Seleksi Kalus pada Suhu 27 - 35°C secara In Vitro.

atau sorbitol 4-6 pada tahap regenerasi tampaknya menjadi efisien dan optimum dalam mendapatkan mutan. Penambahan sorbitol 3 untuk tahap regenerasi tidak menimbulkan stress karena proliferasi kalus sangat tinggi sebesar 80 pada tanaman gandum varietas Rawal 87 Rashid et al. 2002. Pada media RG3 kalus cenderung membentuk akar dibandingkan tunas, sehingga tidak terjadi keseimbangan antara tunas dan akar. Bila akar muncul terlebih dahulu maka tunas menjadi terhambat. Hal ini diduga berkaitan erat dengan interaksi antara genotipe dan macam zat pengatur tumbuh yang ditambahkan dalam media regenerasi ini. Jika kalus diinduksi pada media regenerasi dan membentuk tunas terlebih dahulu akar akan menjadi tanaman lengkap. Sebaliknya apabila kalus yang diinduksi di media regenerasi yang membentuk akar terlebih dahulu maka tidak akan menjadi tanaman lengkap namun hanya terbentuk kalus rhizogenik Gambar 20. Menurut Purnamaningsih dan Mariska 2005 kalus rhizogenik adalah kalus yang lebih cepat membentuk akar daripada tunas. Rhizogenesis terjadi pada kombinasi perlakuan media yang mengandung auksin lebih tinggi dibandingkan sitokinin George dan Sherington, 1984. Dari penelitian ini, walaupun tidak ada penambahan auksin dalam media RG3 kalus tetap membentuk akar lebih cepat dan semakin lama semakin banyak sampai memenuhi permukaan kalus. Hal ini diduga karena auksin endogen dalam tanaman gandum sangat tinggi sehingga dapat menginduksi pertumbuhan akar yang sangat cepat. Gambar 20. Rhizogenesis pada media regenerasi RG3. Kalus yang ditumbuhkaan pada media RG4, RG5 dan RG6 tidak menghasilkan tunas maupun akar baik pada Dewata dan Selayar Gambar 21 dan 22. Pada media tersebut kalus berubah warna menjadi putih, tidak terjadi pertumbuhan tunas, sampai umur 12 minggu. Pada media RG4, RG5 dan RG6 tidak ditambahkan sukrosa yang telah diganti dengan sorbitol. Tidak adanya pertumbuhan pada kalus disebabkan karena tidak adanya sukrosa didalam media, walau terdapat sorbitol gula alkohol. Sukrosa merupakan sumber karbohidrat untuk tanaman sehingga dapat tumbuh dan berkembang, tanpa sukrosa tidak terdapat energi. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa gula tetap dibutuhkan dalam media untuk pertumbuhan tanaman. Sukrosa lebih mudah diserap oleh tanaman dibandingkan gula alkohol sorbitol. Menurut George Sheringtom 1984 sukrosa merupalan sumber karbon penting yang digunakan sebagai penyusun sel, seperti untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan diferensiasi sel. Gambar 21. Pertumbuhan regenerasi kalus Selayar menjadi planlet pada berbagai macam media. ARG0. BRG1. C RG2. D RG3. ERG4. F RG5.G RG6 Gambar 22. Regenerasi kalus Dewata menjadi planlet pada berbagai macam media. ARG0. BRG1. C RG2. D RG3. ERG4. F RG5.G RG6. Empat minggu pada media regenerasi tunas berkembang dan akar mulai tumbuh, sehingga membentuk planlet. Pada umur 12 minggu planlet dapat dikeluarkan ke rumah kaca aklimatisasi. Tahap regenerasi secara in vitro setelah perlakuan induksi mutasi dan seleksi in vitro merupakan tahap yang sangat A G F E D C B E D C B A G F penting karena dapat digunakan sebagai penanda bahwa induksi mutasi telah mengakibatkan perubahan pada sel atau jaringan. Daya regenerasi kalus membentuk tunas sangat ditentukan oleh waktu pemindahan kalus ke media regenerasi. Rata-rata pemindahan kalus varietas Dewata dan Selayar ke media regenerasi adalah 36 hari, lebih dari 60 hari rata- rata kalus tidak bertunas. Menurut Purnamaningsih 2006 setiap varietas memiliki kepekaan yang berbeda-beda untuk bertahan di media induksi kalus, seperti varietas Cisadane, Ciherang dan T-309 dapat bertahan sampai 60 hari. Varietas IR64 hanya dapat bertahan sampai 40 hari. Jumlah hari sejak kalus diinduksi sampai dipindahkan ke media regenerasi sangat menentukan frekuensi regenerasi Chung et al. 1992. Tabel 3. Jumlah akar varietas Dewata dan Selayar pada berbagai macam media No Media Jumlah Akar Selayar Jumlah Akar Dewata 1 RG0 6-10 6-10 2 RG1 1-5 3 RG2 1-5 1-5 4 RG3 11 11 5 RG4 6 RG5 7 RG6 Keterangan: 0 = tidak ada akar, 1-5 = akar sedikit, 6-10 = akar sedang, 11 = akar banyak. SIMPULAN Pembentukan kalus embriogenik tertinggi diperoleh pada Dewata dan Selayar dikarenakan varietas tersebut mempunyai respon tinggi dalam pembentukan kalus dan diameter kalus tertinggi pada media MS + 2.4-D 3 mgl. Peningkatan dosis EMS dan waktu perendaman pada kalus embriogenik menghambat pertumbuhan kalus. Semakin tinggi dosis EMS dan semakin lama waktu perendaman, maka semakin sedikit kalus yang bertahan hidup. Seleksi in vitro yang menghasilkan kalus tertinggi adalah pada suhu 27°C sedangkan pada suhu 35°C tidak terdapat kalus yang bertahan hidup. Formulasi media terbaik untuk regenerasi kalus hasil mutasi dan seleksi in vitro adalah RG2 MS + BA 0.1 mll + kinetin 2 mgl + tyrosin 0.05 gl + sorbitol 6 + sukrosa 3 yaitu 44 Dewata dan 36 Selayar. PERBANYAKAN BENIH DAN KARAKTERISASI AGRONOMI M1, M2 GANDUM Triticum aestivum L. YANG DITANAM DI DATARAN TINGGI 1000 m dpl. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melakukan 1 Aklimatisasi tanaman M1 dan mengetahui keragaan karakter agronomis generasi M1 hasil induksi mutasi. 2 Perbanyakan benih M2 dan Analisis korelasi antar karakter serta Seleksi genotipe M2 untuk karakter agronomi dan daya hasil tinggi yang akan ditanam pada dataran rendah. Tujuan utama pemuliaan tanaman adalah memperbaiki varietas yang sudah ada guna mendapatkan varietas yang lebih baik atau unggul. Keberhasilan perlakuan mutasi dengan menggunakan EMS sangat ditentukan oleh sensitivitas genotipe tanaman. Semakin pekat konsentrasi dan lama perendaman maka semakin sedikit tanaman yang dihasilkan. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Biogen di Pacet, Cianjur yang mempunyai ketinggian 1000 m dpl mulai bulan November 2011 hingga November 2012. Hasil regenerasi in vitro diaklimatisasi di dataran tinggi pada polybag ukuran 25 x 20 cm yang berisikan tanah dan kompos 1:1, sebelum ditanam dipinggir polybag diberikan NPK 2 gram. Setelah lima minggu diberikan NPK 5 gr per polybag. Pemanenan M1 pada masing-masing genotipe diamati semua dan dihitung jumlah bijinya, kemudian semua biji yang diamati ditanam kembali untuk dilanjutkan pada penanaman M2. Karakter yang diamati pada M1 dan M2 terdiri atas: umur berbunga, umur masak, umur panen, tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang tangkai malai, panjang malai, jumlai malai, jumlah biji, dan bobot biji. Data dianalisis dengan menghitung rataan dari setiap karakter kuantitatif tanaman kontrol yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman EMS pada genotipe Dewata, Selayar dan Alibey mempengaruhi keragaan karakter agronomi pada tanaman gandum generasi pertama M1 dibandingkan dengan tanaman kontrol. Perendaman EMS 0.1 dengan waktu 60 menit pada genotipe Selayar, Alibey dan EMS 0.3 dengan waktu 30 menit meningkatkan nilai jumlah malai, kecuali pada Selayar mempunyai nilai sama yaitu 3. Karakter yang mempunyai korelasi nyata berpotensi untuk digunakan sebagai karakter seleksi. Karakter-karakter seleksi yang diperoleh dari hasil analisiss korelasi M1 adalah jumlah total biji, jumlah malai dan panjang malai. Karakter-karakter tersebut selanjutnya digunakan sebagai karakter seleksi untuk tanaman gandum generasi M2. Generasi M2 dilakukan seleksi berdasarkan hasil rata-rata karakter agronomi pada mutan gandum generasi M2 yaitu pada jumlah biji per malai dan bobot biji Kata kunci: Gandum Triticum aestivum, M1, M2, karakterisasi, Analisis korelasi.