Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, Ajay Kumar. 2013. Flowshop Scheduling Problem for Job, 10-Machines By Heuristics Models Using Makespan Criterion. RIMT dan SDITM, Israna, India.

Bagchi, Tapan P. 1999. Multiobjective Scheduling by Genetic Algorithms. Kluwer Academic Publishers, New York.

Bames, Ralph M. 1980. Motion and Time Study and Work Measurement, New York: John Wiley & Sons Inc.

Emmons, Hamilton. 2013. Flow Shop Scheduling Theoretical Result, Algorithms, and Applications. Springer Science+Business Media, New York.

Hakim N, Arman. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Guna Widya, Surabaya.

Ginting, Rosnani. 2009. Penjadwalan Mesin. Graha Ilmu, Yogyakarta. Ginting, Rosnani. 2008. Sistem Produksi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Gozali, Lina, dkk.2013. Perencanaan Penjadwalan Produksi pada PT. Harapan Widyatama Pertiwi untuk Produk Pipa PVC. Jakarta Barat.

Lopez, Pierre, dkk. 2008. Production Scheduling. ISTE Ltd. And John Wiley & Sons, Inc.

Malik, Amar, dkk. 2013. Comparative Analysis of Heuristics for Mkespan Minimising in Flow Shop Scheduling. Haryana, India.


(2)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Morton, Thomas E. 1993. Heuristic Scheduling System : with Applications to Production System and Project Management. John Wiley & Sons, Inc., Canada.

Pinedo, Michael L. 2012. Scheduling, Theory, Algorithms, and System. Edisi keempat. New York, USA.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press, Medan.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung.

Tannady, Hendy. 2013. Modifikasi Mekanisme Penentuan Penjadwalan Job pada Metode Dannenbring. Universitas Bunda Mulia, Jakarta.


(3)

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Penjadwalan Produksi

Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang digunakan sebagai basis utama dalam kegiatan produksi dan pelayanan industri. Penjadwalan digunakan untuk mengalokasikan sumber daya yang ada untuk dikerjakan berdasarkan periode pengerjaan untuk memperoleh hasil yang optimal (Pinedo, 2011). Penjadwalan merupakan pengalokasian sumber daya untuk melakukan sekumpulan pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Keputusan yang dibuat dalam penjadwalan meliputi pengurutan pekerjaan (sequencing), waktu mulai dan waktu selesai pekerjaan (timing), dan urutan operasi suatu pekerjaan (routing). Masalah penjadwalan selalu berkaitan dengan pengurutan produksi (sequencing) yang didefinisikan sebagai penentuan urutan kedatangan dari bermacam-macam pekerjaan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu .

Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik untuk perencanaan agregat. Penjadwalan produksi ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu (fasilitas, pekerja, peralatan), kemudian dilakukan pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga tercapai optimalitas utilisasi kapasitas yang ada. Adapun fungsi pokok dari penjadwalan produksi adalah untuk membuat agar proses produksi dapat berjalan lancar sesuai waktu yang telah direncanakan, sehingga pekerjaaan dapat dilansungkan dalam kapasitas penuh dengan biaya


(4)

seminimal mungkin serta kuantitas produk yang diinginkan dapat diproduksi tepat pada waktunya (Lopez et al., 2008).

Penjadwalan adalah proses optimasi dimana sumber daya yang terbatas yang dialokasikan dari waktu ke waktu antara kegiatan paralel dan sekuensial. Pemecahan jumlah masalah tersebut untuk membuat pilihan diskrit sehingga solusi optimal dapat ditemukan antara banyaknya solusi atau alternatif yang tidak terbatas. Permasalahan yang kompleks membatasi kegunaan praktis dari pemrograman matematika dan metode analisis lainnya masalah penjadwalan secara efektif (Bagchi, 1999) .

Fungsi pokok dari penjadwalan produksi adalah untuk membuat agar proses produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, sehingga bekerja dengan kapasitas penuh dengan waktu produksi seminimal mungkin, serta kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan dapat diproduksi tepat pada waktunya.

3.2. Permasalahan dalam Penjadwalan

Lopez (2008) menjelaskan bahwa permasalahan penjadwalan merupakan pengkoordinasian serangkaian tugas dari waktu ke waktu dengan mempertimbangkan kendala waktu yang terjadi (yaitu due date, lateness, dll) dan kendala yang sering timbul pada sumber daya yang dibutuhkan untuk pengerjaan tugas-tugas. Permasalahan yang sering terjadi dalam penjadwalan antara lain:


(5)

1. Kerusakan Mesin

Kerusakan mesin pada saat proses operasi sedang berlangsung mengakibatkan mesin tersebut tidak dapat mengerjakan kegiatan produksi dan produk yang belum dikerjakan harus menunggu sampai mesin diperbaiki.

2. Penambahan Order Baru

Pada saat kegiatan produksi sedang berlangsung, kemungkinan akan terjadi penambahan order baru. Penambahan order mengakibatkan penjadwalan yang sebelumnya telah ditetapkan akan mengalami gangguan atau kekacauan. Oleh karena itu, perlu dilakukan rescheduling dengan mempertimbangkan order baru.

3. Perubahan Priorias

Perubahan prioritas pada prose pembuatan suatu produk akan mempengaruhi penjadwalan produksi yang telah ditetapkan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara yang sama dengan mengatasi adanya penambahan order yaitu rescheduling.

4. Perubahan Due Date

Perubahan due date terdiri dari dua jenis yaitu due date yang semakin maju atau due date yang semakin mundur. Due date yang mundur tidak mengakibatkan perubahan penjadwalan, tetapi due date yang semakin maju akan mempengaruhi penjadwalan produksi yang telah dilakukan sebelumnya. Perubahan perlu dilakukan agar performansi yang dipilih dapat dipertahankan.


(6)

3.3. Terminologi Penjadwalan

Terminilogi penjadwalan merupakan istilah-istilah yang sering dipakai pada metode penjadwlan (Emmons et al., 2013). Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Jj : Job j (j=1,…,n). Job merupakan pekerjaan secara berurutan. 2. Mi : Mesin i (i=1,…,n) Menunjukkan urutan mesin dalam lintasan. 3. Gi : Tahap i (atau stasiun kerja I atau kelompok mesin i)

4. Tij : Tugas dari i pada job j

5. Pij : Waktu proses Tij adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas.

6. rj : Ready time atau release date menunjukkan saat dimana suatu pekerjaan dapat dikerjakan atau dijadwalkan.

7. dj : Due date adalah waktu jatuh tempo atau batas pengiriman produk yang disepakati dengan konsumen.

8. wj : Time delay atau sering dinyatakan sebagai ukuran biaya per satuan waktu keterlambatan.

9. Cij : Makespan yaitu waktu penyelesaian seluruh produk mulai dari awal hingga selesai.

10. Lj : Lateness adalah keterlambatan penyerahan produk kepada konsumen sesuai dengan jadwal yang disepakati.

11. Tj : Tardiness adalah nilai keterlambatan atau kecepatan sebuah tugas. Tardines bernilai positif jik tugas terlambat dan bernilai negative jika tugas dinyatakan early.


(7)

3.4. Tujuan Penjadwalan

Menurut Emmons et al., (2013), tujuan penjadwalan adalah menjadwalkan suatu pekerjaan yang diberikan untuk diproses sesuai dengan sumber daya yang ada untuk mendapatkan jadwal yang layak. Penjadwalan bertujuan untuk menentukan jadwal optimal yang mana tujuan tersebut sering dinyatakan sebagai fungsi dari penyelesaian tugas dan meminimalkan waktunya.

Menurut Lopez et al., (2008), penjadwalan bertujuan untuk mengkoordinasikan serangkaian tugas dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, kemampuan dan keterbatasan sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pengerjaan tugas tersebut.

Menurut Baker (1974)

1. Meningkatkan penggunaan sumber daya sehingga produktivitas dapat meningkat.

2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain.

3. Membantu pengambilan keputusan dalam melakukan setiap tindakan yang berhubungan dengan kegiatan produksi


(8)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Inti Jaya Logam yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi bagian-bagian (spare part) dari mesin industri. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Kapten Sumarsono No. 954, 955, dan 956, Helvetia, Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara, Indonesia.

4.2. Jenis Penelitian

Berdasarkan metode penelitian, jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu model rancangan penjadwalan produksi yang lebih efisien untuk meningkatkan efisiensi lantai produksi (Sinulingga, 2012). Ditinjau dari tingkat eksplanasi, penelitian ini termasuk penelitian dekstriktif. Penelitian ini memaparkan variable-variabel yang mempengaruhi permasalahan yang terjadi pada objek yang diteliti secara sistematis.

4.3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah operator yang bekerja pada lantai produksi yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam regu kerja pada tipa stasiun kerja yang berjumlah 17 (tujuh belas) orang. Penentuan operator yang menjadi subjek penelitian dilakukan dengan teknik penarikan sampel secara judgement sampling


(9)

dimana operator yang menjadi subjek penelitian ditentukan secara langsung oleh operator berdasarkan rating factor dan allowance yang mendekati normal dan diperoleh sampel sebanyak 5 (lima) orang.

Objek penelitian yang diamati adalah waktu penyelesaian keseluruahan produk yang diamati. Pengukuran dilakukan dengan cara lima kali pengukuran dimana pemilihan kelima produk yang akan diteliti dilakukan dengan cara simple random sampling.

 

4.4. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala sesuatu yang bervariasi. Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas adalah variabel penelitian yang nilainya tidak ditentukan variabel lain dan merupakan variabel yang yang mempengaruhi variabel lainnya. Variabel yang termasuk dalam kategori ini antara lain:

a. Rating Factor

Variabel ini menunjukkan perbandingan kecepatan kerja operator jika dibandingkan dengan kecepatan kerja normal menurut ukuran peneliti/pengamat.

b. Allowance

Variabel ini menunjukkan tingkat kelonggaran operator dalam menyelesaiakan pekerjaan di lantai produksi.


(10)

c. Waktu Siklus

Variabel ini menunjukkan waktu penyelesaian produk dari awal hingga akhir per satuan unit produk.

d. Jumlah Mesin

Variabel ini menunjukkan banyaknya mesin yang digunakan dalam memproses produk yang diamati.

e. Jumlah Permintaan

Variabel ini menunjukkan banyaknya jumlah permintaan yang diterima perusahaan sesuai dengan waktu pengamatan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel penelitian yang nilainya ditentukan variabel lain. Variabel-variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Penjadwalan Usulan

Variabel ini menunjukkan penjadwalan usulan yang diperoleh dari urutan job dengan nilai makespan yang paling minimum yang diperoleh.

3. Variabel Intervening

Variabel intervenig adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau disebut juga variabel perantara. Variabel-variabel intervening yang digunakan pada penelitian ini antara lain:


(11)

a. Waktu Baku

Variabel ini menunjukkan waktu penyelesaian produk yang dipengaruhi oleh rating factor dan allowance per satuan unit.

b. Waktu Penyelesaian

Variabel ini menunjukkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses produksi dari awal hingga akhir pada penjadwalan produksi actual untuk keseluruhan jumlah permintaan.

c. Makespan Aktual

Variabel ini menunjukkan nilai makespan yang diperoleh dari metode FCFS berdasarkan urutan kedatangan job.

d. Makespan Usulan Minimum

Variabel ini menunjukkan nilai makespan yang diperoleh dari metode usulan dengan mengambil nilai makespan minimum dari usulan urutan pengerjaan job yang ada.

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian (Sekaren, 2006). Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.


(12)

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. 3. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

a. Data primer berupa data jumlah jenis produk, urutan proses produksi dan waktu produksi tiap jenis produk, yang diperoleh melalui proses pengamatan langsung dengan menggunakan stopwatch.

b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT. Inti Jaya Logam dengan teknik wawancara

4. Dilakukan pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.


(13)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data 5.1.1. Rating Factor Pekerja

Penilaian rating factor (Rf) dilakukan terhadap operator yang bekerja secara manual dan bekerja dengan mesin pada lantai produksi. Perhitungan nilai rating factor dilakukan menggunakan westinghouse yang memperhatikan 4 faktor yaitu keterampilan, usaha, kondisi dan konsistensi. Contoh perhitungan rating factor untuk operator 1 pada bagian mesin potong adalah sebagai berikut :

Faktor penyesuaian menurut Westinghouse System Keterampilan : Average = +0,03

Usaha : Average = 0,00 Kondisi kerja : Average = 0,00 Konsistensi : Average = 0,00 Faktor penyesuaian (Total) = +0,03

Nilai di atas diperoleh berdasarkan pengamatan langsung pada saat bekerja. Pengambilan nilai dilakukan secara subyektif dan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Misalnya untuk keterampilan (Skill), operator yang diamati mendapat nilai Good (C2) atau +0,03. Penilaian dilakukan atas kriteria berupa :

1. Kualitas hasil baik.

2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya.


(14)

3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan.

Bekerjanya “stabil”.

7. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 8. Gerakan-gerakannya cepat.

Sedangkan dalam penilaian untuk usaha (Effort), operator yang diamati mendapat nilai Average atau 0,00 berdasarkan kriteria berupa :

1. Tidak sebaik good tapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan stabil.

3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik.

5. Melakukan kegiatan-kegiatan dengan perencanaan.

Selanjutnya adalah kondisi kerja (Condition) yang menurut cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Pada operasi pengecoran logam, ruangan yang digunakan sangat luas, namus kondisi ruangan kotor, berdebu dan kondisi ruangan pengap karena banyaknya mesin yang beroperai pada lantai produksi. Melihat keadaan yang demikian, maka diberi penilaian terhadap kondisi tersebut adalah 0,00 atau Average.


(15)

Kemudian faktor yang terakhir adalah konsistensi (Consistency) operator dalam menyelesaiakan pekerjaannya. Untuk operator 1 pada bagian mesin potong mendapat nilai konsistensi yaitu Average atau 0,00. Nilai tersebut diberikan karena waktu penyelesaian operator pada saat bekerja tidak selalu konstan dan tidak berselisih jauh dari rata-rata. Hasil westinghouse factor pada operator dapat dilihat pada Tabel 5.1. utuk cara perhitungan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 5.1. Penilaian Rating Factor Operator

Proses Operator Faktor Rating

(Kelas) Penyesuaian Total

Potong

1

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,03 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00

Konsistensi Average 0,00 2

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,05 Usaha Good (C2) +0,02

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,08 Usaha Good (C2) 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Gerinda 1

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00

Grinda

2

Keterampilan Average 0,00 +0,05 Usaha Good (C1) +0,05

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3

Keterampilan Good (C2) +0,03

Usaha Good (C1) +0,05 +0,08

Kondisi Average 0,00

Konsistensi Average 0,00

Bubut

1

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,05 Usaha Good (C2) +0,02

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,05 Usaha Good (C2) +0,02

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00


(16)

Tabel 5.1. Penilaian Rating Factor Operator (Lanjutan)

Sumber : Pengamatan di PT. Inti Jaya Logam

5.1.5. Allowance

Nilai kelonggaran (Allowance) diberikan yaitu untuk kebutuhan pribadi, rasa lelah. Besarnya kelonggaran yang diberikan ditentukan berdasarkan faktor-faktor tertentu berdasarkan aturan allowance. Besar allowance untuk operator

Proses Operator Faktor Rating

(Kelas) Penyesuaian Total 3

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 4

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,11 Usaha Good (C1) +0,05

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00

Milling

1

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,08 Usaha Good (C1) +0,05

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average +0,01 2

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,08 Usaha Good (C2) +0,02 Kondisi Average 0,00

Konsistensi Average 0,00 3

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,11 Usaha Good (C1) +0,05

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 4

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00

Boring

1

Keterampilan Good (C1) +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2

Keterampilan Good (C2) +0,03 +0,03 Usaha Average 0,00

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3

Keterampilan Average 0,00 +0,05 Usaha Good (C1) +0,05

Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00


(17)

dapat dilihat pada Tabel 5.2. untuk cara penentuan nilai allowance dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 5.2. Penetapan Allowance Untuk Tiap Operator

Proses Operator Faktor Allowance

(%)

Total (%)

Potong 1

Kebutuhan pribadi Pria 1

17 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8

Sikap kerja Membungkuk 4 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang

terputus-putus 2 Keadaan temperature Normal 0 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah 0

Gerinda 1

Kebutuhan pribadi Pria 1

18 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 9

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang

terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal 1 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Sangat bising 1

Bubut 2

Kebutuhan pribadi Pria 1

16 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang

terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal 0 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah 0

Miling 3

Kebutuhan pribadi Pria 1

16 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang

terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal 0 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah 0


(18)

Tabel 5.2. Penetapan Allowance Untuk Tiap Operator (Lanjutan)

Proses Operator Faktor Allowance

(%)

Total (%)

Boring 1

Kebutuhan pribadi Pria 1

17 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 9

Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1 Gerakan kerja Normal 0 Kelelahan mata Pandangan yang

terputus-putus 2 Keadaan temperature Normal 1 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Sangat bising 1 Sumber : Pengamatan di PT. Inti Jaya Logam


(19)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Served (FCFS) PT. Inti Jaya Logam menggunakan metode FCFS untuk menjadwalkan setiap job yang datang dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Juli 2014 urutan pemesan produk yang datang adalah job 1 – job 2 – job 3 – job 4 – job 5 – job 6.

Tabel 6.1. Urutan Penjadwalan Metode FCFS

No. Job Waktu (Menit)

M1 M2 M3 M4 M5 1 Roda

Timbangan 640,24 985,42 1228,89 2685,55 502,84 2 Pulley 308,04 458,12 576,84 1787,73 215,21 3 Sprocket 14T 209,64 527,92 726,10 1108,97 137,68

4 Gear 193,97 631,47 558,03 2311,22 333,73

5 Sprocket 12T 152,51 386,21 563,36 827,65 118,50 6 Impeller 115,54 233,44 285,58 497,01 87,53

Berdasarkan urutan job tersebut diperoleh nilai makespan perusahaan dengan metode FCFS sebesar 12.160,21 menit atau sama dengan 202,67 jam.

6.2. Analisis Penjadwalan dengan Metode Gupta

Penjadwalan dengan metode Gupta dilakukan dengan cara menjumlahkan waktu penyelesaian mesin yang berdekatan untuk memperoleh nilai minimum dari penjumlahan waktu minimum untuk menentukan nilai ei dan si. Selanjutnya hasil perhitungan diurutkan mulai dari job yang memiliki nilai si terbesar hingga


(20)

terkecil. Adapaun urutan job hasil perhitungan dari metode Gupta adalah job 4 – job 1 – job 2 – job 3 – job 5 – job 6.

Tabel 6.2. Urutan Penjadwalan Metode Gupta

No. Job Waktu (Menit)

M1 M2 M3 M4 M5 4 Gear 193,97 631,47 558,03 2311,22 333,73 1 Roda

Timbangan 640,24 985,42 1228,89 2685,55 502,84 2 Pulley 308,04 458,12 576,84 1787,73 215,21 3 Sprocket 14T 209,64 527,92 726,10 1108,97 137,68 5 Sprocket 12T 152,51 386,21 563,36 827,65 118,50 6 Impeller 115,54 233,44 285,58 497,01 87,53

Urutan job yang diperoleh menghasilkan nilai makespan sebesar 10.689,13 menit atau sama dengan 178,15 jam. Nilai makespan metode Gupta lebih singkat jika dibandingkan dengan metode awal perusahaan yaitu metode FCFS.

6.3. Analisis Penjadwalan Metode Dannenbring

Metode Dannenbring merupakan metode yang menentukan urutan pengerjaan produk berdasarkan waktu proses penyelesaian yang terlama hingga tercepat. Pengurutan waktu penyelesaian dimulai dengan mengubah waktu penyelesaian ke dalam dua buah mesin sehingga diperoleh urutan penyelesaian job berupa job 6 – job 5 – job 3 – job 2 – job 4 – job 1.

Tabel 6.3. Urutan Penjadwalan Metode Dannenbring

No. Job Waktu (Menit)

M1 M2 M3 M4 M5 6 Impeller 115,53 233,43 285,57 497,01 87,53 5 Sprocket 12T 152,50 386,20 563,36 827,65 118,50 3 Sprocket 14T 209,64 527,91 726,10 1108,97 137,68


(21)

Tabel 6.3. Urutan Penjadwalan Metode Dannenbring (Lanjutan)

No. Job Waktu (Menit)

M1 M2 M3 M4 M5 2 Pulley 308,04 458,12 576,84 1787,73 215,21 1 Roda

Timbangan 640,24 985,41 1228,89 2685,55 502,84

4 Gear 193,97 631,46 558,03 2311,22 333,73

Hasil perhitungan dengan metode Dannenbring diperoleh nilai makespan sebesar 10.353,39 menit atau sama dengan 172,56 jam. Nilai makespan ini lebih baik dibanding nilai makespan perusahaan.

6.4. Perbandingan Makespan antara Metode FCFS, Metode Gupta, dan Metode Dannenbring

Perbandingan nilai makespan yang dihasilkan dari urutan job berdasarkan perhitungan masing-masing metode memiliki nilai yang berbeda-beda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Perbandingan Urutan dan Makespan Masing-Masing Metode

Metode Urutan Job Makespan (Menit)

FCFS 1 – 2 - 3 – 4 – 5 - 6 12.160,21 Gupta 4 – 1 – 2 – 3 – 5 - 6 10.689,13 Dannenbring 6 – 5 – 3 – 2 – 1 - 4 10.353,39

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diketahui bahwa metode usulan yaitu metode Gupta dan Metode Dannenbring memiliki nilai makespan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan makespan metode FCFS yang digunakan oleh perusahaan. Nilai makespan terkecil diperoleh dengan metode Dannenbring disusul metode Gupta dan yang terakhir adalah metode FCFS.


(22)

Selisish nilai makespan setiap metode dapat dilihat pada Tabel 6.5. Tabel 6.5. Selisih Makespan Tiap Metode

Metode Selisih Makespan

(Menit)

FCFS Gupta 1471,08 FCFS Dannenbring 1806,83 Gupta Dannenbring 335,74

Tabel 6.5. menjelaskan adanya perbedaaan atau selisih makespan yang dihasilkan oleh masing-masing metode. Metode Dannenbring memiliki nilai makespan paling minimum jika dibandingkan dengan kedua metode lainnya dan disusul oleh Metode Gupta. Jika nilai makespan minimum, maka tingkat keterlambatan dapat dikurangi karena waktu proses produksi dapat berlangsung lebih cepat.


(23)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Inti Jaya Logam dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jadwal job yang diperoleh dengan menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring berturut-turut adalah job 4 – job 1 – job 2 – job 3 – job 5 – job 6 dan job 6 – job 5 – job 3 – job 2 – job 4 – job 1.

2. Nilai makespan yang didapat dari metode penjadwalan aktual yang diterapkan di PT. Inti Jaya Logam dengan aturan First Come First Serve adalah sebesar 202,67 jam. Sedangkan nilai makespan untuk metode usulan yaitu metode Gupta dan metode Dannenbring secara berurutan adalah 178,15 jam dan 172,56 jam.

3. Nilai Efficiency Index (EI) metode Dannenbring dan metode Gupta berurutan sebesar 1,17 dan 1,14 menunjukkan bahwa penjadwalan dengan kedua metode tersebut memiliki performance yang baik dibanding dengan metode First Come First Served.

4. Nilai Relative Error (RE) yang diperoleh antara metode Dannenbring dan metode Gupta secara berurutan sebesar 17,45 5 dan 13,76 %. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua metode mampu mempersingkat/menghemat nilai makespan dari metode FCFS.


(24)

5. Metode Dannenbring merupakan metode yang paling optimum karena metode Dannenbring memenuhi setiap kriteria yang delah ditetapkan yaitu memiliki makespan paling minimum, jumlah tardiness minimum, nilai maksimum tardiness paling kecil dan nilai flow time paling minimum.

6. Metode terbaik kedua adalah metode Gupta yang memenuhi 3 kriteria jika dibandingkan dengan metode FCFS yaiatu makespan, jumlah tardiness, dan flow time yang lebih singkat.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan

a. Agar perusahaan mengembangkan metode penjadwlan lain untuk menghasilkan penjadwalan yang lebih baik.

b. Agar perusahaan melakukan penjadwalan terintegrasi berdasarkan job order yang datang setiap periodenya.

c. Agar perusahaan menerapkan sistem database terintegrasi untuk mengorganisir setiap penjadwalan yang dilakukan dan sumber daya yang mendukung tetap terkontrol.

2. Untuk penelitian berikutnya

a. Sebaiknya pada saat hendak melakukan penelitian, pelajari terlebih dahulu sistem perusahaan yang akan diamati untuk memperoleh hasil yang optimum dalam menetapkan metode dan melakukan pengumpulan data.


(25)

b. Sebaiknya penelitian ini dilakukan secara berkelompok untuk memudahkan perngamatan dan perhitungan untuk menghasilkan penelitian yang lebih sistematis dan kompleks.

c. Metode gupta dan metode Dannenbring memiliki kelemahan yaitu hanya dapat digunakan untuk penjadwalan yang memiliki urutan kedatangan produk sama, sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menggunakan metode lainnya yang lebih mampu mencakup seluruh permasalahan penjadwalan yang terjadi pada perusahaan atau instansi yang diteliti.

d. Dengan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, maka diharapkan untuk penelitian sejenis lebih lanjut melakukan penjadwalan untuk setiap lini produksi dalam lantai produksi .


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Inti Jaya Logam berdidri pada tahun berdasarkan akta notaris nomor 0079 tahun 1998 dihadapan notaris Sartono Simbolon, SH. Perusahaan ini didirikan oleh pemiliknya bernama Aswin. Perusahaan ini pada awalnya bergerak dalam bidang pengolahan aluminium menjadi batang aluminium. Selain memproduksi batang aluminium, perusahaan juga melakukan pengecoran logam untuk memproduksi propeller (baling-baling). Disamping menghasilkan batangan aluminium dan spare part propeller, peruahaan juga memproduksi spare part mesin jika ada permintaan dari perusahaan tertentu. Daerah pemasaran perusahaan ini meliputi Pulau Sumatera dan sekitarnya.

Perkembangan perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dari keadaan awal. Jumlah permintaan akan hasil produksi juga semakin meningkat. Banyakanya permintaan produksi yang datang cenderung pada produksi spare part mesin. Melihat tingginya permintaan dan kecenderungan pasar akan spare part mesin, maka pada tahun 2002 perusahaan ini mulai mengalihkan kegiatan usahanya dengan pembuatan perlengkapan mesin-mesin yang dibutuhkan perusahaan manufaktur seperti perlengkapan untuk mesin boiler yaitu bushing cast iron dan tempahan perlengkapan mesin lainnya seperti impeller, pulley, gear, roda timbangan, dan sprocket.


(27)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Inti Jaya Logam bergerak dalam bidang pengecoran pembuatan benda-benda logam seperti perlengkapan untuk mesin boiler yaitu bushing cast iron dan tempahan perlengkapan mesin lainnya seperti impeller, pulley, gear, roda timbangan, sprocket, dll. Target pemasaran PT. Inti Jaya Logam adalah industri-industri yang berada di wilyah Sumatera dan sekitarnya yang membutuhkan perlengkapan mesin produksi.

2.3. Struktur Organisasi Dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi dalam perusahaan berfungsi untuk menyatakan hierarki tentang jabatan seseorang dalam perushaan. Struktur organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-sungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda dikoordinasikan satu sama lain. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah, dan penyampaian laporan antar lini dan bagian dalam perusahaan atau organisasi.

Struktur organisasi yang digunakan PT. Inti Jaya Logam adalah struktur organisasi lini-fungsional.


(28)

Sumber: PT. Inti Jaya Logam

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Inti Jaya Logam


(29)

Organisasi Lini dan Fungsional merupakan suatu bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada perkepala unit dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu dan selanjutnya pimpinan tertinggi tadi masih melimpahkan wewenang kepada pejabat fungsional yang melaksanakan bidang pekerjaan operasional dan hasil tugasnya diserahkan kepada kepala unit terdahulu tanpa memandang eselon atau tingkatan.

Organisasi Lini dan Fungsional memiliki ciri-ciri:

· Tidak tampak adanya perbedaan tugas-tugas pokok dan tugas-tugas yang bersifat bantuan.

· Terdapat spesialisasi yang maksimal.

· Tidak ditonjolkan perbedaan tingkatan dalam pembagian kerja.

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam suatu organisasi sangat penting bagi personil yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi untuk menggerakkan organisasi tersebut. Adapun uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing personil berdasarkan jabatannya dapat dilihat pada Lampiran.

2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada PT. Inti Jaya Logam sebanyak 82 orang. Adapun data tenaga kerja beserta jabatannya pada perusahaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.1.


(30)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Inti Jaya Logam

No. Jabatan Jumlah (Orang)

1 Direktur 1

2 Wakil Direktur 1

3 Sekertaris 1

4 Bagian Keuangan 1

5 Bagian Kasir 1

6 Bagian Administrasi 1

7 Bagian Pengangkutan 1

8 Bagian Produksi 1

9 Bagian Perlengkapan 1

10 Bagian Personalia 1

11 Bagian Gudang 2

12 Bagian Perawatan 1

13 Bagian Pemasaran 1

14 P3K 2

15 Satpam/Keamanan 4

16 Tenaga Kerja Bagian Pembuatan Cetakan 15 17 Tenaga Kerja Bagian Peleburan Logam 10

18 Tenaga Kerja Bagian Finishing 22

19 Tenaga Kerja Bagian Pemeriksaan Mutu 2 20 Tenaga Kerja Bagian Pengepakkan 2

21 Operator Forklift 2

22 Operator Bengkel 4

24 Delivery Order 2

25 Petugas Kebersihan 3

TOTAL 82 Sumber : PT. Inti Jaya Logam

Pembagian jam kerja pada PT. Inti Jaya Logam terbagi atas dua jenis yaitu jam kerja regular dan shift.

a. Jam kerja regular

‐ Hari Senin s/d Jumat pukul 08.00 s/d 17.00

Istirahat pukul 12.00 s/d 13.00

‐ Hari Sabtu pukul. 08.00 s/d 12.00


(31)

Jam kerja regular berlaku bagi seluruh karyawan di perusahaan tersebut kecuali bagian satpam.

b. Jam kerja shift

‐ Shift I

Jam kerja pukul 06.00 s/d 18.00

‐ Shift II

Jam kerja pukul 18.00 s/d 06.00

Jam kerja shift berlaku untuk bagian satpam.

2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

Sistem pengupahan yang berlaku di PT. Inti Jaya Logam diberikas sesuai dengan stasus karyawan pada perusahaan yang besarnya berdasarkan atas upah minimum regional (UMR) yang ditetapkan oleh pemerintah. Pemberian upah dilaksanakan pada tanggal 30 setiap bulannya.

Upah yang diberikan terdiri atas dua jenis upah, yaitu: 1. Upah harian

Upah harian yaitu pembayaran yang diterima setiap pegawai sesuai dengan jadwal jam masuk kerja setiap harinya. Upah harian belum termasuk biaya makan pegawai. Biaya makan pegawai diberikan perusahaan sebesar Rp. 10.000 per hari.

2. Upah lembur

Upah lembur diberikan kepada karyawan yang melakukan pekerjaan melebihi jam normal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Upah diberikan sebesar 20% per jam dari gaji harian.


(32)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat kaitannya dengan performansi suatu perusahaan. Performansi perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan baik dari segi waktu maupun dari segi jumlah produk yang dijanjikan. Kelalaian dalam memenuhi kepuasan pelanggan akan berakibat fatal bagi kemajuan perusahaan, dimana persaingan antar perusahaan dalam dunia industri semakin ketat.

PT. Inti Jaya Logam adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam industri manufaktur untuk memproduksi perlengkapan mesin-mesin yang dibutuhkan perusahaan manufaktur berupa spare part untuk mesin boiler yaitu bushing cast iron dan tempahan perlengkapan mesin lainnya seperti impeller, gear, sprocket 12T, sprocket 14T, pulley dan roda timbangan. Proses produksi pada PT. Inti Jaya Logam dilakukan berdasarkan urutan proses pengerjaan yang telah ditetapkan. Sistem pengerjaan produk dilakukan dengan cara mengurutkan daftar pesanan yang diterima oleh perusahaan yaitu system FCFS (First Come First Served).

Kegiatan proses produksi di lantai produksi sering mengalami keterlambatan pada kegiatan yang melalui mesin yang sama. Keterlambatan


(33)

terjadi akibat penggunaan mesin yang sama untuk pengerjaan produk yang berbeda. Data permintaan dan keterlambatan periode tahun 2013 pada PT. Inti Jaya Logam dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Permintaan dan Keterlambatan Periode Tahun 2013

Periode Order/Bulan

(order) Jumlah Produksi (unit) Jumlah Order Terpenuhi Jumlah Order Terlambat

Januari 11 1899 8 3

Februari 7 1190 6 1

Maret 8 1724 6 2

April 9 1971 7 2

Mei 8 1349 7 1

Juni 10 1164 8 2

Juli 8 1989 7 1

Agustus 7 1371 4 3

September 10 1830 7 3

Oktober 9 1536 7 2

November 8 1769 7 1

Desember 7 1676 6 1

Total 102 19.468 80 22

Sumber : PT. Inti Jaya Logam

Tabel 1.1 menjelaskan adanya keterlambatan pemenuhan pesanan pada PT. Inti Jaya Logam yang relatif tinggi. Sistem pelayanan pada PT. Inti Jaya Logam adalah sistem FCFS menuntut perusahaan untuk memproduksi produk sesuai dengan urutan. Metode FCFS yang digunakan perusahaan belum mampu memanfaatkan kapasitas (sumber daya, waktu proses, waktu mulai, dan waktu selesai) secara optimum untuk menghindari keterlambatan produksi yang dapat dilihat dari tingginya makespan di lantai produksi.

Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Inti Jaya Logam tergantung dari kedatangan dan jumlah permintaan konsumen. Kedatangan permintaan konsumen tidak terjadwal secara berkala karena permintaan konsumen dipengaruhi oleh kerusakan mesin industri konsumen yang bersifat stokastik. Kerusakan mesin


(34)

industri terjadi akibat adanya kerusakan spare part mesin industri yang juga bersifat stokastik. Stokastik terjadi ketika informasi yang diperoleh tidak pasti tetapi memiliki kecenderungan yang jelas atau menyangkut adanya distribusi tertentu.

Penjadwalan produksi yang bersifat stokastik dengan penggunaan mesin majemuk dan pola kedatangan job yang dinamis dapat dianalisis dengan menggunakan algoritma heuristik untuk memperoleh maskepan dengan waktu penyelesaian yang paling cepat. Dalam pemenuhan pesanan konsumen, produk yang sering mengalami keterlambatan adalah produk yang memiliki lintasan yang sama pada proses produksinya.

Dalam penelitian ini digunakan metode Heuristik Gupta dan metode Heuristik Dannenbring. Kedua metode tersebut sangat sesuai digunakan untuk menganalisis kasus penjadwalan yang memiliki mesin seri dengan sejumlah job (n-job m-machine). Nilai makespan yang dihasilkan dari metode Gupta dan metode Dannenbring kemudian akan dibandingkan dengan makespan metode FCFS yang digunakan perusahaan untuk memperoleh nilai makespan yang paling minimum sehingga mampu mengurangi tingkat keterlambatan yang terjadi pada perusahaan.

Penelitian menggunakan metode Dannenbring dilakukan oleh Malik dan Dhingra (2013) melakukan penjadwalan terhadap n job dan m mesin. Penjadwalan dilakukan dengan menggunakan lima metode heuristic yaitu metode Palmer, Dannenbring (RA), Gupta, dan NEH untuk melakukan analisis dan uji terhadap permasalahan penjadwalan yang melibatkan 10 job dan 5 mesin. Penelitian


(35)

tersebut bertujuan untuk meminimalkan waktu penyelesaian pekerjaan, total waktu flow, minimisasi makespan, meminimalkan keterlambatan, dll.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara keseluruhan metode Dannenbring (RA) memberikan hasil yang lebih baik. Metode RA mampu meningkatkan kapasitas mesin produksi untuk proses pengerjaan yang lebih efektif. Metode ini sangat berguna untuk memecahkan permasalahan flow shop secara efektif dan efisien.

Sebuah penelitian juga dilakukan pada PT. Harapan Widyatama Pertiwi dengan membandingkan metode CDS, Gupta, dan Heuristic Pour untuk memperoleh penjadwalan produksi optimal yang dilakukan oleh Gozali et al. (2013). Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa penjadwalan yang disarankan untuk meminimisasi makespan dan mengurangi keterlambatan produksi perusaaan adalah dengan menggunakan metode Heuristic Gupta yang memenuhi tiga dari enam kategori yang ditetapkan yaitu yaitu meminimasi makespan dan meminimasi lateness dalam memenuhi pesanan pelanggan, serta memenuhi kriteria tambahan dengan mean flow time terkecil di antara metode lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang diperoleh yaitu metode penjadwalan produksi yang digunakan oleh perusahaan belum mampu mengatasi pemenuhan pesanan konsumen berdasarkan due date yang disepakati sehingga sering terjadi keterlambatan. Keterlambatan terjadi sebagai akibat nilai makespan


(36)

yang dihasilkan metode perusahaan sangat tinggi, sehingga perlu dilakukan penjadwalan ulang untuk meminimisasi makespan dan memenuhi kriteria penjadwalan yang ditetapkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk menemukan metode penjadwalan yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan pada PT. Inti Jaya Logam.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Perbandingan metode penjadwalan produksi yang memberikan hasil yang paling optimal dari metode FCFS yang digunkan perusahaan dengan metode usulan yaitu Metode Gupta dan Metode Dannenbring.

2. Penentuan urutan pengerjaan produk berdasarkan kriteria masing-masing metode yang diusulkan.

3. Penyelesaian masalah penjadwalan berdasarkan nilai makespan paling minimum yang diperoleh.

4. Pemilihan metode yang paling optimal berdasarkan kriteria tambahan berupa jumlah tardiness, maksimum tardiness, mean tardiness, dan flow time minimum.

5. Penentuan ukuran kinerja penjadwalan usulan yang dilihat dari Efficiency Index dan Reltive Error.


(37)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah di lapangan kerja dan menambah keterampilan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal penjadwalan produksi. Mengaplikasikan Metode Gupta dan Metode Dannenbring untuk menentukan penjadwalan produksi.

2. Manfaat bagi perusahaan

Sebagai masukan bagi perusahaan dalam perancangan dan pengembangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan dan menghasilkan produk yang efisien dan efektif dari segi waktu perakitan maupun biaya yang digunakan dengan cara memperoleh nilai makespan yang paling minimum. 3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Penelitian ini memberikan tambahan pustaka dan mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.


(38)

ABSTRAK

PT. Inti Jaya Logam merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi spare part mesin-mesin industri manufaktur lainnya. Perusahaan melakukan kegiatan produksi berdasarkan job order yang mana proses pengerjaannya menggunakan aturan FCFS (First Come First Served). Penjadwalan perusahaan sering mengalami keterlambatan terutama pada produk yang memiliki aliran yang sama. Penelitian dilakukan untuk menemukan urutan penjadwalan optimal dengan kriteria minimisasi makespan dengan menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring. Metode FCFS yang digunakan oleh perusahaan menghasilkan makespan sebesar 12.160,21 menit = 202,67 jam. Metode yang diusulkan memiliki tingkat performance yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode perusahaan yang ditunjukkan dalam eficiency index (EI) dan relative error (RE). Nilai EI Metode Gupta dan Metode Dannenbring masing sebesar 1,14 dan 1,17. Sedangkan nilai RE kedua metode masing-masing sebesar 13,76% dan 17,45%. Kesimpulan yang diperoleh bahwa metode Dannenbring menghasilkan nilai makespan paling minimum dengan pengurangan makespan sebesar 1.806,83 = 30,11 jam. Metode Dannenbring juga memenuhi kriteria tambahan yaitu memiliki jumlah tardiness paling minimum sebanyak 2 job lebih sedikit dari Metode FCFS sebanyak 4 job, memiliki nilai maksimum tardiness yang paling kecil yaitu sebesar 2 hari, mean tardiness paling kecil, serta flow time yang paling singkat yaitu sebesar 12.551,13 menit.

Kata Kunci : Penjadwalan, First Come First Served, Algoritma Gupta, Algoritma Dannenbring, Makespan.


(39)

ANALISIS EFEKTIVITAS PENJADWALAN PRODUKSI

MENGGUNAKAN METODE GUPTA DAN METODE DANNENBRING TERHADAP METODE FCFS (FIRST COME FIRST SERVED)

PADA PT. INTI JAYA LOGAM

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik

Oleh

PERLIN MARTUA

NIM. 090403097

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(40)

(41)

(42)

(43)

(44)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Laporan Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Inti Jaya Logam yang bergerak dibidang produksi spare part mesin yang akan digunakan untuk mesin pabrik manufaktur. Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini ke depan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS.

November 2014


(45)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulisan Tugas Sarjana ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa materi, spiritual, informasi maupun administrasi terutama dari Ibu tercinta M. R. Nainggolan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, antara lain:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. Selaku sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T. dan Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc., selaku coordinator Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri.

4. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, M.T., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ikhsan Siregar, S.T., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, perhatian, dan pemikiran dalam memberikan bimbingan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Hendra selaku Manager Produksi PT. Bina Karya Logam Mandiri yang telah memberikan izin bagi penulis dalam melaksanakan Tugas Sarjana diperusahaan tersebut dan memberikan arahan serta bimbingan mengenai perusahaan. Juga kepada seluruh jajaran dan staff yang telah banyak


(46)

membantu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penulis dalam melaksanakan Tugas Sarjana ini.

6. Kepada adik-adikku Kharlina Ade Lista, Pinitta Lasmaria, Wifelva Arianola, dan Welfria Tamelda yang telah mendukung lewat doa dan dukungan kepada penulis.

7. Staff pegawai Teknik Industri Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Kak Rahma, Kak Mia, Ibu Ani, dan Bang Ridho terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan Tugas Sarjana ini.

8. Kepada yang terkasih Ira Santha Charoline buat bantuan, perhatian dan yang selalu mendukung penulis dari awal hingga selesainya Laporan Tugas Sarjana ini.

9. Kepada William Lusentio, S.T., yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengerjaan laporan ini baik dari awal hingga selesai.

10.Kepada Ezrilona Silalahi yang menyediakan rumahnya sebagai tempat untuk mengerjakan laporan secara bersama-sama dan juga Recky Yohany Pantra Simamora, S.T. sebagai rekan satu dosen pembimbing yang selalu bersama dengan penulis dalam mengerjakan laporan dan melakukan bimbingan.

11.Kepada Sahabat dan teman-temanku Yon Handika Siregar, Leonard Pasaribu, Lusi Astri Tanjung, S.T., Tonggo Hutabarat, S.T., Hasianna Situmorang, S.T.,

Christiany Simanungkalit, S.T., Bermart A. Parapat, Prima Satria Barus, Fredryk Wesly, S.T., Raysha Cynthia Dewi Pratama Ginting, S.T., Andi

Suranta Meliala, S.T., Donny Heri Pasaribu, S.T., Regina Melisa Napitupulu, Ade Maranata Gorat, S.T., Rodearto Damanik, Vachiona Napitu, S.T., Oloan


(47)

P.S, Daniel Angkat, Arsyad Siregar, S.T., Mandala Putra Nasution, S.T., Indra Amri, Fahrul Rozi Siregar, Robin Wijaya, S.T., dan teman-teman stambuk 2009 (IE-KLAN) yang belum disebutkan satu-persatu buat kebersamaannya selama di Teknik Industri.

12.Rekan satu bimbingan yang selalu berbagi informasi informasi Bang Tamadiputra dan Bang Alamsyah Putra, Ririn Tarigan dan Martha Panggabean, dan rekan lainnya yang belum disebutkan satu-persatu.

13.Adik-adik stambuk Daniel Fasla Barasa, Daniel Simatupang, Andikha Gabe Mario Pardede, dan yang lainnya yang belum disebutkan buat dukungannya selama di Teknik Industri.


(48)

ABSTRAK

PT. Inti Jaya Logam merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi spare part mesin-mesin industri manufaktur lainnya. Perusahaan melakukan kegiatan produksi berdasarkan job order yang mana proses pengerjaannya menggunakan aturan FCFS (First Come First Served). Penjadwalan perusahaan sering mengalami keterlambatan terutama pada produk yang memiliki aliran yang sama. Penelitian dilakukan untuk menemukan urutan penjadwalan optimal dengan kriteria minimisasi makespan dengan menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring. Metode FCFS yang digunakan oleh perusahaan menghasilkan makespan sebesar 12.160,21 menit = 202,67 jam. Metode yang diusulkan memiliki tingkat performance yang lebih baik jika dibandingkan dengan metode perusahaan yang ditunjukkan dalam eficiency index (EI) dan relative error (RE). Nilai EI Metode Gupta dan Metode Dannenbring masing sebesar 1,14 dan 1,17. Sedangkan nilai RE kedua metode masing-masing sebesar 13,76% dan 17,45%. Kesimpulan yang diperoleh bahwa metode Dannenbring menghasilkan nilai makespan paling minimum dengan pengurangan makespan sebesar 1.806,83 = 30,11 jam. Metode Dannenbring juga memenuhi kriteria tambahan yaitu memiliki jumlah tardiness paling minimum sebanyak 2 job lebih sedikit dari Metode FCFS sebanyak 4 job, memiliki nilai maksimum tardiness yang paling kecil yaitu sebesar 2 hari, mean tardiness paling kecil, serta flow time yang paling singkat yaitu sebesar 12.551,13 menit.

Kata Kunci : Penjadwalan, First Come First Served, Algoritma Gupta, Algoritma Dannenbring, Makespan.


(49)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

ABSTRAK ... xix

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-5 1.4. Manfaat Penelitian ... I-6 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-8


(50)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Struktur Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggungjawab ... II-4 2.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-4 2.5. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-6 2.6. Proses Produksi ... II-7 2.6.1. Uraian Proses Produksi ... II-7 2.6.2. Bahan yang Digunakan ... II-8 2.6.2.1. Bahan Baku ... II-8 2.6.2.2. Bahan Tambahan ... II-9

2.6.2.3. Bahan Penolong ... II-9 2.6.3. Standar Mutu Bahan Baku ... II-9 2.6.4. Mesin dan Peralatan ... II-9 2.6.5. Utilitas ... II-10

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Penjadwalan Produksi ... III-1


(51)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.2. Permasalahan dalam Penjadwalan ... III-2 3.3. Terminologi Penjadwalan ... III-4 3.4. Tujuan Penjadwalan ... III-5 3.5. Aturan Prioritas ... III-5 3.6. Klasifikasi Penjadwalan ... III-6 3.7. Algoritma Gupta ... III-9 3.8. Algoritma Dannenbring ... III-10 3.9 . Pengukuran Waktu (Time Study) ... III-11 3.10. Stopwatch Time Study (Jam Henti) ... III-13 3.11. Penilaian Performance Kerja ... III-17 3.12. Penetapan Kelonggaran (Allowance) ... III-20 3.13. Penelitian Terdahulu ... III-22

3.13.1. P e r e n c a n a a n P e n j a d w a l a n P r o d u k s i p a d a PT. Harapan Widyatama Pertiwi untuk Produk Pipa

PVC ... III-22 3.13.2. Permasalahan Penjadwalan Flow Shop untuk 10-job

1 0 - M e s i n M e n g g u n a k a n M o d e l H e u r i s t i k y a n g Menggunakan Kriteria Makespan ... III-23


(52)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.13.3. Analisis Perbandingan Heuristik untuk Meminimalkan Makespan pada Penjadwalan

Flow Shop ... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Subjek dan Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-4 4.6. Rancangan Penelitiaan ... IV-5

4.7. Pengumpulan Data ... IV-6 4.7.1. Sumber Data ... IV-6

4.7.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-7 4.7.3. Instrumen Penelitian ... IV-7 4.8. Pengolahan Data ... IV-8

4.8.1. Metode Gupta ... IV-8 4.8.2. Metode Dannenbring ... IV-9 4.8.3. Perhitungan Parameter Performansi Penjadwalan ... IV-9 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV- 10


(53)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-11

V PENGUMPULAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Permintaan Produk ... V-1 5.1.2. Data Mesin ... V-1 5.1.3. Urutan Proses Produksi ... V-2 5.1.4. Rating Factor Pekerja ... V-2 5.1.5. Allowance ... V-6

5.1.6. Data Pengukuran Waktu Tiap Job ... V-7 5.2. Pengolahan Data ... V-9

5.2.1. Uji Keseragaman Data dan Uji Kecukupan Data ... V-9 5.2.1.1. Uji Keseragaman ... V-9 5.2.1.2. Uji Kecukupan Data ... V-14 5.2.2. Menghitung Waktu Standar ... V-18 5.2.3. Waktu Penyelesaian ... V-21 5.2.4. Perhitungan Solusi Awal Metode First Come First

Served (FCFS) ... V-22 5.2.5. Penjadwalan dengan Metode Gupta ... V-23 5.2.6. Penjadwalan dengan Metode Dannenbring ... V-28


(54)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.7. Perhitungan Kriteria Penjadwalan ... V-33 5.2.8. Perhitungan Efficiency Index (EI) ... V-35 5.2.9. Perhitungan Relative Error (RE) ... V-35

VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ...

VI-1 6.1. Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Served

(FCFS) ... VI-1 6.2. Analisis Penjadwalan dengan Metode Gupta ... VI-1 6.3. Analisis Penjadwalan dengan Metode Dannenbring ... VI-2 6.4. Perbandingan Makespan antara Metode FCFS, Metode Gupta,

dan Metode Dannenbring ... VI-3 6.5. Analisis Number of Tardy ... VI-4 6.6. Analisis Parameter Performansi Penjadwalan ... IV-6 6.7. Analisis Metode Keseluruahan ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2


(55)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Uraian Tugas dan Tanggung Jawab - Westinghouse

- Tabel Allowance - Form TA

- Surat Penjajakan - Surat Balasan - SK Tugas Sarjana - Lembar Asistensi


(56)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Permintaan dan Keterlambatan Periode Tahun 2013 ... I-2 2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Inti Jaya Logam ... II-5 2.2. Mesin dan Spesifikasi Mesin Yang Digunakan ... II-10 2.3. Peralatan yang Digunakan ... II-10 3.1. Westinghouse Factor ... III-18

5.1. Data Permintaan Produk ... V-1 5.2. Data Mesin ... V-1 5.3. Penilaian Rating Factor Operator ... V-4 5.4. Penetapan Allowance untuk Tiap Operator ... V-6 5.5. Data Pengukuran Waktu Tiap Job ... V-8

5.6. Uji Keseragaman Data Waktu Roda Timbangan pada Mesin 1 ... V-9

5.7. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Roda

Timbangan ... V-11 5.8. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Pulley ... V-12 5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Sprocket 14T ... V-12 5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Gear ... V-13 5.11. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Sprocket 12T ... V-13 5.12. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Impeller ... V-14 5.13. Uji Kecukupan Data Produk Roda Timbangan pada Mesin 1 ... V-15

5.14. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Roda Timbangan . V-16


(57)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.15. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Pulley ... V-16 5.16. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Sprocket 14T ... V-17 5.17. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Gear ... V-17 5.18. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Sprocket 12T ... V-18 5.19. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Impeller ... V-18 5.20. Waktu Terpilih Setiap Job ... V-19 5.21. Perhitungan Waktu Baku ... V-20 5.22. Perhitungan Waktu Penyelesaian ... V-21 5.23. Data Waktu Penyelesaian Job Setiap Mesin ... V-22

5.24. Perhitungan Makespan Produk Metode FCFS ... V-23

5.25. Data Waktu Penyelesaian Job Setiap Mesin ... V-24

5.26. Hasil Perhitungan Waktu Job Mesin yang Berurutan ... V-24

5.27. Hasil Perhitungan Waktu Minimum ... V-25 5.28. Menentukan Nilai ei ... V-26 5.29. Perhitungan Nilai Si ... V-26 5.30. Urutan Job Optimal Metode Gupta ... V-27

5.31. Perhitungan Makespan Produk Metode Gupta ... V-27

5.32. Data Waktu Job setiap Mesin ... V-28

5.33. Perhitungan ai1 dan ai2 ... V-29 5.34. Iterasi 1 ... V-29


(58)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.35. Iterasi 2 ... V-30 5.36. Iterasi 3 ... V-30 5.37. Iterasi 4 ... V-31 5.38. Iterasi 5 ... V-31 5.39. Iterasi 6 ... V-32 5.40. Urutan Job Optimal Metode Dannenbring ... V-32 5.41. Perhitungan Makespan Produk Metode Dannenbring ... V-33 5.42. Kalender BUlan Juli-September 2014 ... V-34 5.43. Perbandingan Tanggal Penyelesaian Job dan Due Date ... V-34 6.1. Urutan Penjadwalan Metode FCFS ... VI-1 6.2. Urutan Penjadwalan Metode Gupta ... VI-2 6.3. Urutan Penjadwalan Metode Dannenbring ... VI-2 6.4. Perbandingan Urutan dan Makespan Masing-Masing Metode ... VI-3 6.5. Selisih Makespan Tiap Metode ... VI-4 6.6. Perbandingan Lateness ... VI-5 6.7. PErbandingan Jumlah Tardiness, Maksimum Tardiness, dan Mean

Tardiness ... VI-5 6.8. Perhitungan Nilai Flow Time ... VI-6 6.9. Perbandingan Nilai EI dan RE ... VI-6 6.10. Perbandingan Pemenuhan Kriteria Setiap Metode ... VI-8


(59)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Inti Jaya Logam ... II-3 2.2. Aliran Proses Kelima Spare part yang Diteliti ... II-8 3.1. Pola Aliran Flow Shop ... III-8 3.2. Pola Aliran Job Shop ... III-8 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-12 4.3. Blok Diagram Metode Gupta ... IV-13 4.4. Blok Diagram Metode Dannenbring ... IV-14 5.1. Aliran Proses Produksi Produk yang Diteliti ... V-2 5.2 Peta Kontrol Produk Roda Timbangan Pada Mesin 1 ... V-11 5.3. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan FCFS ... V-37 5.4. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan Gupta ... V-38 5.5. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan Dannenbring ... V-39


(60)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 2. Westinghouse ... L-7 3. Tabel Allowance ... L-15 4. Form TA ... L-18 5. Surat Penjajakan ... L-19 6. Surat Balasan ... L-20 7. SK Tugas Sarjana ... L-21 8. Lembar Asistensi ... L-22


(1)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

- Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

- Westinghouse

- Tabel Allowance - Form TA

- Surat Penjajakan - Surat Balasan - SK Tugas Sarjana - Lembar Asistensi


(2)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1. Data Permintaan dan Keterlambatan Periode Tahun 2013 ... I-2 2.1. Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Inti Jaya Logam ... II-5 2.2. Mesin dan Spesifikasi Mesin Yang Digunakan ... II-10 2.3. Peralatan yang Digunakan ... II-10 3.1. Westinghouse Factor ... III-18 5.1. Data Permintaan Produk ... V-1 5.2. Data Mesin ... V-1 5.3. Penilaian Rating Factor Operator ... V-4 5.4. Penetapan Allowance untuk Tiap Operator ... V-6 5.5. Data Pengukuran Waktu Tiap Job ... V-8 5.6. Uji Keseragaman Data Waktu Roda Timbangan pada Mesin 1 ... V-9 5.7. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Roda

Timbangan ... V-11 5.8. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Pulley ... V-12 5.9. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Sprocket 14T ... V-12 5.10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Gear ... V-13 5.11. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Sprocket 12T ... V-13 5.12. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Waktu Produk Impeller ... V-14 5.13. Uji Kecukupan Data Produk Roda Timbangan pada Mesin 1 ... V-15 5.14. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Roda Timbangan . V-16


(3)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.15. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Pulley ... V-16 5.16. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Sprocket 14T ... V-17 5.17. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Gear ... V-17 5.18. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Sprocket 12T ... V-18 5.19. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Waktu Produk Impeller ... V-18 5.20. Waktu Terpilih Setiap Job ... V-19 5.21. Perhitungan Waktu Baku ... V-20 5.22. Perhitungan Waktu Penyelesaian ... V-21 5.23. Data Waktu Penyelesaian Job Setiap Mesin ... V-22 5.24. Perhitungan Makespan Produk Metode FCFS ... V-23 5.25. Data Waktu Penyelesaian Job Setiap Mesin ... V-24 5.26. Hasil Perhitungan Waktu Job Mesin yang Berurutan ... V-24 5.27. Hasil Perhitungan Waktu Minimum ... V-25 5.28. Menentukan Nilai ei ... V-26 5.29. Perhitungan Nilai Si ... V-26 5.30. Urutan Job Optimal Metode Gupta ... V-27 5.31. Perhitungan Makespan Produk Metode Gupta ... V-27 5.32. Data Waktu Job setiap Mesin ... V-28 5.33. Perhitungan ai1 dan ai2 ... V-29 5.34. Iterasi 1 ... V-29


(4)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.35. Iterasi 2 ... V-30 5.36. Iterasi 3 ... V-30 5.37. Iterasi 4 ... V-31 5.38. Iterasi 5 ... V-31 5.39. Iterasi 6 ... V-32 5.40. Urutan Job Optimal Metode Dannenbring ... V-32 5.41. Perhitungan Makespan Produk Metode Dannenbring ... V-33 5.42. Kalender BUlan Juli-September 2014 ... V-34 5.43. Perbandingan Tanggal Penyelesaian Job dan Due Date ... V-34 6.1. Urutan Penjadwalan Metode FCFS ... VI-1 6.2. Urutan Penjadwalan Metode Gupta ... VI-2 6.3. Urutan Penjadwalan Metode Dannenbring ... VI-2 6.4. Perbandingan Urutan dan Makespan Masing-Masing Metode ... VI-3 6.5. Selisih Makespan Tiap Metode ... VI-4 6.6. Perbandingan Lateness ... VI-5 6.7. PErbandingan Jumlah Tardiness, Maksimum Tardiness, dan Mean

Tardiness ... VI-5 6.8. Perhitungan Nilai Flow Time ... VI-6 6.9. Perbandingan Nilai EI dan RE ... VI-6 6.10. Perbandingan Pemenuhan Kriteria Setiap Metode ... VI-8


(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT. Inti Jaya Logam ... II-3 2.2. Aliran Proses Kelima Spare part yang Diteliti ... II-8 3.1. Pola Aliran Flow Shop ... III-8 3.2. Pola Aliran Job Shop ... III-8 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.2. Blok Diagram Metodologi Penelitian ... IV-12 4.3. Blok Diagram Metode Gupta ... IV-13 4.4. Blok Diagram Metode Dannenbring ... IV-14 5.1. Aliran Proses Produksi Produk yang Diteliti ... V-2 5.2 Peta Kontrol Produk Roda Timbangan Pada Mesin 1 ... V-11 5.3. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan FCFS ... V-37 5.4. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan Gupta ... V-38 5.5. Gantt Chart Penjadwalan dengan Aturan Dannenbring ... V-39


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1

2. Westinghouse ... L-7

3. Tabel Allowance ... L-15 4. Form TA ... L-18 5. Surat Penjajakan ... L-19 6. Surat Balasan ... L-20 7. SK Tugas Sarjana ... L-21 8. Lembar Asistensi ... L-22


Dokumen yang terkait

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

12 49 61

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 18

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 1

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 7

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 9

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 1

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 6

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 6

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 2

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 1 22