2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Pemeriksaan kehamilan Dukungan suami
1. Dukungan Informasional
2. Dukungan Penilaian
Penghargaan 3.
Dukungan Instrumental 4.
Dukungan Emosional Karakteristik ibu
1. Paritas
2. Usia
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan cross sectional, merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat
bersamaan pada data variabel independen dan dependen sekali waktu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, dan berlangsung selama 6 bulan dimulai saat pembuatan
proposal dari bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Agustus 2011.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dan memiliki
buku KIA berjumlah 139 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh dengan besar sampel
diambil menggunakan rumus
2
1 d
N N
n +
=
yang dikemukakan Slovin dalam Soleh 2005.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: n
: Jumlah sampel
N :
Jumlah populasi yang diketahui N=139 orang d
: Presisi atau tingkat kepercayaanketepatan yang diinginkan d=10
atau 0,1. Perhitungan besarnya sampel adalah :
01 ,
139 1
139 +
= n
39 ,
2 139
= n
n = 58,15 + 10 maka jumlah sampel 63,96 dan dibulatkan menjadi 64 orang. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 74 responden karena peneliti
melakukan pembulatan keatas, hal ini disebabkan ada beberapa desa di Kecamatan Kuta Cot Glie yang hanya terdapat 1 ibu hamil yang bila dihitung dengan rumus
proporsi mendapatkan hasil 0,46. Bila dilakukan pembulatan kebawah maka desa yang hanya mempunyai jumlah ibu hamil 1 orang tidak termasuk menjadi responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode proportional sampling sampel berimbang, yakni dalam
menentukan sampel peneliti mengambil wakil-wakil dari setiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada
di dalam masing-masing anggota kelompok tersebut Arikunto, 2005. Dari jumlah
Universitas Sumatera Utara
yang telah ditetapkan maka untuk pengambilan sampel digunakan teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang akan diambil pada setiap desa dapat dilihat
pada tabel berikut: Tabel 3.1 Jumlah Ibu Hamil yang Menjadi Sampel Penelitian pada
Setiap Desa
No Nama Desa
Jumlah Ibu Hamil
Jumlah Sampel
1 Lampoh Raja
4 4 139x64 =
2 2
Pasar Lampakuk 1
1 139x64 = 1
3 Lampakuk
6 6 139x64 =
3 4
Banda Safa 4
4 139x64 = 2
5 Lamtui
1 1 139x64 =
1 6
Lambegak 13
13 139x64 = 6
7 Lamleupung
6 6 139x64 =
3 8
Keumiree 2
2 139x64 = 1
9 Leupung Baleu
5 5 139x64 =
3 10
Lamleuot 1
1 139x64 = 1
11 Baksukon
4 4 139x64 =
2 12
Cot Bayu 1
1 139x64 = 1
13 Glei Jai
3 3 139x64 =
2 14
Kruweung Blang 5
5 139x64 = 3
15 Kruweng krueng
3 3 139x64 =
2 16
Siron Blang 6
6 139x64 = 3
17 Siron Krueng
3 3 139x64 =
2 18
Bung Simek 8
8 139x64 = 4
19 Sigapang
2 2 139x64 =
1 20
Tutui 6
6 139x64 = 3
21 Pakuk
2 2 139x64 =
1 22
Bithak 2
2 139x64 = 1
23 Lamkleng
3 3 139x64 =
2 24
Barih Lhok 2
2 139x64 = 1
25 Lamsie
4 4 139x64 =
2 26
Lam Aling 11
11 139x64 = 5
27 Leupung Bruk
3 3 139x64 =
2 28
Maheng 10
10 139x64 = 5
29 Ie Alang Lamhui 7
7 139x64 = 3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Lanjutan
30 Ie Alang Dayah 2
2 139x64 = 1
31 Ie Alang Masjid 8
8 139x64 = 4
32 Ie Alang Lamkremeuh 1
1 139x64 = 1
Jumlah 139
74
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yang didapat dari Puskesmas yaitu data cakupan K4 dan data jumlah ibu hamil, sedangkan data dari Dinas Kesehatan Aceh
Besar dan Provinsi Aceh berupa data cakupan K4.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau skor yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur, dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel yang ditunjukkan dengan skor item correct correlation pada analisis reliability statictics.
Uji yang dipakai pada uji validitas ini dengan menggunakan Pearson Product Moment r. Jika skor r hitung r tabel, maka dinyatakan valid dan jika skor r hitung
r tabel, maka dinyatakan tidak valid. Nilai r tabel untuk 30 responden adalah 0,361 Riduwan, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk
menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach”s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika
skor r alpha r tabel, maka dinyatakan reliabel dan jika skor r alpha r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel. Nilai r alpha tabel minimal 0,70 Riduwan, 2005.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada responden yang mempunyai karakteristik hampir sama, yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 30 responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas dari seluruh item kuesioner didapatkan hasil valid dan reliabel
Lampiran 3.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel terikat
dependent variable
Pemeriksaan kehamilan adalah tindakan ibu hamil untuk melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan profesional untuk mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar yang diharapkan, minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali pada trimester ke dua dan minimal
2 kali pada trimester ke 3
3.5.2. Variabel bebas independent variable
1 Dukungan suami adalah suatu bentuk bantuan dorongan yang diterima ibu
Universitas Sumatera Utara
dari suami terhadap pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu, berupa dukungan informasional, emosional, penghargaan penilaian dan instrumental.
a Dukungan informasional yaitu: adanya upaya suami untuk memberikan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan termasuk tablet Fe,
imunisasi TT, buku KIA, jumlah pemeriksaan, tempat pemeriksaan kehamilan.
b Dukungan penghargaan penilaian yaitu: adanya upaya dari suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada
ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. c Dukungan instrumental yaitu: adanya upaya dari suami untuk memberikan
bantuan dalam bentuk dana, waktu dan memfasilitasi ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
b Dukungan emosional yaitu: adanya upaya dari suami untuk membantu menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi mencakup: mendengarkan
keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang, dan motivasi kepada ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan.
2 Karakteristik ibu a
Paritas adalah: jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu pada kehamilan sebelumnya baik kelahiran hidup maupun mati.
b Usia adalah: lamanya hidup sejak lahir sampai dilakukan penelitian yang
dihitung berdasarkan tahun kelahiran.
Universitas Sumatera Utara
c Pendidikan adalah: jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan
ibu dan mendapatkan ijazah. d
Pekerjaan adalah: kegiatan yang dilakukan oleh ibu untuk menghasilkan uang.
3.6. Metode Pengukuran
Metode pengukuran untuk variabel dependent dan variabel independent adalah sebagai berikut:
3.6.1. Variabel terikat dependent variable
Pemeriksaan kehamilan diukur dengan cara melihat buku KIA yang dimiliki ibu, dengan skala ukur ordinal dan hasil ukur memenuhi standar, tidak memenuhi
standar. Kategori memenuhi standar apabila ibu melakukan pemeriksaan sesuai dengan usia kehamilan yaitu trimester I sebanyak 1 kali pemeriksaan atau lebih,
trimester II sebanyak 1 kali pemeriksaan atau lebih, dan trimester III sebanyak 2 kali pemeriksaan atau lebih.
3.6.2. Variabel bebas independent variable
1 Pengukuran variabel dukungan informasional didasarkan pada skala ordinal dari
sembilan pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya bobot nilai 1”dan” tidak bobot nilai 0”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
a Baik, jika
≥ median b
Kurang median.
Universitas Sumatera Utara
2 Pengukuran variabel dukungan penghargaan penilaian didasarkan pada skala
ordinal dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya bobot nilai 1” dan ”tidak bobot nilai 0”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
a Baik, jika
≥ median. b
Kurang jika memperoleh skor median. 3
Pengukuran variabel dukungan instrumental di dasarkan pada skala ordinal dari enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya bobot nilai 1”
dan ”tidak bobot nilai 0”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: a
Baik, jika skor ≥ median.
b Kurang, jika skor median.
4 Pengukuran variabel dukungan emosional didasarkan pada skala ordinal dari
tujuh pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya bobot nilai 1” dan ”tidak bobot nilai 0”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
a Baik, jika skor
≥ median. b
Kurang, jika skor median. 5
Paritas diukur dengan memberikan kuesioner, dengan kategori tidak berisiko apabila paritas ibu
≤ 3, dan kategori be risiko bila paritas ibu 3, skala ukur ordinal.
6 Usia diukur dengan memberikan 1 pernyataan dengan kriteria usia 20 tahun - 35
tahun dikategorikan usia tidak berisiko, usia 20 tahun dan 35 thn dikategorikan usia berisiko, skala ukur ordinal.
Universitas Sumatera Utara
7 Pendidikan ibu diukur dengan memberikan 1 pernyataan dengan kategori
pendidikan tinggi D-IIIS1S2, SLTASederajat dan dasar SDSLTP Sederajat, skala ukur ordinal.
8 Pekerjaan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan kriteria bekerja bila
ibu bekerja dan mendapatkan upah baik bekerja secara formal maupan non formal, dan tidak bekerja bila ibu tidak menghasilkan uang atau ibu tidak
mendapatkan upah, skala ukur ordinal.
3.7. Metode Analisis Data
1 Analisis univariat yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-
variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi frekuensi.
2 Analisis bivariat yaitu analisis untuk melihat hubungan variabel independent dengan dependent dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan
95 p0,05. 3 Analisis multivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat pengaruh sejumlah
variabel independent terhadap variabel dependent dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda dan yang diikutkan dalam kandidat multivariat bila
variabel independent dengan nilai p0,25. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode enter, yaitu semua variabel independen dimasukkan
secara serentak dan pengeluaran variabel dari model berdasarkan pertimbangan statistik Yasril dan Kasjono, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi
Kecamatan Kuta Cot Glie merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Aceh Besar yang berada pada garis 5,2° - 5,8° lintang utara dan 98,0°- 95,8° bujur
timur. Karena kedudukannya dekat dengan garis khatulistiwa, daerah ini memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan
rata-rata tertinggi 347 milimeter dan terendah 11 milimeter pertahun dengan dua musim yaitu musim kemarau dimulai pada bulan Februari hingga bulan Juni dan
musim hujan biasanya jatuh pada bulan September hingga Maret. Kecamatan Kuta Cot Glie berada 22 Km dari ibu kota Kabupaten Aceh
Besar. Luas Wilayah Kecamata Kuta Cot Glie yaitu 230,25 Km
2
a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Indrapuri.
. Secara geografis Kecamatan Kuta Cot Glie berbatasan:
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Seulimum dan Kota Jantho.
c. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mesjid Raya.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
Secara administratif Kecamatan Kuta Cot Glie mempunyai dua kemukiman kelurahan yaitu Kemukiman Lam Leuot dan Kemukiman Glee Yeueng dan terdiri
dari 32 Desa.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Demografi
a. Kependudukan Dilihat dari aspek demografi jumlah penduduk di Kecamatan Kuta Cot Glie
adalah 12.476 jiwa, yang terdiri atas sebanyak laki-laki 6219 jiwa dan perempuan sebanyak 6257 jiwa yang mendiami 2.902 rumah tangga dengan sebagian besar suku
Aceh dan sebagian kecil Jawa dan Minang. Jumlah Wanita Usia Subur WUS sebanyak 3138 jiwa dan Pasangan Usia Subur PUS sebanyak 2115 pasangan.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Kuta Cot Glie
No Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
1 0 – 1 tahun
502 2
1 – 5 tahun 930
3 5 – 6 tahun
891 4
7 – 15 tahun 2493
5 16 - 21 tahun
1269 6
22 – 59 tahun
5591 7
Diatas 60 tahun 800
Total 12476
Sumber: Profil Puskesmas Kuta Cot Glie tahun 2010
Berdasarkan kelompok umur diketahui bahwa jumlah terbanyak pada kelompok umur 22 – 59 tahun sebanyak 5591 jiwa.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Kuta Cot Glie
No Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
1 Tidak Tamat Belum Tamat SD
5310 2
SD 3467
3 SLTP
1870 4
SLTA 1626
7 Akademi Perguruan Tinggi
203
Total 12476
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Kuta Cot Glie diketahui bahwa jumlah terbanyak pada kelompok pendidikan tidak tamat belum tamat SD
sebanyak 5310 jiwa. b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Kuta Cot Glie pada umumnya sama dengan mata pencaharian masyarakat Indonesia pada umumnya. Mata pencaharian utama
masyaralat Kuta Cot Glie adalah petani, peternak dan sebagian kecil pedagang, karyawan PNS TNI POLRI.
4.1.3 Pelayanan Kesehatan
Di Kecamatan Kuta Cot Glie terdapat 1 buah puskesmas induk, 2 buah puskesmas pembantu, dan terdapat 11 poskesdes. Puskesmas induk dikepalai oleh
seorang dokter umum, puskesmas pembantu dikepalai oleh seorang perawat, sedangkan poskesdes dikepalai oleh bidan di desa.
Puskesmas Kecamatan Kuta Cot Glie merupakan puskesmas rawat inap, didukung oleh 67 orang petugas kesehatan. Jumlah masing-masing tenaga kesehatan
dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No Jenis Tenaga Kesehatan
Jumlah orang
1 Dokter Umum Dokter Gigi
2 2
Sarjana Kesehatan Masyarakat 4
3 Perawat
16 4
Perawat Gigi 1
5 Bidan
30 6
Farmasi 3
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Lanjutan
7 Gizi
3 8
Analis 1
9 Kesehatan Lingkungan
3 10
Administrasi 4
Total 67
Sumber: Profil Puskesmas Kuta Cot Glie tahun 2010
4.2 Karakteristik Responden
Pada penelitian ini karakteristik responden yang diamati adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan
kelompok umur sebagian besar responden berada pada usia reproduktif sehat yaitu berumur 20-35 tahun berjumlah 58 orang 78,4, yang berumur 20 tahun hanya
berjumlah 3 orang 4,1, dan yang berumur 35 tahun berjumlah 13 orang 17,5. Berdasarkan pendidikan didapatkan hanya sebagian kecil saja responden
yang berpendidikan terakhir perguruan tinggi yaitu sebanyak 8 orang 10,8, selebihnya berturut-turut berpendidikan tamat SD sederajat sebanyak 12 orang
16,2, berpendidikan tamat SLTP sederajat sebanyak 23 orang 31,1, berpendidikan tamat SLTA sebanyak 31 orang 41,9.
Dilihat dari status pekerjaan responden hampir berimbang antara responden yang bekerja dengan yang tidak bekerja, yaitu yang tidak bekerja berjumlah 38 orang
51,4, dan yang bekerja berjumlah 36 orang 48,6. Dari jumlah responden yang bekerja sebagian besar responden bekerja pada sektor nonformal yaitu petani
sebanyak 31 orang 41,9. Bila ditinjau dari paritas sebagian besar responden mempunyai paritas 1-3 yaitu sebanyak 46 orang 62,2, yang dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa lebih dominan responden mempunyai paritas tidak berisiko. Secara rinci karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Karakteristik Jumlah n
Persentase Umur
1. 20 tahun
3 4,1
2. 20-35 tahun
58 78,4
3. 35 tahun
13 17,5
Total 74
100 Pendidikan
1. Tamat SD sederajat
12 16,2
2. Tamat SLTP sederajat
23 31,1
3. Tamat SLTA sederajat
31 41,9
4. Tamat Perguruan tinggi
8 10,8
Total 74
100 Pekerjaan
1. PNS
2 2,7
2. Pegawai swasta
1 1,3
3. Petani
31 41,9
4. Pedagang
1 1,4
5. Honorarium
1 1,4
6. Tidak Bekerja
38 51,3
Total 74
100 Paritas
1. 1-3
46 62,2
2. 3
28 37,8
Total 74
100
4.3 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden berdasarkan variabel terikat dan bebas dengan menggunakan distribusi frekuensi pada
masing-masing kelompok.
Universitas Sumatera Utara
4.3.1. Distribusi Frekuensi Variabel Pemeriksaan Kehamilan
Variabel pemeriksaan kehamilan terdiri dari dua kategori, kategori sesuai dan tidak sesuai. Kategori sesuai apabila pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu
sesuai standar yang ditetapkan yaitu minimal satu kali pemeriksaan pada trimester I 0-12 minggu, minimal satu kali pemeriksaan pada trimester II 13-24 minggu dan
minimal dua kali pemeriksaan pada trimester III 25 minggu. Berdasarkan Tabel 4.5. persentasi ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori
sesuai lebih dominan mencapai 45 orang 60,8 bila dibandingkan dengan ibu hamil yang memeriksakan kehamilan dengan kategori tidak sesuai yaitu sebanyak 29 orang
39,2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pemeriksaan kehamilan
yang dilakukan oleh ibu sesuai dengan standar. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan
Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Pemeriksaan Kehamilan Jumlah n
Persentase
1. Sesuai
45 60,8
2. Tidak Sesuai
29 39,2
Total 74
100
4.3.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu
Dari 74 responden menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai paritas 1-3 dengan kategori tidak berisiko sebanyak 46 orang 62,2, bila dibandingkan
dengan ibu yang mempunyai paritas 3 dengan kategori berisiko sebanyak 28 37,8. Untuk variabel usia mayoritas ibu berada pada usia reproduktif sehat yaitu
Universitas Sumatera Utara
usia 20-35 tahun dengan kategori tidak berisiko sebanyak 58 orang 78,4, usia 20 tahun dan 35 tahun usia reproduktif tidak sehat dengan kategori berisiko
berjumlah 16 orang 21,6. Berdasarkan pendidikan ibu, didominasi ibu yang menamatkan perguruan
tinggi dan SLTA sederajat dengan kategori berpendidikan tinggi sebanyak 39 orang 52, 7, sedangkan ibu yang menamatkan SD SLTP sederajat dengan kategori
pendidikan dasar berjumlah 35 47,3. Ditinjau dari pekerjaan ibu, hanya terdapat sedikit perbedaan antara ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, yaitu ibu
yang tidak bekerja berjumlah 36 orang 48,6, sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 38 orang 51,4, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Jumlah n
Persentase Paritas
1. Berisiko
28 37,8
2. Tidak Berisiko
46 62,2
Total 74
100 Usia
1. Berisiko
16 21,6
2. Tidak Berisiko
58 78,4
Total 74
100 Pendidikan
1. Dasar
35 47,3
2. Tinggi
39 52,7
Total 74
100 Pekerjaan
1. Bekerja
38 51,4
2. Tidak Bekerja
36 48,6
Total 74
100
Universitas Sumatera Utara
4.3.3. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami 1. Dukungan Informasional
Variabel dukungan informasional diukur berdasarkan sembilan indikator. Distribusi responden berdasarkan dukungan informasional di Kecamatan Kuta Cot
Glie dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan
Indikator Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan
Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No Dukungan Informasional
Jawaban Ya
Tidak Total
n n
n
1 Memberi Informasi harus periksa hamil
26 35,1
48 64,9
74 100,0
2 Memberi informasi melalui bahan bacaan
tentang pentingnya periksa hamil 43
58,1 31
41,9 74
100,0 3
Memberi informasi pentingnya minum tablet besi
59 79,7
15 20,3
74 100,0
4 Memberi informasi tentang pentingnya
imunisasi TT 52
70,3 22
29,7 74
100,0 5
Memberi Informasi bahwa ibu hamil harus banyak istirahat
51 68,9
23 31,1
74 100,0
6 Membaca buku KIA
55 74,3
19 25,7
74 100,0
7 Menganjurkan membaca buku KIA
54 73
20 27
74 100,0
8 Memberi informasi selama hamil minimal
periksa hamil 4 kali 52
70,3 22
29,7 74
100,0 9
Memberi informasi harus periksa hamil ke tenaga kesehatan
49 66,2
25 33,8
74 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa sebanyak 74 responden
100 menyatakan tidak mendapat informasi dari suami harus periksa hamil sebanyak 48 orang 64,9, mendapat informasi dari suami melalui bahan bacaan
tentang pentingnya periksa hamil sebanyak 43 orang 58,1, mendapat informasi dari suami tentang pentingnya minum tablet besi sebanyak 59 orang 79,7,
mendapat informasi dari suami tentang pentingnya imunisasi TT sebanyak 52 orang
Universitas Sumatera Utara
70,3, mendapat informasi dari suami bahwa ibu hamil harus banyak istirahat 51 orang 68,9.
Selanjutnya sebanyak 55 orang 74,3 menyatakan suami mereka ikut membaca buku KIA, sebanyak 54 orang 73 suami menganjurkan ibu untuk
membaca buku KIA, sebanyak 52 orang 70,3 suami ibu memberikan informasi bahwa selama hamil ibu memeriksakan kehamilan minimal 4 kali, dan sebanyak 49
orang 66,2 suami ibu memberikan informasi bahwa ibu harus periksa hamil ke petugas kesehatan.
Secara keseluruhan dukungan informasional yang didapatkan ibu mayoritas berada pada kategori dukungan baik yaitu sebanyak 58 orang 78,4, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 4.8. berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan
Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Dukungan Informasional Jumlah n
Persentase
1. Baik
58 78,4
2. Kurang
16 21,6
Total 74
100
2. Dukungan Penilaian Penghargaan
Pengukuran variabel dukungan penilaian penghargaan berdasarkan enam indikator. Dukungan penilaian penghargaan adalah adanya upaya dari suami untuk
memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian pada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Dalam penelitian ini didapatkan sebanyak 42
Universitas Sumatera Utara
orang 56,8 yang tidak menerima pujian dari suami bila memeriksakan kehamilan pada petugas kesehatan, sebanyak 26 orang 35,1 suami yang menghargai
keputusan ibu untuk memilih tempat pemeriksaan kehamilan. Sebanyak 37 orang 50 suami yang mengingatkan ibu untuk meminum
tablet tambah darah, sebanyak 44 orang 59,5 suami bertanya apa yang disampaikan bidan dokter saat memeriksakan kehamilan, sebanyak 43 orang 58,1
suami mengingatkan ibu melakukan kunjungan ulang, dan sebanyak 38 51,4 suami yang menghargai keputusan ibu memilih tempat persalinan. Selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 4.9. dibawah ini:
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian Penghargaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Cot
Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No Dukungan Penilaian Penghargaan
Jawaban Ya
Tidak Total
n n
n
1 Memberi pujian bila pulang memeriksakan
kehamilan di bidan atau puskesmas 32
43,2 42
56,8 74
100,0 2
Menghargai keputusan ibu untuk memilih tempat pemeriksaan kehamilan
26 35,1
48 64,9
74 100,0
3 Mengingatkan meminum tablet tambah
darah 37
50 37
50 74
100,0 4
Bertanya apa yang disampaikan bidan dokter saat memeriksakan kehamilan
44 59,5
30 40,5
74 100,0
5 Mengingatkan melakukan kunjungan ulang
pemeriksaan kehamilan 43
58,1 31
41,9 74
100,0 6
Menghargai keputusan memilih tempat persalinan
38 51,4
36 48,6
74 100,0
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada indikator dukungan penilaian penghargaan, variabel dukungan penilaian penghargaan dikategorikan menjadi dua
kategori yaitu baik dan kurang.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Penilaian Penghargaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Cot
Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Dukungan Penilaian Penghargaan
Jumlah n Persentase
1. Baik
36 48,6
2. Kurang
38 51,4
Total 74
100
Tabel 4.10 diatas menunjukkan sedikit perbedaan antara dukungan baik dan dukungan kurang namun demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden yang mendapat dukungan kurang dari suami yaitu 38 orang 51,4.
3.
Dukungan Instrumental
Variabel dukungan instrumental diukur berdasarkan pada enam indikator, berupa dukungan suami untuk memberi bantuan berupa dana, waktu dan
memfasilitasi ibu dalam pemeriksaan kehamilan.
Tabel 4.11. Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan
Instrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No Dukungan Instrumental
Jawaban Ya
Tidak Total
n n
n
1 Memberikan dana untuk memeriksakan
kehamilan 23
31,1 51
68,9 74
100,0 2
Mengantarkan memeriksakan kehamilan 25
33,8 49
66,2 74
100,0 3
Mendampingi masuk ke ruang periksa saat periksa hamil
47 63,5
27 36,5
74 100,0
4 Menyediakan transportasi untuk pergi
memeriksakan kehamilan 45
60,8 29
39,2 74
100,0 5
Membantu mengerjakan pekerjaan agar ibu dapat memeriksakan kehamilan
42 56,8
32 43,2
74 100,0
6 Meninggalkan pekerjaan untuk
mengantarkan ibu periksa hamil, jika diperlukan
46 62,2
28 37,8
74 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa sebanyak 51 orang 68,9 suami tidak memberikan dana untuk memeriksakan kehamilan, sebanyak 49 orang 66,2
suami tidak mengantarkan ibu periksa hamil, sebanyak 45 60,8 suami menyediakan transportasi untuk periksa hamil, sebanyak 42 orang 56,8 membantu
pekerjaan rumah agar ibu periksa hamil dan sebanyak 46 orang 62,2 suami bersedia meninggalkan pekerjaan untuk mengantarkan ibu periksa hamil, jika
dibutuhkan. Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Instrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Dukungan Instrumental Jumlah n
Persentase
1. Baik
43 58,1
2. Kurang
31 41,9
Total 74
100
Berdasarkan Tabel 4.12 didapatkan hasil bahwa, secara keseluruhan dukungan instrumental yang didapatkan ibu mayoritas berada pada kategori dukungan baik
yaitu sebanyak 43 orang 58,1.
4. Dukungan Emosional
Pengukuran variabel dukungan emosional berdasarkan delapan indikator, dukungan suami tersebut meliputi mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan
kasih sayang dan motivasi pada ibu selama melakukan pemeriksaan kehamilan seperti pada Tabel 4.13.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Dukungan Emosional Terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Cot Glie
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
No Dukungan Emosional
Jawaban Ya
Tidak Total
n n
n
1 Mendengarkan keluhan ibu sampaikan selama
ibu melakukan pemeriksaan kehamilan 30
40,5 44
59,5 74
100,0 2
Menyenangkan hati ibu selama ibu melakukan pemeriksaan kehamilan
27 36,5
47 63,5
74 100,0
3 Mengerjakan pekerjaan rumah saat ibu merasa
lelah ketika pulang dari memeriksakan kehamilan
52 70,3
22 29,7
74 100,0
4 Membujuk apabila ibu malas memeriksakan
kehamilan 43
58,1 31
41,9 74
100,0 5
Memotivasi ibu memeriksakan kehamilan 44
59,5 30
40,5 74
100,0 6
Menanyakan kelengkapan pemeriksaan kehamilan ibu
58 78,4
16 21,6
74 100,0
7 Menanggapi dengan bertanya, memerhatikan
informasi yang bidan berikan 53
71,6 21
28,4 74
100,0 8
Meminta keluarga yang lain untuk mengantar ibu periksa hamil, bila suami tidak sempat
60 81,1
14 18,9
74 100,0
Berdasarkan Tabel 4.13 tentang dukungan emosional ditemukan bahwa
sebanyak 44 orang 59,5 tidak mendengarkan keluhan, sebanyak 47 orang 63,5 suami ibu tidak menyenangkan hati ibu selama pemeriksaan kehamilan. Selanjutnya
52 orang 70,3 suami mengerjakan pekerjaan rumah saat ibu merasa lelah ketika pulang dari melakukan pemeriksaan kehamilan.
Sebanyak 43 orang 58,1 suami membujuk ibu bila ibu malas periksa hamil, sebanyak 44 orang 59,5 suami memotivasi ibu untuk periksa hamil,
sebanyak 58orang 78,4 suami menanyakan kelengkapan pemeriksaan kehamilan ibu, sebanyak 53orang 71,6 suami menanggapi informasi yang diberikan bidan,
dan sebanyak 60 orang 81,4 suami meminta keluarga lain mengantar ibu periksa hamil bila suami tidak sempat.
Universitas Sumatera Utara
Secara keseluruhan dukungan emosional suami dikategorikan pada dukungan baik yaitu sebanyak 50 orang 67, 6, hal ini berarti sebagian besar ibu mendapat
dukungan emosional dari suami. Secara rinci distribusi responden berdasarkan dukungan emosional dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Dukungan Emosional Jumlah n
Persentase
1. Baik
50 67,6
2. Kurang
24 32,4
Total 74
100 4.4 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian untuk melihat hubungan variabel independen yaitu karakteristik ibu paritas, usia, pendidikan, pekerjaan dan
dukungan suami informasional, penghargaan, instrumental, emosional dengan pemeriksaan kehamilan dengan menggunakan uji chi square test
χ
2
4.4.1. Hubungan Paritas dengan Pemeriksaan Kehamilan.
dengan taraf kemaknaan 95.
Hasil analisis hubungan antara paritas dengan pemeriksaan kehamilan diperoleh bahwa ada sebanyak 7 25 dari 28 paritas ibu berisiko yang melakukan
pemeriksaan dengan kategori tidak sesuai. Sedangkan pada paritas ibu yang tidak berisiko terdapat 24 52,2 dari 46 yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
kategori sesuai. Setelah dilakukan uji chi square didapatkan hasil bahwa tidak
Universitas Sumatera Utara
terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value
0,051.
Secara rinci hubungan paritas dengan pemeriksaan
kehamilan dapat dilihat pada Tabel 4.15. berikut ini: Tabel 4.15 Hubungan Paritas dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan
Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Paritas
1 Berisiko 21
75 7
25 28
100 3,805
0,051 2 Tidak Berisiko
24 52,2
22 47,8
46 100
4.4.2. Hubungan Usia dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan usia dengan pemeriksaan kehamilan terdapat 10 62,5 dari 16 ibu yang usia berisiko melakukan pemeriksaan kehamilan tidak
sesuai, sedang pada usia ibu yang tidak berisiko ada 39 67,2 dari 58 yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai. Setelah dilakukan uji chi
square ada hubungan antara usia ibu dengan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p
value 0,031 p0,05, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut ini: Tabel 4.16. Hubungan Usia dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan
Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Usia
1 Berisiko 6
37,5 10
62,5 16
100 4,655 0,031
2 Tidak Berisiko 39
67,2 19
32,8 58
100
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 29 74,4 dari 39 ibu berpendidikan tinggi yang melakukan pemeriksaan kehamilan
sesuai, sedang pada ibu yang berpendidikan dasar ada 16 45,7 dari 35 yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square
didapatkan nilai p value 0,012 sehingga dapat diambil kesimpulan ada hubungan
antara pendidikan ibu dengan pemeriksaan kehamilan. Tabel 4.17. Hubungan Pendidikan dengan Pemeriksaan Kehamilan di
Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Pendidikan
1 Tinggi 29
74,4 10
25,6 39
100 6,351
0,012 2 Dasar
16 45,7
19 54,3
35 100
4.4.4. Hubungan Pekerjaan dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 20 55,6 dari 36 ibu bekerja yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai,
sedang pada ibu yang tidak bekerja ada 25 65,8 dari 38 yang melakukan pemeriksaan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value
0,367 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemeriksaan kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18. Hubungan Pekerjaan dengan Pemeriksaan Kehamilan
di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Pekerjaan
1 Bekerja 20
55,6 16
44,4 36
100 0,812
0,367 2 Tidak Bekerja
25 65,8
13 34,2
38 100
4.4.5. Hubungan Dukungan Informasional dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan informasional dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 38 65,5 dari 58 ibu mendapat dukungan informasional baik
yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedang pada ibu mendapat dukungan informasional kurang ada 7 43,8 dari 16 yang melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value 0,114 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara dukungan
informasional yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan. Tabel 4.19. Hubungan
Dukungan Informasional dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Dukungan
Informasional 1 Baik
38 65,5
20 34,5
58 100
2,493 0,114
2 Kurang 7
43,8 9
56,3 16
100
Universitas Sumatera Utara
4.4.6. Hubungan Dukungan Penghargaan Penilaian dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan penilaian penghargaan dengan
pemeriksaan kehamilan, terdapat 18 50,0 dari 36 ibu mendapat dukungan penghargaan penilaian baik yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedang
pada ibu mendapat dukungan penghargaan penilaian kurang ada 27 71,1 dari 38 yang melakukan pemeriksaan kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square
didapatkan nilai p value 0,064 sehingga dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan antara dukungan penghargaan penilaian yang diterima ibu dengan
pemeriksaan kehamilan. Tabel 4.20. Hubungan
Dukungan Penghargaan dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Dukungan
Penghargaan 1 Baik
18 50,0
18 50,0
36 100
3,438 0,064
2 Kurang 27
71,1 11
28,9 38
100
4.4.7. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan instrumental dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 31 72,1 dari 43 ibu mendapat dukungan instrumental baik
yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai, sedang pada ibu yang mendapat dukungan instrumental kurang ada 14 45,2 dari 31 yang melakukan pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
kehamilan dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan instrumental yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan,
dengan nilai p value 0,019.
Tabel 4.21. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Pemeriksaan
Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Dukungan
Instrumental 1 Baik
31 72,1
12 27,9
43 100
5,483 0,019
2 Kurang 14
45,2 17
54,8 31
100 4.4.8. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisis hubungan dukungan emosional dengan pemeriksaan kehamilan, terdapat 26 52,0 dari 50 ibu mendapat dukungan emosional baik yang melakukan
pemeriksaan kehamilan sesuai, sedang pada ibu yang mendapat dukungan instrumental kurang ada 19 79,2 dari 24 yang melakukan pemeriksaan kehamilan
dengan kategori sesuai. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan, dengan nilai
p value 0,025.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.22. Hubungan Dukungan Emosional dengan Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar Tahun 2011
Variabel Independen
Pemeriksaan Kehamilan Nilai
X² Nilai
p Sesuai
Tidak sesuai Total
n n
n Dukungan
Emosional 1 Baik
26 52,0
24 48,0
50 100
5,022 0,025
2 Kurang 19
79,2 5
20,8 24
100
4.5 Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama dan untuk melihat variabel paling dominan
terhadap pemeriksaan kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie dengan melalui langlah yaitu:
1. Melakukan analisa pada model deskriptif pada setiap variabel dengan tujuan
untuk mengestimasi peranan variabel masing-masing. 2.
Melakukan pemilihan variabel yang potensial dimasukkan dalam model. Variabel yang dipilih atau dianggap signifikan yaitu variabel yang mempunyai nilai p
kurang dari 0,25 p 0,25. 3.
Setelah diidentifikasi variabel yang signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian secara bersama-sama dengan metode enter untuk mengidentifikasi faktor paling
dominan yang berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan pada nilai p 0,05 dan dimasukkan dalam model persamaan regresi logistic berganda.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini terdapat 7 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan yaitu variabel paritas, usia, pedidikan, dukungan
informasional, dukungan penilaian penghargaan, dukungan instrumental, dukungan emosional. Tahap selanjutnya variabel ini dimasukkan sebagai kandidat untuk
dilakukan analisis multivariat. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap
pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.23
Tabel 4.23. Uji Regresi Logistik No
Variabel Nilai
β Nilai
p
1 Paritas
3,090 0,013
2 Usia
0,230 0,070
3 Pendidikan
2,447 0,143
4 Dukungan Informasional
0,490 0,355
5 Dukungan Penilaian
1,560 0,490
6 Dukungan Instrumental
4,875 0,017
7 Dukungan Emosional
9,335 0,007
Nilai Konstanta 1,946
Dari keseluruhan proses yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari tujuh variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan
adalah dukungan emosional dengan pvalue 0,007 p0,05, dan nilai β 9,3 sehingga
dapat disimpulkan ibu yang mendapatkan dukungan emosional mempunyai kemungkinan 9,3 kali untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
Secara keseluruhan model ini dapat memprediksi besarnya pengaruh paritas, usia, pedidikan, dukungan informasional, dukungan penilaian penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan emosional terhadap pemeriksaan kehamilan
Universitas Sumatera Utara
sebesar 73 overall percentage 79,1 sedangkan 27 dipengaruhi oleh faktor lainnya. Persamaan regresi logistik yang diperoleh sebagai berikut :
Pemeriksaan kehamilan = 1,946constanta +1,807paritas+ -1,471usia+ 0,895 pendidikan+-0,712dukungan informasi+0,445dukungan
penilaian+ -1,584dukungan instrumental + 2.234 dukungan emosional
Persamaan regresi logistik tersebut menunjukkan bahwa pemeriksaan kehamilan akan dilakukan dengan meningkatnya paritas tidak berisiko, usia tidak
berisiko, pendidikan, dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Karakteristik Ibu terhadap Pemeriksaan Kehamilan 5.1.1. Pengaruh Paritas terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Paritas dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu paritas berisiko bila ibu mempunyai paritas 3 dan kategori tidak berisiko bila paritas ibu
≤ 3. Dari hasil penelitian didapatkan ibu dengan paritas yang tidak berisiko lebih
banyak yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar 52,2 bila dibandingkan ibu dengan paritas yang berisiko. Berdasarkan hasil analisis regresi
logistik menunjukkan bahwa paritas ibu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesesuaian pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value 0,013.
Paritas ibu memengaruhi kesesuaian pemeriksaan kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie disebabkan karena sebagian besar masyarakat telah mengenal program
keluarga berencana, ini dibuktikan dengan data keluarga berencana yang tinggi. Dengan masyarakat telah mengenal program keluarga berencana membuat ibu yang
mempunyai paritas 3 enggan untuk memeriksakan kehamilan. Keengganan ini disebabkan mereka merasa malu bila mempunyai anak lebih dari tiga. Selain itu ibu
hamil dengan paritas berisiko yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar dikarenakan ibu tersebut merasa yakin bahwa kehamilannya baik-baik
saja berdasarkan pengalaman kehamilan yang terdahulu.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maulina 2010, penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan
kunjungan antenatal care. Selanjutnya diperkuat oleh penelitian Swenson et al., 1993 dalam penelitiannya mendapatkan hasil wanita dengan paritas tinggi
cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan
perawatan kehamilan. Overbosch et al, 2004 bahwa paritas lebih tinggi pada umumnya merupakan penghalang untuk menggunakan pelayanan ANC.
Dengan melakukan pemeriksaan kehamilan dapat diketahui perkembangan janin dalam kandungan dan dapat dideteksi secara dini bila terdapat kelainan.
Pemeriksaan kehamilan diperlukan walau pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan bayi yang dilahirkan sehat. Selama ini upaya yang telah dilakukan
oleh petugas kesehatan khususnya bidan di wilayah Puskesmas Kuta Cot Glie hanya melakukan penyuluhan pada saat posyandu.
Dengan hanya melakukan penyuluhan di posyandu dapat dipastikan hanya ibu yang datang ke posyandu yang mendapatkan informasi tersebut. Sementara ibu yang
tidak hadir ke posyandu tidak mendapatkan informasi yaitu ibu hamil dengan paritas berisiko karena malu untuk datang ke posyandu.
5.1.2. Pengaruh Usia terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil penelitian secara statistik dengan menggunakan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara usia ibu dengan
pemeriksaan kehamilan dengan nilai p value 0,070 0,05. Ibu hamil yang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai usia tidak berisiko cenderung memeriksakan kehamilan sesuai dengan standar dibandingkan ibu yang mempunyai usia berisiko. Pada penelitian ini usia ibu
digolongkan menjadi dua yaitu usia ibu 20-35 tahun digolongkan usia tidak berisiko dan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 digolongkan usia berisiko.
Di Kecamatan Kuta Cot Glie didapati ibu yang mempunyai usia berisiko usia 20 dan usia 35 tahun tidak memeriksakan kehamilan sesuai standar sebanyak
25. Meskipun hanya sebagian kecil ibu yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar, hal tersebut tidak boleh diabaikan karena sangat besar
manfaat pemeriksaan kehamilan terhadap keselamatan jiwa ibu dan janin. Harus dilakukan upaya-upaya agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu yang
berusia 20 tahun tidak melakukan pemeriksaan kehamilan disebabkan karena merasa terlalu muda untuk hamil dibandingkan teman sebaya mereka. Ibu hamil yang
berusia 20 tahun yang berada di Kecamatan Kuta Cot Glie jarang keluar rumah. Ibu yang berusia 35 tahun tidak melakukan pemeriksaan kehamilan disebabkan mereka
merasa malu untuk memeriksakan kehamilan, hal tersebut dapat dilihat pada saat ibu memeriksakan kehamilan selalu menggunakan kain untuk menutup bagian depan
tubuh ibu. Mereka menganggap bahwa usia diatas 35 tahun tidak pantas lagi untuk hamil, apalagi bila diikuti dengan jumlah anak lebih dari 3 orang, semakin membuat
mereka tidak memeriksakan kehamilan. Dari beberapa orang ibu juga mengatakan mereka merasa kehamilan merupakan hal yang alamiah sehingga tidak perlu periksa
hamil. Hal yang diungkap ibu di daerah penelitian hampir sama dengan pernyataan Mathole et al 2004, yang mengatakan bahwa perempuan yang berusia 35 tahun
Universitas Sumatera Utara
lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua tidak pernah mengalami masalah, tidak
peduli dan menganggap kehamilan merupakan hal biasa. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ciceklioglu et al., 2005 yang
menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan pemeriksaan kehamilan. Matthews et al 2001, berpendapat bahwa mayoritas perempuan dalam
usia tiga puluhan melakukan pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja dan wanita yang lebih tua.
Upaya petugas kesehatan di wilayah Puskesmas Kuta Cot Glie khususnya bidan yang bertugas di desa selama ini adalah mendatangi rumah ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan. Bagi bidan yang tinggal di desa dan mengikuti segala aktifitas kehidupan di desa binaan, bidan dapat mengetahui dengan pasti ibu-
ibu yang hamil. Namun bila bidan yang bertugas di desa tidak tinggal didesa dikarenakan berbagai alasan, hal itu akan terlewatkan.
5.1.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
WHO dalam Deswani 2003, menyatakan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan masalah kesehatan baik untuk dirinya
sendiri maupun keluarganya. Sehingga akan lebih mudah memanfaatkan pelayanan antenatal. Pendidikan memengaruhi cara berpikir, tindakan dan pengambilan
keputusan yang akan dilakukan seseorang untuk memanfaatkan dan menggunakan pelayanan kesehatan. Tingkat pendidikan juga memengaruhi kemampuan seseorang
untuk mendengar, menyerap informasi dan dalam mengambil keputusan. Dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini termasuk mendengarkan, menyerap informasi dan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan uji regresi logistik didapatkan hasil p value 0,143 0,05, yang secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara pendidikan ibu
terhadap kesesuaian pemeriksaan kehamilan. Dalam penelitian ini penelitian responden dikategorikan menjadi dua kategori yaitu responden yang menamatkan SD
sederajat dan SLTP sederajat dikategorikan pendidikan dasar, dan bila responden menamatkan SLTA sederajat dan Perguruan Tinggi dikategorikan pendidikan tinggi
Ada beberapa penelitian yang menguatkan penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kristina 2000, yaitu tidak ada hubungan pendidikan
ibu terhadap kunjungan ulang antenatal care yang dilakukan ibu. Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulina 2010, bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu dengan kelengkapan kunjungan antenatal yang dilakukan ibu.
Sebagian besar ibu hamil yang menjadi responden dalam penelitian ini berpendidikan terakhir SLTA, yang bila dihubungkan dengan variabel pekerjaan
sebagian besar responden bekerja sebagai petani. Selain tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan para responden juga kurang
mengetahui manfaat periksa hamil. Hal itu disebabkan karena responden kurang mendapatkan informasi tentang pentingnya periksa hamil, karena sebagian waktu
dihabiskan disawah.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan responden yang tinggi tidak menjamin kesesuaian pemeriksaan kehamilan, hal ini disebabkan pendidikan yang dilalui oleh responden adalah
pendidikan formal. Meskipun pendidikan tinggi membuat seseorang mudah menyerap informasi dan dalam mengambil keputusan, namun bila informasi tidak
didapat maka seseorang tidak dapat mengambil keputusan. Dalam pendidikan formal responden tidak mendapatkan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Hal ini merupakan salah satu yang membuat responden tidak mengetahui pentingnya manfaat pemeriksaan kehamilan sehingga tidak melakukan pemeriksaan kehamilan.
5.1.4. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan analisis bivariat yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis ditolak dengan nilai p value 0,367 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh
antara pekerjaan terhadap pemeriksaan kehamilan. Untuk selanjutnya
variabel
pekerjaan tidak dimasukkan lagi dalam model selanjutnya.
Hasil penelitian ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sjofiatun 2000, pada penelitian Sjofiatun menyebutkan bahwa status ibu
bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan maupun didaerah perkotaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Kabir et al. 2005, perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja.
Selanjutnya wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal Magadi et al., 2002. Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara
signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan Erci, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Ibu yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi kesehatan, informasi tersebut didapatkan dari teman di tempat bekerja
maupun dari media seperti dari Koran, majalah, internet dan lain-lain. Selain itu ibu yang bekerja secara formal akan mempunyai penghasilan sendiri dan menambah
penghasilan keluarga sehingga dari segi ekonomi akan mapan dan mampu menggunakan fasilitas kesehatan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.
Di Kecamatan Kuta Cot Glie sebagian besar ibu yang bekerja di sektor informal yaitu sebagai petani. Petani bekerja di sawah dari pagi sampai sore hari, hal
inilah salah satu penyebab ibu melakukan pemeriksaan kehamilan tidak sesuai dengan standar. Selain ibu menghabiskan waktu di sawah, pulang dari sawah ibu
harus mengurus keluarga sehingga dapat dipastikan ibu tidak mempunyai kesempatan untuk periksa hamil. Selain itu juga tidak mendapatkan informasi tentang pentingnya
periksa hamil baik dari petugas kesehatan maupun dari media lain. Sehingga ibu tidak tahu dan tidak punya waktu untuk memeriksakan kehamilannya. Ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan bila tidak ke sawah dan mempunyai waktu, sebab selain ke sawah ibu juga mempunyai kegiatan lain seperti menganyam tikar untuk menambah
penghasilan.
5.2 Pengaruh Dukungan Terhadap Pemeriksaan Kehamilan 5.1.5. Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Berdasarkan hasil analisis uji statistik menunjukkan dukungan informasional yang diberikan oleh suami tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kesesuaian pemeriksaan kehamilan, dengan nilai p= 0,234 0,05. Hasil penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Maulina 2010, yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan.
Dukungan informasional adalah dukungan yang diberikan suami berupa pemberian informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan termasuk tablet fe,
imunisasi TT, buku KIA, jumlah pemeriksaan, dan tempat pemeriksaan kehamilan. Secara statistik dukungan informasional dari suami tidak berpengaruh terhadap
kesesuaian pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu. Dari tabulasi silang didapatkan hasil bahwa ibu yang tidak mendapatkan dukungan informasional hanya
sedikit sekali perbedaannya antara yang tidak mendapat dukungan melakukan pemeriksaan kehamilan yang sesuai 43,8, dengan yang tidak mendapat dukungan
dan memeriksakan kehamilan yang tidak sesuai 56,3. Dari hasil penelitian yang dilakukan hanya 35,1 suami memberi informasi
bahwa ibu harus periksa hamil, hal ini membuat ibu tidak memeriksakan kehamilannya. Informasi yang kurang diberikan oleh suami mungkin saja karena
suami sendiri kurang memahami tentang manfaat, kerugian pemeriksaan kehamilan. Karena suami tidak mengetahui tentang penting pemeriksaan kehamilan maka suami
tidak mencari tahu, sehingga suami tidak dapat memberikan informasi kepada ibu. Kurangnya pengetahuan suami tentang pemeriksaan kehamilan dapat juga disebabkan
oleh faktor budaya yang menganggap bahwa urusan kehamilan, melahirkan
Universitas Sumatera Utara
merupakan urusan perempuan sehingga suami tidak perlu mencari informasi tentang pemeriksaan kehamilan.
Selain faktor budaya kurangnya pengetahuan suami disebabkan karena selama ini petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang kehamilan hanya para
ibu yang dijadikan sasaran tanpa melibatkan suami. Penyuluhan hanya dilakukan saat posyandu, sehingga dapat dipastikan yang mendengarkan penyuluhan itu hanya para
ibu.
5.1.6. Pengaruh Dukungan Penilaian penghargaan terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil uji statistik dengan menggunakan regresi logistik berganda didapatkan nilai p value 0,490 p0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa variabel dukungan
penilaian penghargaan tidak berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Dukungan penilaian penghargaan dalam penelitian ini adalah upaya dari
suami untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Dalam penelitian didapatkan
hasil bahwa hanya 43,2 ibu yang mendapat pujian dari suami bila pulang memeriksakan kehamilan. Hal tersebut dapat saja membuat ibu merasa enggan untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan selanjutnya. Para suami yang berada ditempat penelitian bahkan wilayah Aceh khususnya
mempunyai sifat tertutup. Sehingga tidak dapat mengungkapkan perasaannya secara terbuka. Ada perasan malu untuk memuji istri bila tindakan istri benar. Asumsi
Universitas Sumatera Utara
peneliti hal ini yang menyebabkan suami kurang memberikan dukungan penilaian penghargaan.
Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Deswani 2003, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan dukungan sosial dengan kunjungan
antenatal yang dilakukan ibu. 5.1.7. Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil analisa statistik uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel dukungan instrumental pada α 5 berpengaruh terhadap pemeriksaan
kehamilan, dengan nilai p value 0,017p0,05. Ibu hamil yang mendapatkan dukungan instrumental dari suami cenderung melakukan pemeriksaan kehamilan
sesuai standar dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan dari suami. Dukungan instrumental menurut Cohen et al., 1985, menunjukkan
ketersediaan sarana untuk memudahkan perilaku menolong orang yang menghadapi masalah berbentuk materi, pemberian kesempatan dan peluang waktu.
Dukungan instrumental dalam penelitian ini berupa upaya dari suami untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana, waktu dan memfasilitasi ibu untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan. Sehingga dengan didapatkannya dukungan instrumental dari suami, istri melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan
standar yang ada. Hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia demikian juga Aceh, suami adalah pengambil keputusan utama. Oleh karena itu dukungan dari
suami akan sangat besar dampaknya terhadap keputusan ibu untuk memeriksakan kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Faktor budaya yang menganggap bahwa kehamilan, persalinan merupakan urusan perempuan juga merupakan penyebab suami kurang memberikan dukungan
instrumental kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Hal tersebut berdasarkan hasil penelusuran jawaban responden bahwa 33,8 saja suami yang
mengantarkan ibu memeriksakan kehamilan, berdasarkan jawaban tersebut seakan- akan suami tidak peduli terhadap kehamilan istri. Namun sebenarnya suami sangat
antusias menanggapi kehamilan ibu, hal ini dibuktikan berdasarkan jawaban responden bahwa sebagian besar 60,8 suami menyediakan transportasi, membantu
pekerjaan rumah agar ibu dapat memeriksakan kehamilan 56,8 dan mau meninggalkan pekerjaan untuk mengantarkan ibu periksa hamil 62,2.
Dukungan intrumental dari suami terhadap pemeriksaan kehamilan di Keca- matan Kuta Cot Glie lebih pada dukungan yang tidak dilihat oleh orang lain hanya
ibu yang merasakan dukungan tersebut, berdasarkan jawaban responden hanya 33,8 yang mengantarkan ibu periksa hamil. Sebenarnya dengan hanya mengantarkan ibu
untuk periksa hamil secara tidak langsung indikator dukungan instrumental yang lain sudah dilakukan oleh suami, seperti menyediakan transportasi, mendampingi masuk
ke ruang periksa, meninggalkan pekerjaan untuk mengantarkan ibu. Namun belum semua suami melakukan karena faktor budaya tersebut.
Peran tokoh agama sangat dibutuhkan dalam hal ini mengingat masyarakat Aceh sangat menghormati tokoh agama. Selain itu meningkatkan dukungan suami
dapat dilakukan dengan meningkatkan konseling petugas kepada suami pada saat ibu memeriksakan kehamilan. Selama ini jarang dilakukan karena ibu hamil sering
Universitas Sumatera Utara
datang sendiri untuk periksa hamil tanpa ditemani suami. Sehingga informasi penting bagi suami tidak didengarkan langsung oleh suami.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Simkhada et al., 2008, wanita yang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat selama kehamilan dua kali lebih
mungkin untuk hadir dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan dengan wanita yang tidak mendapatkan dukungan. Demikian pula penelitian Simanjuntak
2002, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami
terhadap kunjungan antenatal yang sesuai. 5.1.8. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemeriksaan Kehamilan
Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh antara dukungan emosional yang diterima ibu dengan pemeriksaan kehamilan, dengan nilai p value 0,007 p
0,05. Ibu hamil yang mendapatkan dukungan emosional lebih cenderung memeriksakan kehamilan sesuai standar dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan
dukungan emosional. Nilai exp B 9,335 yang berarti bahwa ibu yang mendapatkan dukungan emosional dari suami mempunyai kemungkinan 9,3 kali untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan sesuai standar dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan emosional dari suami.
Dukungan emosional suami dalam penelitian ini adalah adanya upaya dari suami untuk membantu kenyamanan dan ketenangan emosi, mencakup
mendengarkan keluhan, empati, menunjukkan kasih sayang dan motivasi kepada ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Carter 2002 dalam Kurniarum 2006, yang menyatakan bahwa dukungan suami memberikan kontribusi penting bagi kesehatan. Dukungan sosial
yang dibutuhkan adalah berupa dukungan emosional yang mendasari tindakan. Dengan dukungan tersebut ibu akan merasa diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan
dihargai. Adanya kehadiran orang terdekat dapat mempengaruhi emosional atau efek perilaku bagi penerimanya. Dukungan selama kehamilan berpengaruh terhadap hasil
kehamilan. Menurut Henderson 2005, a
da beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan kemampuan wanita dalam beradaptasi terhadap kehamilan, misalnya
lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi asuhan. Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat memengaruhi persepsi terhadap
kehamilan dan memengaruhi tingkat kecemasan yang ibu alami. Dukungan suami adalah bentuk dukungan dan hubungan baik merupakan
kontribusi yang penting bagi kesehatan. Dukungan emosional yang mendasari pemberian dukungan sosial. Adanya kehadiran orang terdekat dapat memengaruhi
emosional atau efek perilaku bagi penerimanya Larson, 2004. Seorang wanita pada saat hamil terjadi perubahan berupa peningkatan
hormonal yang memengaruhi sistem tubuh baik fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi yang terjadi sering membuat ibu merasa sedih, cemas dan apabila tidak
mendapat dukungan dari orang sekitar ibu merasa tidak dihargai dan disayangi. Dukungan emosional membuat ibu merasa lebih dihargai, nyaman, aman dan
disayangi. Hal ini dapat pula dipengaruhi oleh budaya. Budaya masyarakat Aceh
Universitas Sumatera Utara
yang menganut budaya Islam bahwa yang memegang peranan penting dalam rumah tangga adalah suami. Para ibu akan melakukan pemeriksaan kehamilan apabila ibu
mendapat dukungan dari suami. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Erci 2003, Dukungan sosial yang
diterima dari keluarga meningkatkan jumlah kunjungan dan ibu hamil melakukan kunjungan lebih awal. Sosial support berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
kunjungan antenatal care. Dukungan sosial yang tidak memadai merupakan hambatan untuk
memperoleh pelayanan kehamilan.
5.4. Keterbatasan Penelitian
Pada saat melakukan penelitian, peneliti mengalami kesulitan saat melakukan pengumpulan data. Para ibu hamil yang menjadi responden sulit ditemui karena
penelitian ini dilakukan bertepatan dengan musim tanam padi di sawah, sehingga peneliti hanya punya waktu sore hari untuk melakukan pengumpulan data. Karena
waktu yang terbatas membuat waktu pengumpulan data bertambah panjang. Sampel dalam penelitian ini tersebar di seluruh wilayah Kecamatan Kuta Cot Glie, kecamatan
ini memiliki beberapa desa yang sulit ditempuh. Ketidak seragaman pendidikan responden menyebabkan pemahaman terhadap
kuesioner yang berbeda pada saat pengumpulan data, sehingga pada beberapa responden perlu dilakukan penjelasan tambahan terhadap beberapa item kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan