Analisis Rasio BOPO Analisis Rasio LDR

sesudah krisis keuangan terjadi, dari 33,08 pada masa sebelum krisis menjadi 33,39 pada masa sesudah krisis keuangan global. Ini menunjukkan bahwa setelah terjadinya krisis keuangan global perbankan syariah memiliki ROE yang lebih baik dibandingkan pada masa sebelum krisis keuangan . Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan standar minimum ROE adalah 12, maka perbankan syariah berada pada posisi ideal. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi terhadap rasio ROE pada bank syariah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara ROE sebelum dan sesudah krisis keuangan hipotesis yang diajukan sebelumnya tidak dapat diterima. Artinya jika dilihat dari rasio ROE maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global.

5. Analisis Rasio BOPO

Analisis rasio BOPO Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rata-rata Mean Rasio BOPO perbankan Syariah mengalami peningkatan pada masa sesudah krisis keuangan terjadi, dari 79,98 pada saat sebelum krisis menjadi 84,14 pada masa sesudah krisis keuangan global. Ini menunjukkan bahwa setelah terjadinya krisis keuangan global perbankan syariah memiliki BOPO yang kurang baik dibandingkan pada masa sebelum krisis keuangan, karena semakin tinggi nilai BOPO maka semakin buruk kualitasnya. Peningkatan nilai BOPO ini dimungkinkan karena tingginya biaya-biaya yang dikeluarkan bank untuk aktivitas operasionalnya namun tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan opersionalnya. Jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang Universitas Sumatera Utara menyatakan standar minimum terbaik BOPO adalah kurang dari 92 maka Perbankan Syariah berada pada kondisi yang cukup ideal. Berdasarkan hasil uji signifikansi terhadap rasio BOPO, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada perbankan syariah baik sebelum maupun sesudah krisis keuangan menolak hipotesis yang diajukan sebelumnya. Artinya jika dilihat dari rasio BOPO maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global. Berbeda dengan penelitian Beni 2008 yang menyatakan terdapat perbedaan BOPO yang signifikanpada perbankan syariah antara sebelum dan pada masa krisis ekonomi.

6. Analisis Rasio LDR

Analisis rasio LDR Loan to Deposite Ratio digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rata-rata Mean untuk LDR perbankan syariah mengalami penurunan pada masa sesudah krisis, dari 91,92 pada masa sebelum krisis menjadi 83,73 pada masa sesudah krisis keuangan global. Ini berarti bahwa kualitas LDR perbankan syariah lebih baik pada masa sesudah krisis dibandingkan pada masa sebelum krisis, karena semakin rendah nilai LDR semakin bagus kualitasnya. peningkatan diduga karena bertambahnya kepercayaan masyarakat untuk menanamkan dananya di bank syariah. Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik LDR adalah 85-110, maka perbankan syariah ada pada posisi ideal. Hasil pengujian signifikansi terhadap rasio LDR pada bank syariah menunjukkan tidak adanya perbedaan antara LDR sebelum dan sesudah krisis Universitas Sumatera Utara keuangan hipotesis yang diajukan sebelumnya tidak dapat diterima. Artinya jika dilihat dari rasio LDR maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global. Berbeda dengan penelitian Beni 2008 yang menyatakan terdapat perbedaan LDR yang signifikanpada perbankan syariah antara sebelum dan pada masa krisis ekonomi. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan