter agronomi dan daya hasil tinggi
yang selanjutnya ditanam pada dataran rendah Biji M3.
1. Aklimatisasi M1 dan Keragaan Karakter Agronomi Generasi M1
Hasil Induksi Mutasi.
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan BB Biogen di Pacet, Cianjur pada bulan November 2011 hingga Maret 2012. Hasil regenerasi induksi mutasi
yang dapat bertahan hidup, sebanyak 5 mutan putatif MI 1Dw03-30, 2Dw03-30, 3Dw03-30, 1Sl01-60 dan 1Ab01-60 dan 3 varietas kontrol Dewata, Selayar,
Alibey ditanam di polybag ukuran 25 x 20 cm yang berisikan tanah dan kompos 1:1, sebelum ditanam dipinggir polybag diberikan NPK 2 g. Setelah lima minggu
diberikan NPK 5 g per polybag. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara manual dan kimiawi sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan. Pemanenan M1 pada
masing-masing genotipe diamati semua dan dihitung jumlah bijinya, kemudian semua biji yang diamati ditanam kembali untuk dilanjutkan pada penanaman M2.
Karakter yang diamati pada M1 terdiri atas: 1. umur berbunga 2. umur masak 3. umur panen 4. tinggi tanaman 5. jumlah anakan 6. panjang tangkai malai
7. panjang malai 8. jumlai malai 9. jumlah biji per malai dan 10. total biji.
Data dianalisis dengan menghitung rataan setiap karakter kuantitatif tanaman kontrol dan mutan M1 yang diamati dan analisis korelasi. Analisis korelasi
digunakan untuk mengetahui karakter yang berhubungan dengan karakter utama, yaitu untuk memperbaiki respon ikutan dalam penerapan seleksi tak langsung.
Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui karakter morfofisiologi yang berkorelasi dengan hasil, sehingga dapat dijadikan indikator untuk karakter
seleksi. Analisis korelasi dihitung menggunakan SAS 9.1.
2. Perbanyakan Benih M2 di Lingkungan Optimum dan Analisis
Korelasi antar Karakter, Seleksi Genotipe M2 untuk Karakter Agronomi dan Daya Hasil Tinggi yang selanjutnya ditanam pada
Dataran Rendah Biji M3.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Biogen di Pacet, Cianjur pada bulan April 2012 hingga Agustus 2012. Semua biji M2 ditanam di polybag
ukuran 20 x 25 cm yang berisikan tanah dan kompos 1:1, sebelum ditanam dipinggir polybag diberikan NPK 5 g. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara
manual dan kimiawi sesuai dengan kondisi tanaman di lapangan. Pada penanaman M2 hasil produksi tinggi lebih tinggi dari kontrol dilanjutkan pada penanaman
M3, sedangkan hasil produksi yang lebih rendah atau sama dengan kontrol tidak dilanjuti penanamannya. Karakter yang diamati pada M2 terdiri atas: 1. umur
berbunga 2. umur masak 3. umur panen 4. tinggi tanaman 5. jumlah anakan 6. panjang tangkai malai 7. panjang malai 8. jumlai malai 9. jumlah biji per
malai dan 10. bobot biji per malai.
Data dianalisis dengan menghitung rataan dari setiap karakter kuantitatif tanaman kontrol yang diamati. Data mutan M2 dianalisis korelasi antar karakter
menggunakan SAS 9.1 serta dihitung nilai heritabilitasnya. Seleksi karakter agronomi dilakukan melalui seleksi langsung dengan karakter jumlah biji per
malai, bobot biji per malai dan bobot biji per genotipe.
Pendugaan nilai komponen ragam dan heritabilitas: Ragam fenotipe σ
2
p = σ
2
F2= σ
2
p
Ragam lingkungan σ
2
e = σ
2
P1 + σ
2
P2 + σ
2
F1 3
Ragam genetik σ
2
g = σ
2
p - σ
2
e Heritabilitas arti luas dihitung berdasarkan rumus Allard 1960:
h
2 bs
= σ
2
gx 100 σ
2
p
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Aklimatisasi M1 dan Keragaan Karakter Agronomi Generasi M1
Hasil Induksi mutasi
Hasil aklimatisasi pada tanaman mutan gandum generasi M1 sangat sedikit yang dapat bertahan hidup. Ketiga genotipe yang dapat bertahan hidup hanya
mencapai persentase kurang dari 10, seperti Dewata dan Selayar hanya mencapai 1,43 , sedangkan Alibey mencapai 6,66 Tabel 4 dan Gambar 23.
Hal ini disebabkan karena tanaman gandum merupakan tanaman yang berasal dari subtropis, perbedaan kondisi agroklimat di daerah tropis menyebabkan
adaptibilitas dari mutan gandum M1 berbeda. Perbedaan juga terjadi karena perpindahan planlet dari kultur in vitro ke lapangan, sehingga banyak planlet yang
tidak dapat bertahan hidup. Di samping itu curah hujan pada bulan November 2011 sangat tinggi 488.3 mm sehingga mengakibatkan busuk akar pada planlet.
Variasi lingkungan di lapangan selama penelitian di Pacet mempunyai keragaman variasi suhu rata-rata 20.8°C, curah hujan 308.8 mm, penyinaran matahari 35.29
, kelembaban 82.41 dan kecepatan angin 3.2 knot Lampiran 3. Suhu terendah dan tertinggi sekitar 20
– 27 °C. Mutan gandum yang dapat bertahan hidup merupakan mutan yang dapat beradaptasi di daerah tropis.
Tabel 4. Persentase hidup tanaman setelah aklimatisasi Genotipe
Jumlah planlet yang di aklimatisasi
Jumlah tanaman yang hidup
Efesiensi hidup Tanaman
Dewata 209
3 1.43
Selayar 72
1 1.38
Alibay 15
1 6.66
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan perendaman EMS pada genotipe Dewata, Selayar dan Alibey mempengaruhi keragaan karakter agronomi
pada generasi M1 dibandingkan dengan tanaman kontrol. Perendaman EMS 0,1 dengan waktu 60 menit pada genotipe Selayar, Alibey dan EMS 0,3 dengan
waktu perendaman 30 menit meningkatkan nilai jumlah malai, kecuali pada Selayar mempunyai nilai yang sama Tabel 5. Jumlah malai yang dihasilkan
berbeda tiap genotipe. Genotipe Alibey menghasilkan 5 malai, Selayar 3 malai, Dewata masing-masing berjumlah 3, 8 dan 6 malai.
Umur berbunga pada mutan Dewata 2DW03-30 dan 3DW03-30 lebih pendek dibandingkan pada umur bunga kontrol. Umur bunga mutan Dewata 1DW03-30
dan mutan SL01-60 lebih panjang dari kontrol, sedangkan umur berbunga pada mutan Alibey AB01-60 sama dengan tanaman kontrol. Respon umur berbunga
berbeda ini menunjukkan bahwa mutasi mikro teridentifikasi pada M1 dan diamati pada perubahan fenotipik pada morfologi tanaman gandum M1.
Gambar 23. Keragaan pertumbuhan tanaman gandum M1 umur 2.5 bulan. Tabel 5. Karakter morfologi pada tanaman gandum M1.
Genotipe Umur hari
Tinggi Jumlah Panjang cm
Jumlah Bunga
Masak Panen
tanaman cm
anakan Tangkai
malai Malai
malai KontrolAB 60
107 112
62 8
8 5.5
2 Kontrol SL 60
82 92
72 3
13 11
3 KontrolDW 72
114 119
70 4
23 8.5
4 AB01-60
60 107
107 36
5 10.2
6 5
SL01-60 69
102 107
56.5 6
10.3 7.3
3 1DW03-30
75 115
119 62.5
4 16.5
7.5 3
2DW03-30 51
107 112
63.5 8
24.5 8.6
8 3DW03-30
51 107
112 63
6 22.1
8.5 6
Hasil pengamatan pada jumlah total biji menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada tanaman mutan Dewaya dan Alibey dibanding tanaman kontrol,
sedangkan pada tanaman mutan Selayar tidak terjadi peningkatan Gambar 24. Terdapat perbedaan karakter morfologi dan total biji pada tanaman gandum M1
menunjukkan adanya mutasi mikro teridentifikasi pada M1. Hal ini terjadi pada Dewata dan Alibey yang mengalami mutasi optimal atau mutasi yang diinginkan,
sedangkan pada mutan Selayar tidak optimal atau tidak diinginkan.
F E
D C
A B
Gambar 24. Total biji yang dihasilkan pada tanaman gandum M1.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara karakter yang diamati selama penelitian berlangsung. Hasil analisis korelasi antar
karakter agronomi tanaman gandum generasi M1 di daerah Pacet ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis korelasi antar karakter agronomi tanaman gandum generasi M1
BGA MSK
PNN TT
JA PTM
PM JM
MSK 0.356
tn
PNN 0.301
tn
0.899
TT -0.060
tn
0.222
tn
0.624
tn
JA -0.735
tn
-0.556
tn
-0.328
tn
0.321
tn
PTM -0.635
tn
0.247
tn
0.487
tn
0.720
tn
0.577
tn
PM -0.467
tn
0.039
tn
0.419
tn
0.911
0.603
tn
0.899
JM -0.922
-0.151
tn
-0.096
tn
0.156
tn
0.795
tn
0.752
tn
0.524
tn
TB -0.918
-0.071
tn
-0.078
tn
0.055
tn
0.691
tn
0.712
tn
0.430
tn
0.987
Keterangan: BGA=Umur berbunga hari, MSK=Umur masak hari, PNN=Umur panen hari, TT=Tinggi tanaman cm, JA=Jumlah anakan, PTM=Panjang tangkai malai cm,
PM=Panjang malai cm, JM=Jumlah malai, TB=Total biji , dan =Berkorelasi nyata pada taraf kepercayaan 95 dan 99.
tn
=tidak berbeda nyata.
Hasil analisis korelasi karakter agronomi gandum generasi M1 menunjukkan bahwa jumlah malai mempunyai korelasi tinggi terhadap total biji,
atau berkorelasi positif dengan total biji. Semakin banyak jumlah malai yang diperoleh menyebabkan meningkatkan jumlah total biji. Panjang tangkai malai
dan tinggi tanaman mempunyai korelasi positif dengan panjang malai, artinya semakin tinggi panjang tangkai malai dan tinggi tanaman maka semakin tinggi
juga panjang malai gandum tersebut. Nilai korelasi positif pada umur masak terhadap umur panen menunjukkan karakter searah. Hal ini terjadi karena semakin
lama umur berbunga maka semakin lama pula umur panen gandum. Sebaliknya jika karakter mempunyai nilai negatif maka perubahan antar karakter satu dengan
karakter lainnya berlawanan arah atau tidak berbeda nyata Tabel 6.
Karakter yang mempunyai korelasi nyata berpotensi untuk digunakan sebagai karakter seleksi. Karakter-karakter seleksi yang diperoleh dari hasil
analisiss korelasi M1 adalah jumlah total biji, jumlah malai dan panjang malai. Karakter-karakter tersebut selanjutnya digunakan sebagai karakter seleksi untuk
tanaman gandum generasi M2. Keragaan biji gandum generasi M1 yang ditanam di Pacet dapat dilihat pada Gambar 25 dan hasil analisa tanah di Pacet tercantum
pada Lampiran 1.
Gambar 25. Keragaan biji gandum generasi M1 di Pacet 1000 m dpl.. A.Dewata kontrol, B. Selayar kontrol, C. Alibey kontrol,
D. Dewata mutan, E. Selayar mutan, F. Alibey mutan.
2. Seleksi dan Perbanyakan Benih M2 pada Lingkungan Optimum dan
Analisis Korelasi antar Karakter serta Seleksi Genotipe M2 untuk Karakter Agronomi dan Daya Hasil Tinggi .
Hasil rata-rata karakter agronomi pada mutan gandum generasi M2 yang dibandingkan dengan kontrol ditampilkan pada Tabel 7 dan 8. Hasil menunjukkan
bahwa adanya perbedaan antara tanaman kontrol dengan tanaman mutan. Persentase tumbuh lebih tinggi dari kontrol pada generasi M2 adalah 11 genotipe,
rata-rata pertumbuhannya lebih dari 60. Tinggi tanaman mutan yang lebih tinggi dari kontrol terdapat 8 genotipe. Keragaman tinggi tanaman tersebut berkisar
antara 67.67
– 87.90 cm Tabel 7 dan nilai tinggi tanaman tersebut termasuk kategori sedang sampai tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Budiarto 2005
yang mengelompokkan tanaman gandum tropis ke dalam kategori pendek bila tanaman tersebut mempunyai kisaran antara 53.5-62.2 cm, kategori sedang antara
65.2-76.9 cm dan tinggi jika mencapai lebih tinggi dari 76.9 cm.
D A
E B
C
F
Tabel 7. Hasil rata-rata karakter agronomi pada mutan gandum generasi M2 yang di tanam di Kebun Percobaan Pacet 1000 m dpl.
Genotipe TP
BGA MSK
PNN PTM
PM TT
Dewata K 60.00
72.60 88.60
102.0 13.00
9.60 77.60
DW-0.3.30-1
96.15
40.40 67.44
71.16
17.54 11.10
87.90
DW-0.3.30-2 57.14
40.81 69.00
73.00 10.84
11.66 78.09
2DW-0.3.30-1 30.00
43.00 67.22
72.11 10.22
10.83
71.41 2DW-0.3.30-2
62.96
40.24 67.24
72.12
13.26 11.09
78.56
2DW-0.3.30-3 25.00
42.63 69.38
72.25 10.81
10.94
71.44 2DW-0.3.30-4
66.67
44.80 71.30
76.30 11.55
10.95 78.83
2DW-0.3.30-5
75.86
41.77 73.77
78.59
13.48 10.93
79.34
2DW-0.3.30-6 48.39
42.00 73.27
79.33 11.83
10.53
75.5 2DW-0.3.30-7
45.45 41.00
73.30 78.20
12.10
10.70
75.35 2DW-0.3.30-8
44.44 41.88
73.88 77.75
7.63
10.38
67.5 3DW-0.3.30-1
36.36 39.25
71.00 78.00
7.63
11.38
67.75 3DW-0.3.30-2
57.14 40.25
72.38 78.44
10.56
11.34
75.63 3DW-0.3.30-3
5.56 41.00
73.00 77.00
3.00
11.00
60.00 3DW-0.3.30-4
50.00 42.27
74.73 79.6
10.63
11.00
77.73 3DW-0.3.30-5
43.24 42.38
74.31 79.5
9.59
11.03
75.81 3DW-0.3.30-6
61.76
41.14 73.14
77.76 12.55
10.55 78.86
Selayar K 60.00
57.66 73.33
90.33 13.33
10.33 73.00
SL-01.1-1
83.33 58.00
79.20 96.20
3.60 6.80
61.20 SL-0.1.1-2
50.00 57.45
106.9 113.18
4.18 8.36
75.73
SL-0.1.1-3 100.00 61.00
106.0 110.75
4.75 9.25
68.25 Alibey K
60.00 68.66
91.00 98.66
5.30 9.80
64.66 AB-01.1-1
79.31
51.74 79.61
84.22
8.70
8.93
67.67
AB-01.1-2
71.43
51.12 77.88
81.52
6.48
8.64 64.08
AB-01.1-3
96.88
45.45 72.87
77.39 4.42
8.43 60.47
AB-01.1-4 50.00
51.64 78.21
83.86 6.07
8.57 60.71
AB-01.1-5
83.33
49.70 78.30
83.30 4.10
9.00 55.90
Keterangan: BGA=umur berbunga, MSK=umur masak, PNN=umur panen, TT=tinggi tanaman, JA=jumlah anakan, PTM=panjang tangkai malai, PM=panjang malai, JM=jumlah
malai, = berbeda nyata dengan nilai lebih tinggi dibandingkan kontrol
Jumlah per malai pada generasi M1 yang ditanam adalah 25 genotipe yang semuanya berhasil tumbuh menjadi tanaman, kecuali malai ke 3 pada genotipe
Dewata, sehingga genotipe yang tumbuh ada 24. Genotipe tersebut terdiri atas 5 genotipe Alibey, 3 genotipe Selayar, dan 16 genotipe Dewata Tabel 9. Untuk
parameter umur masak dan umur panen terdapat 3 genotipe lebih tinggi dibanding kontrol, artinya waktu panen pada mutan ini lebih panjang 2-4 hari. Panjang malai
berpengaruh positif pada semua mutan Dewata, sedangkan mutan Selayar dan Alibey tidak berpengaruh Tabel 7. Jumlah anakan dan jumlah malai berpengaruh
positif pada semua mutan Dewata, Selayar dan Alibey.
Tabel 8. Hasil rata-rata karakter agronomi pada mutan gandum generasi M2 yang di tanam di Kebun Percobaan Pacet
1000 m dpl. Genotipe
JA JM
JBM BBP
Dewata K 3.70
2.30 35.55
0.98 DW-0.3.30-1
5.24 3.48
37.28 1.24
DW-0.3.30-2
5.69 3.75
44.31 1.42
2DW-0.3.30-1
6.89 3.78
33.67
1.27
2DW-0.3.30-2
7.29 3.35
40.29 1.35
2DW-0.3.30-3
8.63 3.88
32.00
1.21
2DW-0.3.30-4
6.35 3.10
35.90 1.25
2DW-0.3.30-5
5.86 3.64
30.82
1.01
2DW-0.3.30-6
6.93 3.40
33.00
1.07
2DW-0.3.30-7
8.20 3.50
31.22 0.92
2DW-0.3.30-8
8.88 3.75
34.63
0.99
3DW-0.3.30-1
7.75 3.75
35.25
1.13
3DW-0.3.30-2
7.75 3.31
41.06 1.38
3DW-0.3.30-3
19.00 4.00
29.00
1.03
3DW-0.3.30-4
8.33 3.20
36.00 1.04
3DW-0.3.30-5
7.19 3.19
34.31
1.00
3DW-0.3.30-6
6.00 3.52
36.57 1.14
Selayar K 3.00
2.70 31.11
1.02 SL-01.1-1
6.40 4.00
25.75 0.91
SL-0.1.1-2
5.82 3.18
27.75 0.99
SL-0.1.1-3
5.75 4.00
31.00
1.09
Alibey K 4.00
2.33 39.44
1.19 AB-01.1-1
6.13 3.43
44.00 1.20
AB-01.1-2
6.56 3.16
40.00
1.13 AB-01.1-3
5.97 2.74
46.00 1.53
AB-01.1-4
8.86 3.21
33.25 1.02
AB-01.1-5
8.40 3.00
36.50 1.06
Keterangan: JA=jumlah anakan, JM=jumlah malai, JBM=jumlah biji per malai, BBP=bobot biji per malai , = Berbeda nyata dengan nilai lebih tinggi dibandingkan kontrol
Persentase tanaman yang tumbuh pada generasi M2 dapat dilihat pada Tabel 9. Tanaman mutan yang tertinggi persentase tumbuhnya adalah mutan
Dewata 1DW0330 sebesar 78.8. Jumlah tumbuh keseluruhan mutan adalah 69.76. Persentase tumbuh tanaman mutan lebih dari 50 memberikan pengaruh
positif untuk dikembangkan selanjutnya pada generasi M3. Keragaan biji M2 ditampilkan pada Gambar 26.