rakyat yang selalu berkembang sifat dinamis serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat,
sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dalam kehidupan masyarakat, sebagian besar tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena
mempunyai akibat hukum sanksi.
b. Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat hukum adat adalah sekumpulan orang yang tetap hidup dalam keteraturan dan di dalamnya ada sistem kekuasaan dan secara mandiri, yang
mempunyai kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
16
b. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya keibuan atau matrilinial adalah kekerabatan yang lebih mengutamakan keturunan menurut
garis perempuan. Masyarakat hukum adat merupakan komunitas yang patuh pada peraturan
atau hukum yang mengatur tingkah laku manusia dalam hubungannya satu sama lain baik berupa keseluruhan dari kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar
hidup karena diyakini dan dianut, jika dilanggar pelakunya mendapat sanksi dari para penguasa adat.
Pada dasarnya masyarakat adat terbagi menjadi empat: a. Masyarakat adat yang susunan kekerabatannya kebapakan atau
patrilinial adalah kekerabatan yang mengutamakan keturunan menurut garis keturunan laki-laki.
16
Soerjono Soekantao dan Soleman B Toneko, Hukum Adat Indonesia, Rajawali, Jakarta, 1982, hal.106
Universitas Sumatera Utara
c. Masyarakat adat yang bersendi pada kebapakan dan keibuan atau parentalbilateral adalah kekerabatan yang menarik garis keturunan
dari bapak dan ibu. d. Masyarakat adat yang bersendi kebapakan beralih atau alteneren adalah
kekerabatan yang mengutamakan garis keturunan laki-laki namun adakalanya mengikuti garis keturunan wanita karena adanya pengaruh
dari faktor lingkungan, waktu dan tempat.
17
Secara umum sistem kekeluargaan ini dapat dibedakan dalam 3 corak, Di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia para ahli waris atau waris tidak
terlepas dari susunan kekerabatan atau sistem kekeluargaanketurunan. Sistem kekeluargaan ini sudah berlaku sejak sebelum masuknya ajaran agama Hindu,
Kristen, dan Islam.
18
a. Sistem Patrilinial, adalah sistem kekeluargaan berdasarkan garis kebapakandari pihak ayah, yaitu suatu masyarakat hukum yang
menarik garis kekeluargaan ke atas melalui garis bapak, bapak dari bapak terus keatas sehingga dijumpai seorang laki-laki sebagai
moyangnya. Contoh masyarakat ini adalah Batak, Nias, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Ambon. Pada
asasnya dalam susunan masyarakat, yang mempertahankan sistem ini yang berhak mewaris adalah anak laki-laki, kemungkinan bagi wanita
menjadi ahli waris sangat kecil. yaitu:
17
Hilman Hadikusuma, Hukum Kekerabatan Adat, Fajar Agung, Jakarta, hal. 23
18
Ibid, Hal.20
Universitas Sumatera Utara
b. Sistem Matrilinial, adalah sistem dimana para anggotanya menarik garis keturunan keatas melalui garis ibu, ibu dari ibu terus keatas
sehingga dijumpai seorang perempuan sebagai moyangnya, contoh masyarakatnya adalah Minangkabau, Pesisir Sumatra selatan bagian
utara, Enggana, Lampung Pesisir, dan lain-lain. Yang menjadi ahli waris adalah anak perempuan. Menurut Ter Haar kedudukan
perempuan sebagai ahli waris dalam sistem matrilinial berbeda dengan kedudukan anak laki-laki sebagai ahli waris dalam sistem patrilinial.
c. Sistem Parental atau Bilateral, adalah suatu sistem dimana para anggotanya menarik garis keturunan keatas baik bapakibu terus
keatas hingga dijumpai seorang laki-laki dan perempuan sebagai moyangnya. Contoh, masyarakat Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Madura, Aceh, Riau, Sulawesi dan Kalimantan. Baik anak- anak pria maupun wanita berhak mendapat warisan dari orang tuanya,
baik terhadap harta peninggalan yang tergolong harta pusaka keturunan, maupun yang berasal dari harta bawaan ibu atau ayah,
ataupun harta pencaharian selama hidup mereka.
6. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat