Kerangka Konseptual Penelitian Rancangan Penelitian Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Served FCFS

a. Waktu Baku Variabel ini menunjukkan waktu penyelesaian produk yang dipengaruhi oleh rating factor dan allowance per satuan unit. b. Waktu Penyelesaian Variabel ini menunjukkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh proses produksi dari awal hingga akhir pada penjadwalan produksi actual untuk keseluruhan jumlah permintaan. c. Makespan Aktual Variabel ini menunjukkan nilai makespan yang diperoleh dari metode FCFS berdasarkan urutan kedatangan job. d. Makespan Usulan Minimum Variabel ini menunjukkan nilai makespan yang diperoleh dari metode usulan dengan mengambil nilai makespan minimum dari usulan urutan pengerjaan job yang ada.

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka konseptual yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis. Kerangka konseptual inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian Sekaren, 2006. Adapun kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya. 2. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. 3. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu: a. Data primer berupa data jumlah jenis produk, urutan proses produksi dan waktu produksi tiap jenis produk, yang diperoleh melalui proses pengamatan langsung dengan menggunakan stopwatch. b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan PT. Inti Jaya Logam dengan teknik wawancara 4. Dilakukan pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. Universitas Sumatera Utara BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Rating Factor Pekerja

Penilaian rating factor Rf dilakukan terhadap operator yang bekerja secara manual dan bekerja dengan mesin pada lantai produksi. Perhitungan nilai rating factor dilakukan menggunakan westinghouse yang memperhatikan 4 faktor yaitu keterampilan, usaha, kondisi dan konsistensi. Contoh perhitungan rating factor untuk operator 1 pada bagian mesin potong adalah sebagai berikut : Faktor penyesuaian menurut Westinghouse System Keterampilan : Average = +0,03 Usaha : Average = 0,00 Kondisi kerja : Average = 0,00 Konsistensi : Average = 0,00 Faktor penyesuaian Total = +0,03 Nilai di atas diperoleh berdasarkan pengamatan langsung pada saat bekerja. Pengambilan nilai dilakukan secara subyektif dan sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Misalnya untuk keterampilan Skill, operator yang diamati mendapat nilai Good C2 atau +0,03. Penilaian dilakukan atas kriteria berupa : 1. Kualitas hasil baik. 2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya. Universitas Sumatera Utara 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan. Bekerjanya “stabil”. 7. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 8. Gerakan-gerakannya cepat. Sedangkan dalam penilaian untuk usaha Effort, operator yang diamati mendapat nilai Average atau 0,00 berdasarkan kriteria berupa : 1. Tidak sebaik good tapi lebih baik dari poor. 2. Bekerja dengan stabil. 3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik. 5. Melakukan kegiatan-kegiatan dengan perencanaan. Selanjutnya adalah kondisi kerja Condition yang menurut cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Pada operasi pengecoran logam, ruangan yang digunakan sangat luas, namus kondisi ruangan kotor, berdebu dan kondisi ruangan pengap karena banyaknya mesin yang beroperai pada lantai produksi. Melihat keadaan yang demikian, maka diberi penilaian terhadap kondisi tersebut adalah 0,00 atau Average. Universitas Sumatera Utara Kemudian faktor yang terakhir adalah konsistensi Consistency operator dalam menyelesaiakan pekerjaannya. Untuk operator 1 pada bagian mesin potong mendapat nilai konsistensi yaitu Average atau 0,00. Nilai tersebut diberikan karena waktu penyelesaian operator pada saat bekerja tidak selalu konstan dan tidak berselisih jauh dari rata-rata. Hasil westinghouse factor pada operator dapat dilihat pada Tabel 5.1. utuk cara perhitungan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 5.1. Penilaian Rating Factor Operator Proses Operator Faktor Rating Kelas Penyesuaian Total Potong 1 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,03 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,05 Usaha Good C2 +0,02 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,08 Usaha Good C2 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Gerinda 1 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Grinda 2 Keterampilan Average 0,00 +0,05 Usaha Good C1 +0,05 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3 Keterampilan Good C2 +0,03 Usaha Good C1 +0,05 +0,08 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Bubut 1 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,05 Usaha Good C2 +0,02 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,05 Usaha Good C2 +0,02 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Penilaian Rating Factor Operator Lanjutan Sumber : Pengamatan di PT. Inti Jaya Logam

5.1.5. Allowance

Nilai kelonggaran Allowance diberikan yaitu untuk kebutuhan pribadi, rasa lelah. Besarnya kelonggaran yang diberikan ditentukan berdasarkan faktor- faktor tertentu berdasarkan aturan allowance. Besar allowance untuk operator Proses Operator Faktor Rating Kelas Penyesuaian Total 3 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 4 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,11 Usaha Good C1 +0,05 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Milling 1 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,08 Usaha Good C1 +0,05 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average +0,01 2 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,08 Usaha Good C2 +0,02 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,11 Usaha Good C1 +0,05 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 4 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Boring 1 Keterampilan Good C1 +0,06 +0,06 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 Keterampilan Good C2 +0,03 +0,03 Usaha Average 0,00 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 3 Keterampilan Average 0,00 +0,05 Usaha Good C1 +0,05 Kondisi Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Universitas Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 5.2. untuk cara penentuan nilai allowance dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 5.2. Penetapan Allowance Untuk Tiap Operator Proses Operator Faktor Allowance Total Potong 1 Kebutuhan pribadi Pria 1 17 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8 Sikap kerja Membungkuk 4 Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2 Keadaan temperature Normal Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah Gerinda 1 Kebutuhan pribadi Pria 1 18 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 9 Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1 Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal 1 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Sangat bising 1 Bubut 2 Kebutuhan pribadi Pria 1 16 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8 Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2 Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah Miling 3 Kebutuhan pribadi Pria 1 16 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 8 Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 2 Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 3 Keadaan temperature Normal Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Kebisingan rendah Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2. Penetapan Allowance Untuk Tiap Operator Lanjutan Proses Operator Faktor Allowance Total Boring 1 Kebutuhan pribadi Pria 1 17 Tenaga yang dikeluarkan Ringan 9 Sikap kerja Berdiri di atas dua kaki 1 Gerakan kerja Normal Kelelahan mata Pandangan yang terputus-putus 2 Keadaan temperature Normal 1 Keadaan atmosfer Cukup 2 Keadaan lingkungan Sangat bising 1 Sumber : Pengamatan di PT. Inti Jaya Logam Universitas Sumatera Utara BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Penjadwalan dengan Metode First Come First Served FCFS

PT. Inti Jaya Logam menggunakan metode FCFS untuk menjadwalkan setiap job yang datang dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. Berdasarkan data yang diperoleh pada bulan Juli 2014 urutan pemesan produk yang datang adalah job 1 – job 2 – job 3 – job 4 – job 5 – job 6. Tabel 6.1. Urutan Penjadwalan Metode FCFS No. Job Waktu Menit M1 M2 M3 M4 M5 1 Roda Timbangan 640,24 985,42 1228,89 2685,55 502,84 2 Pulley 308,04 458,12 576,84 1787,73 215,21 3 Sprocket 14T 209,64 527,92 726,10 1108,97 137,68 4 Gear 193,97 631,47 558,03 2311,22 333,73 5 Sprocket 12T 152,51 386,21 563,36 827,65 118,50 6 Impeller 115,54 233,44 285,58 497,01 87,53 Berdasarkan urutan job tersebut diperoleh nilai makespan perusahaan dengan metode FCFS sebesar 12.160,21 menit atau sama dengan 202,67 jam.

6.2. Analisis Penjadwalan dengan Metode Gupta

Dokumen yang terkait

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

12 49 61

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 18

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 1

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 7

Analisis Efektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Suryamas Lestari Prima

0 0 9

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 1

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 6

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 6

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 0 2

Analisis Evektivitas Penjadwalan Produksi Menggunakan Metode Gupta dan Metode Dannenbring Terhadap Metode FCFS (First Come First Served) pada PT. Inti Jaya Logam.”

0 1 22