Syarat-Syarat Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Tionghoa

pengangkatan anak dihadapan notaris untuk digunakan sebagai alat bukti bahwa telah terjadi pengangkatan anak. 54 Menurut Ong Boon Kok, Setelah melalui proses pengangkatan anak dengan upacara adat di klenteng, biasanya kalau anak itu berasal dari bukan keluarga orangtua angkat atau lingkungan luar, maka langkah selanjutnya dibuatlah acara syukuran dikalangan keluarga yang menandakan bahwa anak tersebut telah diangkat oleh orangtua yang bersangkutan. Tapi kalau anak berasal dari keluarga dekat orangtua angkat, maka tidak diadakan acara syukuran, malahan dilakukan secara diam-diam. Kemudian ada juga sebagian masyarakat yang melakukan pengangkatan anak dihadapan notaris. Sebagai alat bukti yang sah bahwa pengangkatan anak telah dilakukan. 55

C. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak Dalam Hukum Adat Tionghoa

Dalam masyarakat Tionghoa, untuk melaksanakan pengangkatan anak maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 56 a. Adanya suami istri Syarat ini merupakan syarat utama dalam hal pengangkatan anak, sebab yang benar-benar menghendaki seorang anak suatu keluarga suami isteri yang 54 Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011 55 Wawancara dengan Ong Boon Kok, Tokoh Masyarakat Adat Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 17 Februari 2012 56 Wawancara dengan Ong Boon Kok, Tokoh Masyarakat Adat Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 17 Februari 2012 Universitas Sumatera Utara pada lazimnya belum mempunyai anak, sehingga berniat untuk mengangkat anak dengan maksud untuk dijadikan sebagai anak mereka. Namun sebagaimana dimaklumi bahwa pengangkatan anak adalah merupakan suatu perbuatan hukum yang jelas menimbulkan berbagai akibat hukum, sehingga orangtua suami isteri calon orangtua angkat harus betul-betul telah sepakat mengangkat anak tersebut. Tegasnya bila suami isteri akan mengangkat anak, maka terlebih dahulu suami istei tersebut harus sepakat untuk itu. b. Adanya anak yang diangkat Syarat adanya anak yang bakal diangkat ini juga merupakan syarat utama dalam pengangkatan anak. Tanpa adanya anak yang bakal diangkat, jelas tidak akan dapat dilaksanakan pengangkatan anak tersebut. Anak angkat adat ini dapat perempuan dan dapat pula laki-laki. Tetapi pada umumnya pada masyarakat Tionghoa yang diangkat sebagai anak angkat adat adalah anak laki-laki. Yang dapat diangkat anak pada prinsipnya ialah masih kecil, yang masih bayi. Tidak ada suatu ketentuan batas usianya dan anak yang masih dalam kandungan juga dapat dicalonkan sebagai anak angkat. 57 Dengan demikian pada masyarakat Tionghoa yang dapat diangkat sebagai anak angkat adalah baik anak laki-laki maupun anak perempuan. Tetapi umur anak yang akan diangkat tersebut lazimnya adalah pada saat anak belum dewasa. Hal ini dimaksudkan adalah agar anak tersebut belum menyadari dan mampu berfikir tentang apa yang terjadi terhadap dirinya. Sehingga apabila ia telah 57 Wawancara dengan Ong Boon Kok, Tokoh Masyarakat Adat Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 17 Februari 2012 Universitas Sumatera Utara dewasa, ia tetap beranggapan bahwa orangtua angkatnya itu adalah sebagai ayah kandungnya sendiri. c. Persetujuan antara orangtua kandung dengan calon orangtua angkat Syarat adanya persetujuan orangtua kandung dari calon anak angkat dengan calon orangtua angkat adalah merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi untuk terjadinya pengangkatan anak tersebut. Dengan kata lain, kesepakatan atau adanya persetujuan antara orangtua kandung dengan calon orangtua angkat harus ada sehubungan dengan pengangkatan anak yang dimaksud. Tidak mungkin akan terjadi pengangkatan anak apabila tidak ada persetujuan atau kesepakatan antar orangtua kandung dengan calon orangtua angkat. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua angkat dalam pengangkatan anak pada masyarakat Tionghoa adalah sebagai berikut : 1. Berstatus kawin dan berumur minimal 25 dua puluh lima tahun atau maksimal 45 Tahun. 2. Selisih umur calon orangtua angkat dengan calon anak angkat minimal 20 dua puluh tahun. 3. Pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak sekurang-kurangnya sudah kawin 5 lima tahun dengan mengutamakan keadaan yaitu sebagai berikut: a. Tidak mungkin mempunyai anak dengan surat keterangan dokter kebidanan, dokter ahli b. Belum mempunyai anak, atau Universitas Sumatera Utara c. Mempunyai anak kandung seorang d. Mempunyai anak angkat seorang dan tidak mempunyai anak kandung. 4. Dalam keadaan mampu ekonomi berdasarkan surat keterangan dari pejabat yang berwenang, serendah-rendahnya lurahkepala desa setempat. 5. Berkelakuan baik berdasarkan surat keterangan dari kepolisian RI. 6. Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keteranga dokter pemerintah. 7. Mengajukan pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan anak. Sedangkan persyaratan-persyaratan calon anak angkat yang dapat diangkat adalah : 1. Anak yang akan diangkat berumur kurang dari 5 lima tahun balita; 2. Persetujuan dari orangtua kandung anak yang akan diangkat. 58 Setelah persyaratan calon orangtua angkat dan anak angkat telah terpenuhi, maka masyarakat adat Tionghoa juga membuat laporan tertulis kepada Dinas Sosial. Hal ini dilakukan jika anak yang akan diangkat tersebut diangkat melalui yayasan sosial. Setelah terpenuhinya persyaratan tersebut barulah orangtua angkat mendapatkan izin untuk pengangkatan anak. Izin Departemen Sosial menjadi dasar permohonan penetapan diajukan kepada Pengadilan Negeri setempat. 58 Wawancara dengan Ong Boon Kok, Tokoh Masyarakat Adat Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 17 Februari 2012 Universitas Sumatera Utara Sehingga dapatlah dikatakan bahwa untuk mendapatkan izin pengangkatan anak diajukan kepada Departemen Sosial, sedangkan penetapan atau pengesahan terhadap pengangkatan anak tersebut diajukan kepada Pengadilan Negeri setempat. Tatacara untuk memperoleh izin pengangkatan anak dari Departemen Sosial, maka harus mengacu kepada Keputusan Menteri Sosial Tanggal 14 Juli 1984 Tentang Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak menurut Kep-Men Sosial tanggal 14 Juli 1984 No.41HUKKEPVII1984 Tentang Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak khusus antar warga negara Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Permohonan izin dilakukan kepada Kantor Wilayah Departemen Sosial setempat dengan ketentuan sebagai berikut : a. Diajukan secara tertulis diatas kertas bermaterai b. Ditandatangani sendiri atau kuasanya sesuai dengan peraturan yang berlaku c. Memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud dalam angka IV huruf A 2. Tembusan surat permohonan disampaikan kepada Menteri Sosial dan Organisasi Sosial dimana calon anak angkat tersebut berada. 3. Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial setempat dalam mengadakan penelitian atas permohonan tersebut dibantu dengan sebuah tim yang keanggotaannya terdiri dari : a. Pemerintah Daerah Universitas Sumatera Utara b. Kepolisian c. Kantor Wilayah Departemen Kehakiman d. Kantor Wilayah Departemen Kesehatan e. Kantor Wilayah Departemen Agama f. Organisasi Sosial 4. Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial setempat berdasarkan hasil penelitian dalam waktu selambat-lambatnya 3 tiga bulan sejak diterimanya permohonan tersebut harus memberikan jawaban tertulis. Bagi sebagian masyarakat adat Tionghoa yang akan melakukan pengangkatan anak juga mengajukan permohoanan kepada Pengadilan Negeri Medan untuk memperoleh kepastian tentang status dan kedudukan anak angkat dalam keluarganya. 59 1. Dalam bagian dasar dari isi permohonan tersebut secara jelas diuraikan dasar yang mendorong motif diajukannya permohonan pengesahanpengangkatan anak tersebut. Adapun isi surat permohoanan pengangkatan anak sebagaimana yang diajukan kepada Ketua Pengadilan oleh calon orangtua angkat adalah sebagai berikut : 2. Juga harus tampak bahwa permohonan pengesahan pengangkatan anak itu dilakukan terutama untuk kepentingan calon anak angkat yang bersangkutan dan digambarkan kemungkinan kehidupan hari depan si anak setelah pengangkatan anak terjadi. 59 Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011 Universitas Sumatera Utara 3. Isi petitum bersifat tunggal, yakni tidak disertai In samenloop met petitum yang lain. Umpamanya “agar si anak dari B ditetapkan sebagai anak angkat dari C”. Dari penjelasan mengenai isi dari suatu permohonan pengangkatan anak tersebut, dapat dipahami bahwa dalam suatu permohonan pengesahan pengangkatan anak dilarang mencantumkan petitum lebih dari dua tuntutan, dengan kata lain tuntutan yang diterapkan dalam surat tersebut hanya berupa permohonan untuk menetapkan anak sebagaimana tersebut dalam surat permohonan itu menjadi anak dari pemohon petitum bersifat tunggal. Pemeriksaan Persidangan Atas Permohonan PengesahanPengangkatan Anak di Pengadilan Negeri dimulai saat Ketua Pengadilan Negeri setempat menerima permohonanpengesahan anak, maka selanjutnya hakim menentukan hari sidang untuk dilakukan pemeriksaan persidangan terhadap permohonan yang diajukan tersebut, dengan mana dipimpin oleh seorang hakimhakim tunggal. Dalam pemeriksaan terhadap permohonan pengesahanpengangkatan anak, maka terdapat pula pembedaan. Hal ini sesuai dengan lampiran yang ada dalam SEMA No. 6 tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA No. 2 tahun 1979 Tentang Pengangkatan Anak, disebutkan sebagai berikut : 1. Dalam hal menerima, kemudian memeriksa dan mengadili permohonan pengesahanpengangkatan anak antar WNI, diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1 Calon orangtua angkat suami, istri orang yang belum menikah sedapat mungkin juga anggota keluarga yang terdekat lainnya anak-anak orangtua angkat yang telah besar. Bila dianggap perlu, juga mereka yang menurut hubungan kekeluargaan dengan calon orangtua angkat WNI atau yang karena status sosialnya dikemudian hari dipandang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan anak untuk selanjutnya. 2 Orangtua yang sahwalinya yang sahkeluarganya yang berkewajiban merawat dan membesarkan anak tersebut. 3 Badan atau yayasan sosial telah mendapat izin dari Departemen Sosialpejabat Instansi Sosial setempat untuk bergerak di bidang kegiatan pengangkatan anak, kalau anak angkat warga negara Indonesia tersebut berasal dari badanyayasan sosial bukan private adoption. 4 Seorang petugaspejabat Instansi Sosial setempat yang akan memberikan penjelasan tentang latar belakang kehidupan ekonomi anak yang dimohonkan, untuk diangkat kalau anak angkat WNI tersebut berasal dari badanyayasan sosial bukan private adoption. 5 Calon anak angkat kalau menurut umurnya sudah dapat diajak bicara. 6 Pihak kepolisian setempat. Universitas Sumatera Utara 2. Pengadilan Negeri memeriksa dan meneliti alat-alat bukt i lain yang dapat menjadi dasar permohonan ataupun pertimbangan putusan Pengadilan antara lain sebagai berikut : a. Surat-surat resmi tentang kelahiran dan lain-lain b. Akta kelahiran, akta kenal lahir yang diandatangani oleh Bupati atau Walikota setempat c. Akta-akta, surat resmi pejabat lainnya yang diperlukan surat izin Departemen Sosial d. Akta notaris, surat-surat dibawah tangan kerespondensi-kerespondensi e. Surat-surat keterangan, laporan sosial, pernyataan-pernyataan f. Surat keterangan dari kepolisian tentang calon orangtua angkat dan calon anak angkat. 3. Pengadilan Negeri mengarahkan pemeriksaan dipersidangan a. Untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang latar belakang atau motif dari pihak-pihak yang akan melepaskan anak termasuk badanyayasan sosial dimana anak tersebut berasal ataupun pihak yang akan menerima anak yang bersangkutan sebagai anak angkat. b. Untuk mengetahui seberapa jauh dan seberapa dalam kesungguhan, ketulusan dan kesadaran kedua belah pihak tersebut akan akibat-akibat dari perbuatan hukum melepaskan dan mengangkat anak tersebut, hakim menjelaskan hal-hal tersebut kepada kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara c. Untuk mengetahui keadaan ekonomi, keadaan rumah tangga kerukunan, keserasian, kehidupan keluarga serta tata cara mendidik dan mengasuh dari kedua belah pihak calon orangtua angkat tersebut. d. Untuk menilai bagaimana anggota keluarga yang terdekat anak-anak yang telah besar dari kedua belah pihak orang tersebut. e. Untuk mengadakan pemeriksaan tempat dimana calon anak angkat itu berada. Menurut hasil wawancara Penulis diketahui bahwa yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat Tionghoa melakukan pengangkatan anak adalah sebagai berikut : 1. Adanya minat untuk mengangkat anak tersebut: a. Dengan tulus ingin mendidik seperti anak sendiri b. Si orangtua angkat betul-betul tidak punya anak angkat c. Mengetahui latar belakang calon anak angkat 2. Mampu dalam arti menunjang pendidikan anak. 60 Secara garis besar yang menjadi pertimbangan masyarakat Tionghoa melakukan pengangkatan anak adalah sebagai berikut: 1. Keadaan kehidupan ekonomi, kehidupan rumah tangga apakah rumah tangga yang bersangkutan dalam keadaan harmonis, cara-cara pendidikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak orangtua yang bersangkutan. 60 Wawancara dengan Halim Loe, Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Kota Medan, di Medan tanggal 24 November 2011 Universitas Sumatera Utara 2. Kesungguhan, ketulusan, kerelaan pihak yang melepaskan serta kesadarannya akan akibat-akibatnya setelah pengangkatan itu terjadi. 3. Kesungguhan, ketulusan serta kerelaan pihak yang mengangkat maupun kesadarannya akan akibat-akibat yang menjadi bebannya setelah pengangkatan itu. 61 Dari uraian tersebut, maka yang menjadi dasar pertimbangan melakukan pengangkatan anak pada masyarakat Tionghoa adalah kehidupan dari suami istri atau calon orangtua angkat, baik itu dari segi ekonomi, kerukunan rumah tangga dan juga ketulusan hati dalam mendidik anak angkat tersebut. Dalam hal pengangkatan anak, masyarakat Tionghoa juga mencari gambaran tentang masa depan anak itu jika berada dalam pemeliharaan calon orangtua angkatnya. Apabila dicermati dengan seksama, maka proses pengangkatan anak bukanlah hal yang mudah, harus melalui proses yang panjang. Hal itu dapat dianggap wajar mengingat kepentingan terhadap masa depan anak itu, yang harus lebih baik dari pada keadaannya saat belum ia diangkat oleh orangtua angkatnya.

D. Kedudukan Anak Angkat Dalam Hal Harta Warisan Orangtua Angkat

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Kedudukan Anak Angkat dalam Hukum Waris Masyarakat Tionghoa di Kota Medan

3 93 133

Refleksi Hukum Harta Perkawinan Dalam Hukum Adat Melayu (Studi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

0 56 8

Refleksi Hukum Harta Perkawinan Dalam Hukum Adat Melayu

0 36 3

AZAZ PERLINDUNGAN DALAM PENGANGKATAN ANAK (Studi Komparatif Antara Hukum Adat, Hukum Perdata dan Hukum Islam

0 3 20

PROSES PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DAN AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGANGKATAN ANAK Proses Pelaksanaan Pengangkatan Anak Dan Akibat Hukum Terhadap Pengangkatan Anak (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

0 2 16

PELAKSANAAN ADOPSI ( PENGANGKATAN ANAK ) BAGI WNI KETURUNAN TIONGHOA DAN AKIBAT-AKIBAT HUKUMNYA DI KOTA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1

BAB II PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK PADA MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA SUKU HAINAN DI KOTA MEDAN A. Dasar Hukum Pengangkatan Anak - Kedudukan Anak Angkat Perempuan Terhadap Harta Warisan Di Kalangan Etnis Tionghoa Suku Hainan Di Kota Medan

0 0 49

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGANGKATAN ANAK PADA WARGA TIONGHOA DI KOTA MEDAN A. Kedudukan Hukum Anak Dalam Hukum Keluarga - Analisis Hukum Terhadap Kedudukan Anak Angkat dalam Hukum Waris Masyarakat Tionghoa di Kota Medan

0 0 35

ANALISIS HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN ANAK ANGKAT DALAM HUKUM WARIS MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN TESIS

0 1 16

STUDI KOMPARATIF PENGANGKATAN ANAK DI TINJAU DARI HUKUM ADAT BALI DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK - Repository UNRAM

0 0 20