b Pembiayaan Investasi yaitu bentuk pembiayaan dengan usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank
syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah
dan mudharabah.
c Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa Ijarah. Prinsip sewa ini di kembangkan dalam skema Ijarah murni dan ijarah al muntahiya bit tamlik.
d Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah,
rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.
3. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu
yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan, kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui
agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan Lestari dan Sugiharto, 2007, dala Kusumo, 2008.
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu
seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai
Universitas Sumatera Utara
seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah dengan menilai tingkat kesehatan bank. Kesehatan Bank dapat diukur melalui penghitungan rasio
keuangannya. Untuk menghitung rasio keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang dipublikasikan secara berkala.
Sebagai salah satu bagian dari perbankan nasional, Perbankan Syariah dituntut untuk memiliki kinerja keuangan yang bagus. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank syariah dan salah satunya adalah dengan cara mengukur rasio keuangan bank seusai Peraturan Bank Indonesia No.
91PBI2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk. Ini
merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia. Secara umum peniliaian tingkat
kesehatan bank dapat dirangkum pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Bobot CAMEL
Faktor yang dinilai Bobot
Capital 25
Assets 30
Management 25
Earning 10
Liquidity 10
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia,30 April 1997 dalam Irmayanto, 2009
Universitas Sumatera Utara
Jumlah bobot untuk keenam faktor tersebut adalah 100. Nilai kredit digunakan kemudian digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan bank dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Nilai Kredit Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 - 100 Sehat
66 - 81 Cukup Sehat
51 - 66 Kurang sehat
0 – 51 Tidak Sehat
Sumber: Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Kasmir, 2008
Peringkat Komposit Composite Rating
Proses penetapan peringkat komposit yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikasi masing-masing faktor. Untuk mengetahui kriteria penetapan peringkat setiap faktor yang ada dalam komponen CAMELS dapat dilihat pada tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2.3 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit CAMELS No
Faktor Komponen Peringkat Komposit PK
1Sangat Sehat
2Sehat 3Cukup Sehat
4Kurang Sehat
5Tidak Sehat
1 Capital
CAR Rasio
KPMM lebih tinggi
sangat signifikan
dibandingk an dengan
rasio KPMM
yang ditetapkan
dalam ketentuan
Rasio KPMM
lebih tinggi cukup
signifikan dibandingk
an dengan rasio
KPMM yang
ditetapkan dalam
ketentuan 8
≤ KPMM ≤ 9 Rasio KPMM
dibawah ketentuan
yang berlaku
Rasio KPMM dibawah
ketentuan yang berlaku
dan bank cenderung
menjadi tidak solvable
2 Asset
NPL Perkemban
gan rasio sangat
rendah Perkemban
gan rasio rendah
5 ≤ rasio ≤ 8
Perkembang an rasio
cukup tinggi Perkembanga
n rasio tinggi
3 Earnings ROA
Perolehan laba
sangat tinggi
Perolehan laba tinggi
0,5 ≤ ROA ≤
1,25 ROA
mengarah negatif
ROA negatif
ROE Perolehan
laba sangat tinggi
Perolehan laba tinggi
5 ≤ ROE ≤ 12,5 ROE
mengarah negatif
ROE negatif
BOPO Tingkat
efisiensi sangat baik
Tingkat efisiensi
baik 94
≤ BOPO≤ 96 Tingkat efisiensi
buruk Tingkat
efisiensi sangat buruk
4 Liquidity LDR
50 ≤
rasio ≤
75 75
≤ rasio
≤ 85
85 ≤ rasio ≤ 100 100 ≤
rasio ≤
120 rasio
≥120
Sumber: Surat Edaran Peraturan Bank Indonesia No.610PBI2004 tanggal 12 April 2004
Universitas Sumatera Utara
4. Rasio Keuangan Bank