Loan to Deposit Ratio. Hasil penelitian atas kinerja perbankan syariah sebelum dan sesudah krisis keuangan global ini disajikan dalam bentuk skripsi dengan
judul “Perbedaan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global”.
B. Batasan Penelitian
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan penelitian sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah Perbankan Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia
baik yang berbentuk bank umum maupun berbentuk unit-unit syariah sampai tahun 2010.
2. Periode penelitian adalah 2 tahun sebelum terjadinya krisis keuangan global
dan 2 tahun sesudah krisis keuangan global. 3.
Laporan keuangan yang diteliti adalah laporan keuangan di publikasikan secara berkala disitus resmi Bank Indonesia.
4. Rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan Perbankan
Syariah adalah CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peniliti merumuskan masalah dalam penelitian ini dalam bentuk pertanyaan untuk mengarahkan dan
memudahkan dalam melakukan penelitian yang lebih terfokus dan sistematis, yaitu: Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
Perbankan Syariah sebelum dan sesudah krisis keuangan global jika diukur dengan rasio keuangan CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan antara Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah sebelum dan sesudah krisis keuangan global jika diukur dengan rasio keuangan CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR.
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a.
Bagi peneliti, penelitian dapat memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang kinerja keuangan suatu bank.
b. Bagi Perbankan syariah, dapat dijadikan sebagai catatan ataupun
koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.
c. Bagi nasabah dan calon nasabah, hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk menyimpan dana ataupun mengajukan permohonan kredit
pada bank syariah. d.
Bagi Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Krisis Keuangan Global
a. Penyebab Terjadinya Krisis Keuangan Global Tahun 2008
Krisis keuangan global ditandai dengan jatuhnya salah satu bank investasi terbesar di Amerika serikat yaitu Lehman Brothers. Kebangkrutan
tersebut terjadi dikarenakan adanya kredit macet dari para nasabah yang membeli properti, seperti rumah dengan cara kredit kepada Lehman Brothers.
Penyebab efek domino dari kebangkrutan Lehman Brothers adalah Subprime Mortgage atau instrumen keuangan derivatif. Nasabah yang membeli
properti dengan cara kredit, menjadikan properti tersebut sebagai hipotik atau jaminan hutang kepada kreditur Lehman Brothers. Untuk lebih bertumbuh,
Lehman Brothers menjaminkan kembali hipotik yang dimiliki kepada investor lain guna memperoleh pinjaman. Hutang Lehman Brothers kepada investor lain
disebut turunan derivatif dari hipotik tersebut. Turunan hipotik tidak berhenti sampai di sini, Investor lain itupun turut menjaminkan kembali untuk memperoleh
pinjaman, demikian seterusnya. Ketika nasabah yang telah membeli properti tidak sanggup membayar
hutang kepada Lehman Brothers, maka Lehman Brohers pun tidak sanggup membayar hutang kepada investor lain, dan investor lain tidak sanggup membayar
hutang kepada investor lainnya, dan seterusnya. Akibatnya instrumen derivatif ini
Universitas Sumatera Utara
melibatkan berbagai pihak dari benua lain sehingga menyebabkan munculnya efek domino ke seluruh dunia.
Menurut Hahnel, 2000 dalam Balda, 2010 menyatakan sistem kredit atau sistem hutang telah memerangkap perekonomian dunia sedemikian dalam,
apalagi mekanisme bunga interest rate juga menggurita bersama sistem hutang ini
yang membuat sistem perekonomian dunia
harus menderita ketidakseimbangan. Sistem hutang derivatif ini menurut Hahnel hanya melayani
kepentingan spekulator, kepentingan segelintir pelaku ekonomi, dan ironisnya mereka menguasai sebagian besar asset yang ada di dunia.
Pakar manajamen dunia, Peter Drucker dalam Balda, 2010, menyebut gejala ketidakseimbangan antara arus moneter dan arus barangjasa dikarenakan
adanya decoupling, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus uang moneter dengan arus barang dan jasa. Fenomena ketidakseimbangan itu dipicu
oleh maraknya bisnis spekulasi terutama di dunia pasar modal, pasar valas dan properti, sehingga potret ekonomi dunia seperti balon bubble economy.
Spekulasi mata uang yang mengganggu ekonomi dunia, umumnya dilakukan di pasar-pasar uang. Pasar uang di dunia ini saat ini, dikuasai oleh enam
pusat keuangan dunia London, New York, Chicago, Tokyo, Hongkong dan Singapura. Nilai mata uang negara lain, bisa saja tiba-tiba menguat atau
sebaliknya. Di pasar uang tersebut, peran spekulan sangat signifikan untuk menggoncang ekonomi suatu negara
.
Pasar uang hanya membuat pemegang asset semakin memperbesar jumlah kekayaannya tanpa melakukan apa-apa. Mereka hanya memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam pasar uang dengan kegiatan spekulasi untuk menumpuk kekayaan mereka tanpa kegiatan produksi riel, dapat dikatakan uang
tertarik pada segelintir pelaku ekonomi yang meninggalkan lubang menganga pada sebagian besar spot ekonomi Hahnel, 2000, dalam Balda, 2010.
Para spekulan meraup keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual uang. Makin besar selisihnya, makin menarik bagi para spekulan untuk bermain.
Dengan demikian, nilai suatu mata uang dapat berfluktuasi secara liar. Gejala decoupling, sebagaimana digambarkan di atas, disebabkan karena fungsi uang
bukan lagi sekedar menjadi alat tukar dan penyimpanan kekayaan, tetapi telah menjadi komoditas yang diperjual belikan dan sangat menguntungkan bagi
mereka yang memperoleh keuntungan, meskipun bisa pula mengalami kerugian milyaran dollar AS. Spekulasi inilah yang dapat menggoncang sendi-sendi
ekonomi negara, khususnya negara yang kondisi politiknya tidak stabil. Akibat spekulasi itu, jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah
barang di sektor riil. Ketidakseimbangan Nilai trasanksi antara sektor riil dan sektor non riil
mengakibatkan krisis keuangan dunia . Anjloknya harga saham membuat para spekulan kelimpungan layaknya orang yang usahanya bangkrut membutuhkan
dana segar agar tetap liquid, biasanya mereka membutuhkan dollar baru sebagai dana segar Firmansyah, 2009.
Jika permintaan dollar meningkat maka nilai dollar akan naik terapresiasi. Sebaliknya mata uang domestik seperti Rupiah akan terdepresiasi.
Inilah penghubung antara ekonomi non riil menghancurkan ekonomi riil, jika
Universitas Sumatera Utara
dollar naik maka barang modal yang masih diimpor akan ikut naik, jika barang modal naik maka harga jual barangjasa akan naik sehingga mengakibatkan
inflasi. Inflasi ini menyebabkan daya beli masyarakat turun sehingga daya serap pasar atas barang dan jasa juga menurun. Kondisi ini menyebabkan kerugian dan
PHK pada sektor industrimanufaktur dan retail. Menurut Amin 2007, setidaknya ada 3 tiga pilar dalam sistem
keuangan saat ini. Pertama; Fiat Money atau uang kertas, yaitu lembar kertas cetakan yang diberi nilai nominal. Kedua; Fractional Reserve Requirement, yaitu
cadangan yang harus dimiliki bank untuk menentukan jumlah kredit yang dapat dikucurkan yaitu lebih kurang 10. Ketiga; Bunga atau interest atau Riba, yaitu
jasa dalam pemberian hutang. Ketiga pilar tersebut menimbulkan adanya kenaikan harga inflasi akibat pencetakan uang yang tidak sesuai dengan nilai
sesungguhnya, dan ketiga hal inilah yang menciptakan transaksi derivatif di sektor keuangan yakni transaksi berbasis portofolio dan inilah yang menciptakan Bubble
Economy sehingga memicu terjadinya krisis keuangan global.
b. Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Indonesia
Pasca pengumuman kebangkrutan institusi keuangan nomor satu di Amerika Serikat, Lehman Brothers LB gagal meminta perlindungan
kebangkrutan dari otoritas moneter di sana, pada tanggal 15 September 2008. Industri keuangan dan perbankan di AS dan dunia seperti terseret atas kejatuhan
LB. Bank terbesar di AS Citigroup pun sampai meminta diselamatkan bail-out bank sentral AS The Fed. Keambrukan industri perbankan dan keuangan dunia
seperti sudah diambang mata.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia pun terkena imbas, Kurs rupiah melemah tajam hingga Rp12.650 per dolar AS. IHSG di Bursa Efek Indonesia merosot tajam dari 2.830
menjadi 1.111,4, bahkan bursa sempat suspen dua hari 8-10 Oktober 2008. Indeks SUN pun anjlok ke titik 67,11. Perbankan mengalami kekeringan
likuiditas. Setidaknya 23 bank merosot tajam likuiditas dana pihak ketiga. Bahkan tiga bank BUMN pun harus dibantu melalui penempatan dana pemerintah sebesar
Rp15 triliun. Dampak yang ditimbulkan dari krisis keuangan global terhadap
Indonesia ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing, maka
IHSG anjlok, uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun Kwik Kian Gie, 2008
.
Laju pertumbuhan perekonomian nasional mengalami penurunan, dari 6,3 persen pada tahun 2007 menjadi 6,0 persen pada tahun 2008, kemudian
menurun kembali menjadi 4,5 persen pada tahun 2009. Pada periode yang sama terjadi juga penurunan laju pertumbuhan industri perbankan dari 8,0 persen
menjadi 7,4 persen pada tahun 2008, kemudian menurun drastis menjadi 2,4 persen pada tahun 2009 Business News, 2010. Selain itu banyak perusahaan
mem-PHK karyawanya hingga mencapai satu juta pekerja sebagai bukti awal Indonesia memasuki era krisis.
c. Solusi Krisis Keuangan Global
Gejala decoupling yang menyebabkan ketidakseimbangan antara sektor riil dengan sektor non rill serta pemberian hutang dengan sistem riba dan derivatif
Universitas Sumatera Utara
merupakan akar dari permasalahan krisis keuangan global. Tiga pilar dalam sistem keuangan saat ini yaitu Fiat Money , Fractional Reserve Requirement,
interest atau Riba, merupakan sistem yang diterapkan dalam Ekonomi Kapitalisme Liberal.
Sedangkan dalam ekonomi Islam ataupun yang sering disebut dengan ekonomi syariah, spekulasi mata uang dan sistem riba atau bunga dalam
pemberian jasa hutang sangat dilarang atau diharamkan oleh Islam. Hal ini jelas terlihat dalam sumber hukum Islam tentang riba yaitu Al-Qur’an surah Al-
baqarah ayat 278-279 Departemen Agama RI, 2005 dengan terjemahan sebagai berikut:
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada ALLAH dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika tidak mengerjakan meninggalkan sisa riba, makaKetahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu.kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.
Sumber hukum lainnya adalah hadist Nabi Muhammad SAW: Ubadah bin Shamit mengatakan: “Aku mendengar Rasulullah saw.
melarang menjual emas dengan emas, perak dengan perak, bur dengan bur, syaâir dengan syaâir, kurma dengan kurma, garam dengan garam,
selain sama antara barang yang satu dengan barang yang lain, maka barang siapa yang menambahkan atau meminta tambahan, maka dia telah
melakukan riba”. HR Imam Muslim. Selain itu dalam sistem ekonomi Islam, jumlah uang beredar harus sama
dengan nilai barang dan jasa, sehingga sektor finansial mengikuti pertumbuhan sektor riil. Berbeda dengan sistem ekonomi Kapitalis yang memisahkan sektor
finansial dengan sektor riil. Ahli ekonomi barat, Paul Ormerod dalam Balda, 2010 menyatakan
“para ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang
Universitas Sumatera Utara
ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang
diterapkan kapitalisme cenderung pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu”.
Oleh karena kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan, maka menjadi kewajiban bagi umat manusia zaman sekarang untuk
mendekonstruksi sistem ekonomi kapitalisme dan merekonstruksi ekonomi berkeadilan dan berketuhanan yang dikenal dengan ekonomi syariah.
Dekonstruksi artinya meruntuhkan paradigma sistem dan konstruksi materialisme kapitalisme, lalu menggantinya dengan sistem dan paradigma ekonomi syari’ah.
Agama Islam adalah agama samawi diturunkan untuk menjadi berkah bagi semesta alam. Islam mempunyai sistem ekonomi syariah yang dijalankan
berdasar petunjuk dalam Qur’an dan Hadits. Salah satu manifestasi Ekonomi Islam adalah lembaga keuangan syariah yang telah diakui eksistensinya di
Indonesia dan di dunia. Fenomena kontemporer menunjukkan banyaknya bank konvensional berlomba membuka unit usaha syariah. Sebagian dari unit tersebut
kini telah berkembang menjadi bank umum, lepas dari bank konvensional yang menjadi induknya, seperti bank syariah BNI, bank syariah BRI, bank syariah
Bukopin serta bank Jabar dan Banten . Ekonomi syariah dianggap mampu menjadi solusi aternatif sistem
ekonomi saat ini yaitu sistem ekonomi Kapitalisme. Kerapuhan sistem tersebut telah terlihat saat krisis global akhir tahun 2008 yang lalu. Selain sebagai lembaga
keuangan yang diridhoi oleh Allah SWT, lembaga keuangan syariah dianggap
Universitas Sumatera Utara
mampu menjadi alternatif solusi. Pola kerja sama menggunakan pola keikhlasan kedua belah pihak. Seperti pola bagi hasil, yang tidak menyengsarakan satu pihak
pada saat usaha sedang rugi. Disamping itu, fungsi sosial berjalan beriringan dengan fungsi bisnis, dan menjadi solusi permasalahan kemiskinan.
2. Perbankan Syariah a. Pengertian Bank Syariah
Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya Kasmir, 2004:11. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Bank
mempunyai fungsi sangat strategis dalam pembangunan nasional, mengingat fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana, dengan tujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Kasmir 2008:40, ada dua jenis bank jika dilihat dari cara
menentukan harga, yaitu Bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank yang berdasarkan prinsip syariah. Hal paling mendasar yang dapat membedakan dua
Universitas Sumatera Utara
jenis bank ini adalah cara penentuan harga jual maupun harga beli. Bank konvensional selalu didasarkan pada sistem bunga, sedangkan bank syariah
didasarkan pada sistem bagi hasil. Menurut Undang-undang RI No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah, “bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah”. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga
keuanganperbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja
dalam Rindawati, 2007 membedakan Bank Syariah menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank
Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan
Hadits. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,
khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
b. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dan demi kemaslahatan umat, oleh karena itu bank syariah harus
menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, sehingga bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Menurut Muhamad, 2000 dalam Muhammad 2005:176 ada lima prinsip dasar operasional bank syariah. Adapun prinsip-prinsip operasional bank
syariah tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Prinsip Titipan atau Simpanan Al-Wadiah
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki Syafi’I Antonio, 2001 dalam Ema Rindawati 2007:16. Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah,
yaitu: a
Wadiah Yad Al-Amanah Trustee Depository adalah akad penitipan baranguang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan baranguang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan
perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk save deposit box.
b Wadiah Yad adh-Dhamanah Guarantee Depository adalah akad
penitipan baranguang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik baranguang dapat memanfaatkan baranguang titipan dan
harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan baranguang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh
dalam penggunaan baranguang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2 Prinsip Bagi Hasil Profit Sharing
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
a Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh 100
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola mudharib. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis: i.
Mudharabah Muthlaqah Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.
ii. Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
b Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
Universitas Sumatera Utara
i.
Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih.
ii.
Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah. 3
Prinsip Jual Beli Al-Tijarah Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Implikasinya
berupa: a
Al-Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
b Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh
pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu
.
Universitas Sumatera Utara
c Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa
pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum
yang meliputi:jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. 4
Prinsip Sewa Al-Ijarah Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: 1 Ijarah, sewa murni. 2 ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si
penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang yang sewa pada akhir sewa. 5
Prinsip Jasa Fee-Based Service Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain: a
Al-Wakalah Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer. b
Al-Kafalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Universitas Sumatera Utara
c Al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam
perbankan biasanya diterapkan pada Factoring anjak piutang, Post- dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih tanpa
membayarkan dulu piutang tersebut. d
Ar-Rahn Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn
adalah semacam jaminan utang atau gadai
.
e Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah.
c. Sistem Operasional Bank syariah
Pada sistem operasional bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan
Universitas Sumatera Utara
kepada mereka yang membutuhkan misalnya modal usaha, dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:
1 Sumber Dana Bank Syariah
Menurut Irmayanto 2009:130 dilihat dari sumbernya, dana Bank Syariah berasal dari:
a Modal
Sumber dana awal Bank Syariah berasal dari pihak kesatu yang diserahkan para pemilik bank. Setiap akhir tahun pemilik modal akan
memperoleh bagian laba dividen dari hasil usaha bank. b
Titipan Al-Wadiah Sumber dana yang berasal dari pihak ketiga yaitu dengan cara menerima
titipan. bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk
mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c
Investasi Mudharabah Investasi Bank Syariah merupakan bentuk kerjasama antara pemilik dana
dengan pengelola dana, dengan prinsip mudharabah. 2
Penyaluran Dana Pembiayaan Bank Syariah Penyaluran dana bank syariah dapat dilakukan dengan beberapa transaksi
pembiayaan yaitu: a
Transaksi Jual beli yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk
pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.
Universitas Sumatera Utara
b Pembiayaan Investasi yaitu bentuk pembiayaan dengan usaha kerjasama
yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank
syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah
dan mudharabah.
c Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan prinsip sewa Ijarah. Prinsip sewa ini di kembangkan dalam skema Ijarah murni dan ijarah al muntahiya bit tamlik.
d Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah,
rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.
3. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran
kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu
yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan, kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui
agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan Lestari dan Sugiharto, 2007, dala Kusumo, 2008.
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu
seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai
Universitas Sumatera Utara
seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Salah satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah dengan menilai tingkat kesehatan bank. Kesehatan Bank dapat diukur melalui penghitungan rasio
keuangannya. Untuk menghitung rasio keuangan dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan bank yang dipublikasikan secara berkala.
Sebagai salah satu bagian dari perbankan nasional, Perbankan Syariah dituntut untuk memiliki kinerja keuangan yang bagus. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank syariah dan salah satunya adalah dengan cara mengukur rasio keuangan bank seusai Peraturan Bank Indonesia No.
91PBI2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity Market Risk. Ini
merupakan alat ukur resmi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk menghitung kesehatan bank syariah di Indonesia. Secara umum peniliaian tingkat
kesehatan bank dapat dirangkum pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1 Bobot CAMEL
Faktor yang dinilai Bobot
Capital 25
Assets 30
Management 25
Earning 10
Liquidity 10
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia,30 April 1997 dalam Irmayanto, 2009
Universitas Sumatera Utara
Jumlah bobot untuk keenam faktor tersebut adalah 100. Nilai kredit digunakan kemudian digunakan untuk menentukan tingkat kesehatan bank dapat dilihat pada
Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Nilai Kredit Tingkat Kesehatan Bank
Nilai Kredit Predikat
81 - 100 Sehat
66 - 81 Cukup Sehat
51 - 66 Kurang sehat
0 – 51 Tidak Sehat
Sumber: Bank dan Lembaga Keuangan lainnya Kasmir, 2008
Peringkat Komposit Composite Rating
Proses penetapan peringkat komposit yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan
signifikasi masing-masing faktor. Untuk mengetahui kriteria penetapan peringkat setiap faktor yang ada dalam komponen CAMELS dapat dilihat pada tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel.2.3 Kriteria Penetapan Peringkat Komposit CAMELS No
Faktor Komponen Peringkat Komposit PK
1Sangat Sehat
2Sehat 3Cukup Sehat
4Kurang Sehat
5Tidak Sehat
1 Capital
CAR Rasio
KPMM lebih tinggi
sangat signifikan
dibandingk an dengan
rasio KPMM
yang ditetapkan
dalam ketentuan
Rasio KPMM
lebih tinggi cukup
signifikan dibandingk
an dengan rasio
KPMM yang
ditetapkan dalam
ketentuan 8
≤ KPMM ≤ 9 Rasio KPMM
dibawah ketentuan
yang berlaku
Rasio KPMM dibawah
ketentuan yang berlaku
dan bank cenderung
menjadi tidak solvable
2 Asset
NPL Perkemban
gan rasio sangat
rendah Perkemban
gan rasio rendah
5 ≤ rasio ≤ 8
Perkembang an rasio
cukup tinggi Perkembanga
n rasio tinggi
3 Earnings ROA
Perolehan laba
sangat tinggi
Perolehan laba tinggi
0,5 ≤ ROA ≤
1,25 ROA
mengarah negatif
ROA negatif
ROE Perolehan
laba sangat tinggi
Perolehan laba tinggi
5 ≤ ROE ≤ 12,5 ROE
mengarah negatif
ROE negatif
BOPO Tingkat
efisiensi sangat baik
Tingkat efisiensi
baik 94
≤ BOPO≤ 96 Tingkat efisiensi
buruk Tingkat
efisiensi sangat buruk
4 Liquidity LDR
50 ≤
rasio ≤
75 75
≤ rasio
≤ 85
85 ≤ rasio ≤ 100 100 ≤
rasio ≤
120 rasio
≥120
Sumber: Surat Edaran Peraturan Bank Indonesia No.610PBI2004 tanggal 12 April 2004
Universitas Sumatera Utara
4. Rasio Keuangan Bank
Berikut ini adalah rasio-rasio keuangan bank sesuai Peraturan Bank Indonesia No.91PBI2007 yang digunakan untuk mengukur kinerja
perbankan syariah.
a. Rasio Permodalan Capital
Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat
pula digunakan untuk mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya.
permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian
tersebut berdasarkan CAR Capital Adequeency Ratio yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Rasio tersebut dihitung dengan cara membandingkan modal
modal Bank terhadap AktivaTertimbang Menurut Resiko ATMR dan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia CAR minimum 8. Rasio tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Modal Bank CAR =
Total ATMR
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif KAP
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit,
surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk
menghasikan laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas aset
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan credit risk yang akan muncul. Rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah NPL yang merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Sesuai dengan
ketentuan BI standar terbaik NPL adalah 5. Besarnya NPL dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Total Kredit bermasalah NPL =
Total kredit yang diberikan
c. Rasio Rentabilitas Earning
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset ROA, Return on Equity ROE dan BOPO.
1 Return on Assets ROA
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar
ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aset. Maka sesuai dengan ketentuan BI nilai minimum ROA adalah 1,5. Rumus yang digunakan unuk menghitung ROA adalah:
Laba Bersih ROA =
Total Aktiva
Universitas Sumatera Utara
2 Return on Equity ROE
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih ROE =
Modal Sendiri Rasio ROE merupakan indikator penting bagi para pemegang saham dan
calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam
rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Maka sesuai dengan ketentuan BI standar minimum ROE adalah 12.
3 Rasio Efisiensi Rasio Biaya Operasional
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Standar minimum BOPO menurut BI adalah 92. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: Biaya Operasional
BOPO = Pendapatan Opersional
d. Rasio Likuiditas Liquidity
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan
Universitas Sumatera Utara
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio LDR.
Loan to Deposit Ratio LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Maka standar terbaik LDR
menurut BI adalah 85-110. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Total Pembiayaan
LDR = Dana Pihak Ketiga
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan perbankan telah banyak dilakukan sebelumnya, berikut adalah tabel yang menyajikan tinjauan penelitian
terdahulu.
Tabel 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Rasio Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Beni Suhendra
Winarso 2008
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah
Sebelum dan Pada Masa Krisis Ekonomi;
Pendekatan Model CAMEL CAR,
RoRA, net profit
margin, ROA,
BOPO, dan LDR
Paired sample t- test
Secara keseluruhan,
kinerja perbankan syariah pada masa
krisis ekonomi mengalami
penurunan.
Ema Rindawati
2007 Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Perbakan Syariah dengan Perbankan
CAR, NPL, ROA, ROE,
BOPO, dan Indpendent
sample t-test Kinerja Perbankan
Syariah lebih baik dari pada kinerja
Universitas Sumatera Utara
Konvensional LDR
Perbankan Konvensional
Sahala Manalu
2002 Analisis Kinerja Finansial
Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Go
Publik di BEJ CAR,
RORA, NPM, ROA,
BOPO, Rasio
kewajiban bersih antar
bank terhadap
modal inti X, LDR,
Capital ratio, NIM,
dan Quick Ratio
Wilcoxon’s Signed Ranks
Test Kinerja Keuangan
Perbankan besar lebih baik setelah
go publik.
Sumarti 2007
Analisis Kinerja Keuangan pada Bank Syariah Mandiri
di Jakarta CAR, KAP,
PPAP, BOPO,
LDR, ROA dan Cash
Ratio Metode
CAMEL Kinerja keuangan
secara keseluruhan dikatakan baik
kecuali ROA dan Cash Ratio di
tahun 2006
Yunanto Adi
Kusumo 2008
Analisis Kinerja Keuangan bank Syariah Mandiri
periode 2002-2007 dengan Pendekatan PBI
No.91PBI2007 KPMM,
KAP, NOM, STM, dan
MR Metode
CAMEL Secara keseluruhan
kinerja keuangan BSM sangat baik
Surifah 2002
Kinerja Keuangan Bank Swasta Nasional Indonesia
Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi
CAMEL Uji Mann-
Whitney U Dinilai dari sisi
capital, assets, management, dan
liqudity Kinerja bank lebih baik
setelah krisis global, sedangkan
dari sisi earnings kinerja bank lebih
baih pada saat sebelum krisis .
Sumber :Hasil Olahan Peneliti, 2011
Universitas Sumatera Utara
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah: 1.
Periode penelitian dilakukan dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah krisis keuangan global yaitu tahun 2006 hingga tahun 2010. Pemilihan
waktu dua tahun dilakukan dengan pertimbangan untuk melihat adanya perubahan kinerja bank dalam jangka panjang lebih dari 1 tahun.
2. Alat analisis data yang digunakan untuk membuktian hipotesis adalah uji
Chi kuadrat chi square. 3.
Variabel penelitian adalah rasio keuangan bank yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR dengan tahun penelitian dua tahun sebelum krisis
keuangan global 2006-2007 dan dua tahun sesudah krisis keuangan global 2009-2010.
C. Kerangka Konseptual