badannya kurang dari 20 g, tidak mati dalam masa penelitian, tidak mengalami diare dan tidak cacat selama penelitian berlangsung.
Setelah sampel diperoleh dengan menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, di mana di awal penelitian menggunakan 48 ekor mencit Mus Musculus L.
Strain DDW pada akhirnya menjadi 24 ekor mencit sahaja. Hal ini adalah dikeranakan adanya 11 ekor mencit yang mati di sepanjang penelitian, dan paling
banyak mati adalah sebanyak 4 ekor mencit di kelompok mencit diabetik yang diberi glibenklamid. Bagi menyeragamkan jumlah mencit tiap kelompok menjadi 4 ekor
mencit dan penelitian ini melihat perobahan kadar glukosa darah sebelum dan selepas
10 hari pemberian intervensi.
5.1.3 Hasil Analisa Statistik
Penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak bawang putih dengan kaedah maserasi. Pada masa yang sama, kesemua mencit dibiarkan selama 7 hari bagi tujuan
aklimatisasi. Tempoh tersebut dikatakan cukup bagi mengeliminasi kondisi stress disebabkan proses transportasi mencit dan adaptasi terhadap keadaan sangkar dan
lingkungan yang baru. Pada penelitian sebelumnya, didapati 4 hari tidak mencukupi bagi aklimatisasi penuh mencit berdasarkan kadar kortison dan penilaian perlakuan
mencit Tuli, J.S., Smith, J.A., dan Morto, D.B., 1995 Kemudian, tiga dari enam kelompok akan diinduksi diabetes dengan injeksi
alloksan secara peritoneal dosis tunggal 200mgdL Jing dan Yin, 2009. Ini bagi menyediakan suatu model human insulin dependent karena pada dosis ini
diperkirakan dapat merusak sel beta pankreas secara total. Mencit dipuasakan terlebih dahulu sebelum diinduksi alloksan. Setelah 72 jam, kadar gula darah mencit diperiksa
dan mencit dengan kadar glukosa darah KGD ≥ 200 mgdL diklasifikasikan sebagai model mencit diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.1 Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah induksi
Perubahan KGD sebelum dan setelah induksi dapat dilihat seperti dalam Gambar 5.1 di bawah ini.
Gambar 5.1 KGD Sebelum dan Setelah Induksi Alloksan
5.1.3.2 Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Setelah Perlakuan
Efek pemberian plasebo, bawang putih dan glibenklamid terhadap kadar gula darah pada mencit normal dan mencit diabetes yang diinduksi alloksan melalui
perbandingan kadar gula darah KGD sebelum dan setelah 10 hari intervensi. Dari data rerata yang diperoleh masing masing kelompok, dapat dilihat perubahan KGD
sebelum dan setelah masing masing perlakuan untuk setiap kelompok seperti terlihat pada Gambar 5.2 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Perubahan KGD Mencit Sebelum dan Setelah Perlakuan 1 = Normal Plasebo
4 = Diabetik Plasebo 2 = Normal Bawang Putih 350 mgdL
5 = Diabetik Bawang Putih 350 mgdL 3 = Normal Glibenklamid 0,65 mgdL
6 = Diabetik Glibenklamid 0,65 mgdL
Penelitian ini menunjukkan terdapat penurunan rerata KGD pada kelompok mencit normal yang diberi perlakuan glibenklamid dan mencit diabetes yang masing
masing diberi perlakuan plasebo dan ekstrak bawang putih. Manakala untuk kelompok mencit normal diberi plasebo dan ekstrak bawang putih dan mencit
diabetes yang diberi glibenklamid, hasil menunjukkan terdapat peningkatan rerata KGD sebelum dan sesudah masing masing perlakuan.
5.1.3.3 Perubahan dan Deskriptif KGD pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan uji Shapiro Wilk sampel 30 diketahui bahwa semua sebaran data normal karena mempunyai nilai signifikan p0.05 sehingga digunakan rerata
Universitas Sumatera Utara
mean sebagai ukuran pemusatan dan standard deviasi untuk ukuran penyebaran. Perubahan dan deskriptif rerata KGD keenam kelompok perlakuan selama 10 hari
tercantum pada Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Persentase Perubahan dan Deskriptif Rerata KGD pada Tiap Kelompok
Mencit Selama 10 hari Perlakuan
Kelompok Bilangan
Sampel, Rerata Kadar Gula Darah
mgdL Persentase
Perubahan KGD
KGD Sebelum
x̄̄̄̄±SD
KGD Selepas
x̄̄̄̄±SD ormal Plasebo
4 129.50 ±
34.89 148.75 ±
20.84 19.99
ormal Bawang Putih 350 mgkgBB
4 124.00 ±
14.70 148.25 ±
43.37 19.41
ormal Glibenklamid
0,65 mgkgBB
4 118.00 ±
10.42 109.50 ±
4.44 6.79
Diabetik Plasebo 4
250.25 ± 41.95
247.25 ± 62.22
8.56
Diabetik Bawang Putih 350 mgkgBB
4 260.75 ±
40.58 109.50 ±
9.95 57.27
Diabetik Glibenklamid
0,65 mgkgBB
4 273.75 ±
39.40 381.00 ±
49.46 39.68
Keterangan Persentase: KGD akhir – KGD awal X 100
Universitas Sumatera Utara
KGD awal Rerata mean KGD pada kelompok kontrol negatif yaitu mencit normal yang
diberikan plasebo pada awal penelitian adalah 129.50 ± 34.89 mgdL digunakan sebagai nilai normal KGD mencit. Pada kelompok normal bawang putih, KGD
mencit berubah dari 124.00 ± 14.70 mgdL menjadi 148.25 ± 43.37 mgdL dan pada kelompok normal glibenklamid dari 118.00 ± 10.42 mgdL menjadi 109.50 ± 4.44.
Terjadi penurunan KGD pada kedua kelompok diabetes yang diberi plasebo dan ekstrak bawang putih dengan masing masing persentase 8,56 dan 57,27 yaitu
pada mencit diabetik yang diberi plasebo, rerata KGD pada awal dan akhir penelitian adalah 250.25 ± 41.95 mgdL dan 247.25 ± 62.22 mgdL dan pada kelompok mencit
diabetic yang diberi glibenklamid , KGD dari 260.75 ± 40.58 mgdL menjadi 109.50 ± 9.95 mgdL. Sebaliknya, pada kelompok perlakuan glibenklamid, rerata KGD pada
awal dan akhir penelitian yaitu 273.75 ± 39.40 mgdL meningkat menjadi 381.00 ± 49.46mgdL dengan persentase peningkatan sebesar 39,68. Untuk melihat dengan
lebih jelas perubahan KGD mencit setelah diberi perlakuan bagi masing masing kelompok mencit ditampilkan pada Gambar 5.3 di bawah
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Perbandingan kadar gula darah sebelum dan setelah diberikan sediaan uji 1 = Normal Plasebo
4 = Diabetik Plasebo 2 = Normal Bawang Putih 350 mgdL
5 = Diabetik Bawang Putih 350 mgdL 3 = Normal Glibenklamid 0,65 mgdL
6 = Diabetik Glibenklamid 0,65 mgdL
5.1.3.4. Hasil Uji Beda Dua Mean Dependen
Selanjutnya, untuk menilai perbedaan rerata dari KGD awal dan akhir penelitian bagi setiap kelompok data yang dependen digunakan Uji Beda Dua Mean Dependen Uji
T Dependent T Paired dan hasilnya dapat dilihat seperti dalam Tabel 5.2 dibawah
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.2 Hasil Uji Beda Dua Mean Dependen Pasangan
Bilangan Sampel, n
Rerata Perobahan KGD, x̄±SD
mgdl Sig. 2 tailed
ormal Plasebo
4 19.25 ± 33.14
0.329
ormal Bawang Putih 4
24.25 ± 39.46 0.307
ormal Glibenklamid 4
8.50 ± 9.33 0.166
Diabetik Plasebo
4 3.00 ± 24.31
0.821
Diabetik Bawang Putih
4 151.25 ± 38.48
0.004
Diabetik Glibenklamid 4
107.25 ± 29.53 0.005
Keterangan KGD setelah perlakuan – KGD sebelum perlakuan Berdasarkan tabel di atas, secara analitik terdapat perubahan yang tidak
signifikan yaitu p ≥ 0.05 pada kelompok normal plasebo, normal bawang putih, normal glibenklamid dan diabetik plasebo. Secara deskriptif terjadi kenaikan KGD
mencit pada kelompok normal plasebo dan kelompok normal bawang putih yaitu masing masing sebanyak 19.25 ± 33.14 mgdL dan 24.25 ± 39.46. Manakala pada
kelompok normal glibenklamid dan diabetic plasebo terjadi penurunan sebanyak 8.50 ± 9.33 mgdL dan 3.00 ± 24.31 mgdL. Pada kelompok diabetik bawang putih,
terdapat perubahan yang signifikan, p=0.004 p 0.05 yaitu penurunan KGD mencit
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 151.25 ± 38.48 mgdL. Pada kelompok diabetik glibenklamid pula, terdapat kenaikan signifikan p=0.005 p 0.05 yaitu sebanyak 107.25 ± 29.53.
5.1.3.5 Hasil Uji Beda Dua Mean Pada Kelompok Independen
Uji ANOVA satu arah dilakukan bagi mendeterminasi ada atau tidaknya perbedaan signifikan antara kelompok independen bagi keenam enam kelompok.
Sebelum itu, data perlu berada dalam kesamaan dari varians yaitu nilai p 0.05 pada uji Levene’s. Hasil yang didapat bagi penelitian ini adalah p 0.720. Uji ANOVA satu
arah dapat digunakan karena syarat sebaran data normal dan varians data homogen terpenuhi. Uji tersebut menghasilkan nilai p 0.000 p 0.05 dan disimpulkan
terdapat perbedaan yang bermakna dari perobahan kadar gula darah antara kelompok. Oleh sebab itu, dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk mengetahui kelompok mana
yang berbeda secara bermakna.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3 Uji post hoc Tukey
IKelompok JKelompok
Sig. Normal Plasebo
Normal Bawang Putih 1.000
Normal Glibeklamid 0.314
Diabetik Plasebo 0.951
Diabetik Bawang Putih 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.031
Normal Glibenklamid Normal Plasebo
1.000 Normal Glibenklamid
0.233 Diabetik Plasebo
0.892 Diabetik Bawang Putih
0.000 Diabetik Glibenklamid
0.046 Normal Glibenklamid
Normal Plasebo 0.314
Normal Bawang Putih 0.233
Diabetik Plasebo 0.796
Diabetik Baawang Putih 0.003
Diabetik Glibenklamid 0.000
Diabetik Plasebo Normal Plasebo
0.951 Normal Bawang Putih
0.892 Normal Glibenklamid
0.796 Diabetik Bawang Putih
0.000 Diabetik Glibenklamid
0.005 Diabetik Bawang Putih
Normal Plasebo 0.000
Normal Bawang Putih 0.000
Normal Glibenklamid 0.003
Diabetik Plasebo 0.000
Diabetik Glibenklamid 0.000
Diabetik Glibenklamid Normal Plasebo
0.031 Normal Bawang Putih
0.046 Normal Glibenklamid
0.000 Diabetik Plasebo
0.005 Diabetik Bawang Putih
0.000
Universitas Sumatera Utara
Melalui uji Post Hoc ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok mencit diabetik yang diberi bawang putih dengan kelima lima kelompok
lainnya yaitu kelompok normal plasebo, kelompok normal bawang putih, kelompok normal glibenklamid, kelompok diabetik plasebo dan kelompok diabetik
glibenklamid dengan nilai p masing masing ialah 0.000, 0.000, 0.003, 0.000 dan 0.000. Perbedaan yang bermakna antara kelompok juga dapat dilihat antara kelompok
mencit diabetik diberi glibenklamid dengan kelompok normal plasebo, kelompok normal bawang putih, kelompok normal glibenklamid, kelompok diabetik plasebo
dan kelompok diabetik glibenklamid dengan nilai p masing masing ialah 0.031, 0.046, 0.000, 0.005 dan 0.000.
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahawa ekstrak bawang putih dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit diabetes dengan penurunan bermakna
P=0.004 pada pemberian ekstrak bawang putih 350 mgkg BB setiap hari selama 10 hari dengan rerata penurunan kadar gula darah sebesar 151.25 ± 38.48 mgdl.
Sebaliknya, pemberian glibenklamid meningkatkan kadar gula darah mencit diabetes secara bermakna P=0.005 pada pemberian glibenklamid 0,65 mgkg BB setiap
hari selama 10 hari dengan rerata peningkatan kadar gula darah sebanyak 107.25 ± 29.53 mgdL.
5.2 Pembahasan Penelitian 5.2.1