yang dilakukan untuk mempertahankan dan melanjutkan garis keturunan dari masing-masing sistem kekerabatan itu adalah dengan pengangkatan anak.
Sistem kekerabatan ini juga mempengaruhi sistem hukum perkawinannya, seperti masyarakat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal perkawinannya
bersistem perkawinan semenda dimana pelamaran dilakukan oleh pihak wanita kepada pihak pria dan setelah perkawinan suami mengikuti tempat kedudukan dan
kediaman isteri. Sebaliknya jika sistem kekerabatan patrilineal, hukum perkawinannya bersistem perkawinan jujur dimana pelamaran dilakukan oleh
pihak pria kepada pihak wanita dan setelah perkawinan isteri mengikuti tempat kedudukan dan kediaman suami. Demikian pula suatu masyarakat yang menganut
kekerabatan parental, maka sistem hukum perkawinannya bebas dimana pelamaran dilakukan oleh pihak pria dan setelah perkawinan kedua suami isteri
bebas menentukan tempat kedudukan dan kediaman mereka.
46
B. Jenis-Jenis Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Tionghoa
Dulu masyarakat Tionghoa menganut sistem kekerabatan patrilineal. Tetapi sekarang ini, masyarakat Tionghoa terutama Tionghoa peranakan
khususnya di Kota Medan, menganut sistem kekerabatan parental.
Dalam tradisi Tionghoa ada 3 jenis pengangkatan anak : 1.
Anak tersebut anak yatim piatu tidak diketahui nama marganya, nama orangtuanya. Biasanya jenis seperti ini kita berhak memberi nama anak
tersebut dan memberi nama marganya dia sebagai anggota keluarga kita.
46
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, hal 9-10
Universitas Sumatera Utara
2. Anak tersebut anak yatim piatu ada nama marganya, jenis ini tidak perlu
diberi nama marganya tinggal kasih namanya, dia masih bisa tinggal dalam lingkungan keluarga kita.
3. Anak yang di kwepang atau anak asuh. Kategori anak asuh adalah anak yang
punya orangtua dan punya nama marganya dan nama sendiri, biasanya anak yang di kwepang masih tinggal bersama orangtua aslinya, dan memanggil
keluarga kita sebagai anggota keluarga dalam. Contoh si A di kwepang sama keluarga B. Si A tetap memanggil papa dan mama kandungnya sendiri
biasanya AI atau Ithio bibi atau paman. Sementara di dalam keluarga si B ia memanggil Papa dan Mama dalam artian memiliki dua orangtua.
47
Tradisi Tionghoa, anak yang kurang sehat kwepang adalah “anak yang kondisi badannya kurang sehat atau tidak cocok dengan orangtuanya menurut
perhitungannya, biasanya menitip anak asuh tujuannya adalah agar si anak bisa tumbuh dengan sehat dan masih menghormati kedua orangtuanya sendiri dan
orangtua asuhnya”.
48
Biasanya dalam tradisi Tionghoa ada jenis kwepang kepada para dewata terutama Dewi laut atau Ma Cho Po, tujuannya adalah agar si anak dilindungi
47
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
48
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
Universitas Sumatera Utara
oleh Ma Cho Po dalam perjalanan hidupnya tidak mengalami gangguan dari segi kesehatan, makhluk halus dan sebagainya sampai ia dewasa.
49
1. Demi pendidikan dan nama depan anak, juga demi kesehatan si anak
Ada 2 dua alasan utama urusan angkat anak di budaya Tionghoa yaitu sebagai berikut :
2. Karena alasan adanya unsur si anak dengan orangtuanya yang menurut
perhitungan tidak terdapat kecocokan atau saling terjadi perselisihan.
50
Kondisi pertama itu biasanya anak dari keluarga yang miskin, mencari ayah angkat dari keluarga yang berkecukupan. Atau juga berpengharapan biar
anaknya pintar, dicari ayah angkatnya yang berpendidikan tinggi. Orangtua yang takut kehilangan anaknya karena menurut perhitungannya pendek umur maka
dicari orang lain yang dianggap berbadan sehat dan panjang umur. Menurut Halim Loe, upacara pengangkatan itu taroh 1 meja, disebutnya
ganpanzi, di atasnya ada teko arak, cagkir, hiolo, lilin. Anak yang mau diangkat anak dibimbing kepada orangtua angkatnya dan kasih anak, makanan terus bilang
“ayah angkat silahkan minum dan makan”. Orang yang mengangkat anak terus kasih nama kepada anak angkat itu. Orangtua anak angkat itu memberi celana,
ikat pinggang kepada orangtua angkat anaknya. Orangtua angkat itu kasih baju untuk anak angkatnya, dibajunya ditaruh 1 satu jarum yang artinya secara tulus
hati mengangkat itu anak, dan terkadang dikasih bawang yang bunyinya chong
49
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
50
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
Universitas Sumatera Utara
yang senada dengan chongming yang artinya pintar. Berharap anak angkatnya menjadi pintar.
51
Menurut Ong Boon Kok, pengangkatan anak dilakukan setelah kedua pihak menyetujui adanya pengangkatan anak, kemudian terpenuhi syarat-syarat
pengangkatan anak, lalu anak yang akan diangkat serta orangtua angkat akan pergi ke klenteng untuk disumpah. Namanya sumpah “angkat anak”. Bila anak
yang diangkat ternyata agamanya berbeda dengan orangtua angkat, maka anak tersebut harus masuk agama orangtua angkatnya terlebih dahulu. Kemudian
kepada anak yang akan diangkat dikasih gelang warna-warni yang tebuat dari kain oleh seorang Bhik-Hu yang menyaksikan dan sekaligus sebagai saksi
pengangkatan anak tersebut sebagai tanda anak telah sah diangkat oleh orangtua angkat.
52
Ritual pengangkatan anak dalam budaya Tionghoa tergantung dari agamanya masing-masing. Mayoritas keturunan Tionghoa tergantung Tionghoa
menganut agama Budha Kong Fu Cu tapi ada juga yang beragama Islam, Khatolik, Hindu, dan Protestan.
53
Setelah proses pengangkatan anak melalui upacara adat, biasanya masyarakat Tionghoa yang melakukan pengangkatan anak akan membuat akta
51
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
52
Wawancara dengan Ong Boon Kok, Tokoh Masyarakat Adat Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 17 Februari 2012
53
Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011
Universitas Sumatera Utara
pengangkatan anak dihadapan notaris untuk digunakan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi pengangkatan anak.
54
Menurut Ong Boon Kok, Setelah melalui proses pengangkatan anak dengan upacara adat di klenteng, biasanya kalau anak itu berasal dari bukan
keluarga orangtua angkat atau lingkungan luar, maka langkah selanjutnya dibuatlah acara syukuran dikalangan keluarga yang menandakan bahwa anak
tersebut telah diangkat oleh orangtua yang bersangkutan. Tapi kalau anak berasal dari keluarga dekat orangtua angkat, maka tidak diadakan acara syukuran,
malahan dilakukan secara diam-diam. Kemudian ada juga sebagian masyarakat yang melakukan pengangkatan anak dihadapan notaris. Sebagai alat bukti yang
sah bahwa pengangkatan anak telah dilakukan.
55
C. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Tionghoa