Analisis Rasio ROA Analisis Rasio ROE

keuangan global. Berbeda dengan penelitian Beni 2008 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan CAR yang signifikan pada perbankan syariah antara sebelum dan pada masa krisis ekonomi tahun 1997.

2. Analisis Rasio NPL

Analisis rasio NPL digunakan untuk menilai sejauh mana kredit macet suatu bank. Semakin tinggi rasio NPL semakin banyak kredit yang bermasalah macet. Rata-rata Mean rasio NPL Non Performing Loan mengalami peningkatan pada masa sesudah krisis keuangan yaitu dari 2,93 pada masa sebelum krisis menjadi 3,03 pada masa sesudah krisis keuangan global terjadi, hal ini berarti NPL perbankan syariah sebelum krisis lebih baik dibandingkan NPL sesudah krisis, karena semakin tinggi nilai NPL maka semakin buruk kualitasnya. Peningkatan ini menunjukkan semakin banyaknya kredit macet bank setelah krisis keuangan terjadi. Tetapi, kualitas NPL perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal jika dilihat dari ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik NPL adalah dibawah 5. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi rasio NPL menunjukkan tidak adanya perbedaan antara NPL sebelum dan sesudah krisis keuangan hipotesis yang diajukan sebelumnya tidak dapat diterima. Artinya jika dilihat dari rasio NPL maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global.

3. Analisis Rasio ROA

Analisis rasio ROA Return on Asset digunakan untuk mengetahui kemampuan bank menghasilkan laba melalui operasinya. Rata-rata Mean untuk Universitas Sumatera Utara ROA perbankan syariah mengalami penurunan pada masa sesudah krisis, ini berarti bahwa kualitas ROA perbankan syariah lebih rendah pada masa sesudah krisis dibandingkan pada masa sebelum krisis yaitu dari 2,72 pada saat sebelum krisis menjadi 1,72 pada saat sesudah krisis keuangan global terjadi karena semakin tinggi nilai ROA semakin bagus kualitasnya.penurunan ini dimungkinkan karena adanya penurunan perolehan laba tahun berjalan pada masa sesudah krisis keuangan global. Namun, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROA adalah 1,5, maka perbankan syariah ada pada posisi ideal. Hasil pengujian signifikansi terhadap rasio ROA pada bank syariah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara ROA sebelum dan sesudah krisis keuangan hipotesis yang diajukan sebelumnya tidak dapat diterima. Artinya jika dilihat dari rasio ROA maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global. Hasil yang sama juga diperoleh dalam penelitian Beni 2008 yang menyatakan terdapat perbedaan ROA yang tidak signifikan pada perbankan syariah antara sebelum dan pada masa krisis ekonomi 1997.

4. Analisis Rasio ROE

Analisis Rasio ROE Return on Equity digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Jika dilihat dari rata-rata mean ROE, rasio ROE perbankan Syariah mengalami peningkatan pada masa Universitas Sumatera Utara sesudah krisis keuangan terjadi, dari 33,08 pada masa sebelum krisis menjadi 33,39 pada masa sesudah krisis keuangan global. Ini menunjukkan bahwa setelah terjadinya krisis keuangan global perbankan syariah memiliki ROE yang lebih baik dibandingkan pada masa sebelum krisis keuangan . Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar minimum ROE adalah 12, maka perbankan syariah berada pada posisi ideal. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi terhadap rasio ROE pada bank syariah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara ROE sebelum dan sesudah krisis keuangan hipotesis yang diajukan sebelumnya tidak dapat diterima. Artinya jika dilihat dari rasio ROE maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global.

5. Analisis Rasio BOPO