I. PENDAHULUAN
Anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut sebagai anak tunanetra. Pengertian tunanetra tidak saja pada seseorang yang buta, tetapi mencakup juga seseorang
yang mampu melihat tetapi terbatas dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari. Jadi pengertian tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya
tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas Somantri, 2006. Walaupun begitu, anak tunanetra tetaplah sebagai
anak-anak bangsa yang merupakan penerus cita-cita bangsa. Anak penyandang tunanetra tetap harus diperhatikan dan diperlakukan dengan tepat agar bisa berkembang dengan
optimal. Dari beberapa hasil penelitian, masyarakat memiliki pandangan yang positif dan
negatif terhadap penyandang tunanetra Somantri, 2006. Pandangan negatif menyatakan bahwa penyandang tunanetra memiliki sikap tidak berdaya, memiliki ketergantungan,
memiliki kemampuan yang rendah dalam orientasi waktu, tidak pernah merasakan kebahagiaan, resisten terhadap perubahan, cendrung kaku dan menarik diri dan lain
sebagainya. Sedangkan pandangan positif menyatakan bahwa penyandang tunanetra memiliki kepekaan terhadap suara, perabaan, daya ingat dan lain sebagainya. Disisi lain,
penyandang tunanetra pun memiliki pandangan terhadap orang pada umumnya Somantri, 2006. Pandangannya adalah bahwa orang normal tidak tahu banyak tentang “orang buta”
dan kemudian akan terheran-heran ketika penyandang tunanetra menunjukkan kemampuannya dalam beberpa hal. Selain itu, penyandang tunanetra juga merasa bahwa
orang normal cenderung kasihan kepada dirinya. Pandangan penyandang tunanetra sendiri terhadap kebutaannya Bauman dalam Somantri, 2006 adalah keberhasilan dalam
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian sosial dan ekonomi mereka berkaitan erat dengan sikap-sikap diri dan keluarganya terhadap penerimaan secara emosional yang realistik terhadap kebutaannya
serta pemilikan kemampuan intelektual dan stabilitas psikologis dan lain sebagainya. Somantri 2006 mengatakan bahwa banyak ditemukan sikap-sikap dan bentuk-
bentuk gangguan kepribadian pada anak tunanetra pada umumnya bukan karena sebab- sebab psikopatologis, namun lebih disebabkan oleh pengaruh-pengaruh sosial dari
lingkungannya, terutama keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah lingkungan pertama yang merasakan dampaknya terhadap keberadaan anak tunanetra. Bagaimana
reaksi keluarga atau orangtua terhadap keberadaan anak tunanetra akan sangat berpengaruh terhadap keseluruhan perkembangan pribadi-pribadi anak di kemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
II. LANDASAN TEORITIS