B. Tanggungjawab  Kantor  Pertanahan  Atas  Sertipikat  Hak  Dengan  Adanya
Putusan  MK Nomor  35 PPU-X 2012
Bahwa  di  atas  tanah  yang  diklaim  masyarakat  hukum  adat  Simangambat sebagai  tanah  adatnya  sedangkan  pemerintah  melalui  Kementerian  Kehutanan
menetapkannya  sebagai  kawasan  hutan  produksi,  sementara  ada  tindakan  dari seorang  pengusaha  bernama  Darianus  Lungguk  Sitorus  menguasai  dan
mengusahakan  tanah  tersebut  dengan  menanam  kelapa  sawit,  mengajak  masyarakat membentuk  Koperasi  Perkebunan  Kelapa  Sawit  Bukit  Harapan  KPKS  Bukit
Harapan,  serta  mengurus  sertipikat  hak  milik  ke  BPN  Tapanuli  Selatan  atas  nama anggota  KPKS  Bukit  Harapan  tersebut  telah  menjadi  kasus  hukum  berupa  perkara
pidana perambahan hutan yang terdaftar dalam register perkara Nomor 2642 K Pid 2006  dan telah diputus hingga ketingkat kasasi di Mahkamah Agung.
Dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 2642 K Pid 2006 yang memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi atas nama Darianus Lungguk Sitorus yang dalam
putusannya  telah  menghukum  terdakwa  telah  melakukan  tindak  pidana  perambahan hutan  seluas  ±  23.000  Hektar  yang  merupakan  kawasan  hutan  Register  40  Padang
Lawas  termasuk  kawasan  hutan  Padang  Lawas  Utara  yang  berada  di  Kecamatan Simangambat.
Hutan  Negara  kawasan  hutan  produksi  Padang  Lawas,  terdakwa  Darianus Lungguk Sitorus mengajak anggota masyarakat untuk menjadi anggota KPKS Bukit
Harapan  dengan  imbalan  setiap  anggota  akan  menerima  uang  berkisar  antara
Universitas Sumatera Utara
Rp.450.000,-  sd  Rp.500.000,-  per  bulan  asalkan  setiap  anggota  tersebut  bersedia mengakui  bahwa  ia  memiliki  tanah  seluas  2  dua  Ha  hutan  Negara  kawasan  hutan
Produksi  Padang  Lawas  serta  bersedia  menandatangani  permohonan  hak  atas  tanah kepada  Kepala  Kantor  Pertanahan  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  dan  bersedia
menandatangani syarat-syarat lainnya yang diperlukan guna penerbitan sertipikat.
159
Atas  ajakan  dan  janji  terdakwa  Darianus  Lungguk  Sitorus  tersebut  sebanyak 1.820  orang  anggota  masyarakat  antara  lain  Sutan  Namora  Tandang,  Mangaraja
Sidikal Harahap, Baginda Sunanggulon Harahap, Rustam Hasibuan, Sutan Mandugu Hasibuan,  Ompu  Sulenggangon,  Mangaraja  Sutan  Harahap,  Baginda  Batota
Hasibuan,  Baginda  Partomuan  Hasibuan  dan  Tongku  Raja  Malim  Simamora  masuk menjadi  anggota  KPKS  Bukit  Harapan  dan  masing-masing  bersedia  mengakui
seolah-olah  memiliki  tanah  seluas  2  dua  Ha  serta  bersedia  menandatangani permohonan  hak  atas  tanah  kepada  Kepala  Kantor  Pertanahan  Kabupaten  Tapanuli
Selatan  yang  pengajuan  permohonannya  dikoordinir  oleh  terdakwa  Darianus Lungguk Sitorus bersama-sama Ir. Yonggi Sitorus.
160
Permohonan  penerbitan  Sertipikat  hak  atas  tanah  lahan  hutan  Negara kawasan  hutan  Padang  Lawas  diproses  dan  ditindaklanjuti  oleh  Kepala  Kantor
Pertanahan  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  yang  waktu  itu  dijabat  oleh  saksi  Irwan Nasution, SH, meskipun saksi Irwan Nasution, SH mantan Kepala Pertanahan Kab.
Tapanuli Selatan mengetahui dan telah diingatkan oleh staf Kantor Pertanahan Kab.
159
Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2642 K Pid 2006, Hal. 22.
160
Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2642 K Pid 2006, Hal. 22
Universitas Sumatera Utara
Tapanuli  Selatan  bahwa  tanah  yang  dimohonkan  tersebut  adalah  hutan  Negara kawasan  hutan  Produksi  Padang  Lawas,  namun  saksi  Irwan  Nasution,SH  tetap
memproses  permohonan  1.820  orang  tersebut  dan  menandatangani  Buku  Tanah Sertipikat  Hak  Milik  sebagaimana  dimaksud  dalam  Surat  Keputusan  Kepala  Kantor
Pertanahan Kab. Tapanuli Selatan, antara lain:
161
1. Sertipikat  Hak  Milik  Nomor  01  tanggal  penerbitan  16  Agustus  2002  dengan
alamat  di  Desa  Huta  Baringin  Kec.  Barumun  Tengah  Kab.  Tapanuli  Selatan Sumatera  Utara  seluas  20.000  m2  atas  nama  Sutan  Namora  Tandang  Mulia
Harahap; 2.
Sertipikat  Hak  Milik  Nomor  01  tanggal  penerbitan  16  Agustus  2002  dengan alamat  di  Desa  Huta  Baru  Kec.  Barumun  Tengah  Kab.  Tapanuli  Selatan
Sumatera Utara seluas 20.000 m2 atas nama Mangaraja Sidakkal Harahap; 3.
Sertipikat  Hak  Milik  Nomor  01  tanggal  penerbitan  16  Agustus  2002  dengan alamat  di  Desa  Jabi-Jabi  Kec.  Barumun  Tengah  Kab.  Tapanuli  Selatan
Sumatera Utara seluas 20.000 m2 atas nama Baginda Sunanggulon Harahap; 4.
Sertipikat  Hak  Milik  No.04  tanggal  penerbitan  16  Agustus  2002  dengan alamat di Desa Ujung Batu Julu Kec. Barumun Tengah Kab. Tapanuli Selatan
Sumatera Utara seluas 20.000 m2 atas nama Rustam Hasibuan; 5.
Sertipikat Hak Milik Nomor 023 tanggal penerbitan 16 Agustus 2002 dengan alamat di Desa Jambu Tonang Kec.  Barumun Tengah Kab. Tapanuli Selatan
Sumatera Utara seluas 20.000 m2 atas nama Sutan Mandugu Hasibuan.
161
Putusan Mahkamah Agung Nomor : 2642 K Pid 2006, Hal. 22-24
Universitas Sumatera Utara
Dalam putusan itu, MA menyatakan seluruh aset Koperasi Perkebunan Kelapa Sawit  Bukit  Harapan  dan  PT.  Torganda  yang  mengelola  lahan  itu  dinyatakan  disita
oleh Negara. Proses eksekusi itu juga mendapatkan protes dari warga yang berada di lokasi  Register  40  karena  hampir  seluruhnya  memiliki  Sertipikat  Hak  Milik  SHM
lebih dari 1.820 SHM  yang berjumlah lebih 15.000 kepala keluarga  atas tanah  yang mereka tempati.
162
Sampai saat ini sertipikat tersebut masih pada pemengang hak yang terhimpun dalam  koperasi  dan  tetap  ditangan  pemengang  hak  dan  putusan  Mahkamah  Agung
tidak  menyebutkan  pembatalan  atau  tidak  berkekuatan  hukum  atas  sertipikat  di maksud  sehingga  masiberlaku  dan  berkepastian  hukum.  Sekalipun  telah  di  terbitkan
sertipikat  hak  milik  di  atas  tanah  adat  hutan  adat  Simangambat  bukan  berarti menghilangkan  status  tanah  adat  atau  hutan  adat  tersbut.  Hanya  saja  tiudak  dapat  di
kategorikan lagi sebagai tanah hak ulayat sebab hakekat hak ulayat adalah hak  yang bersifat kumunal hak bersama yang dipunyai oleh masyarakat hukum adat dan dari
hak  ulayat  biasa  lahir  hak-hak  perseorangan  seperti  hak  milik  dengan  demikian  di yakini  sertipikat  hak  milik  tersebut  semula  berasal  dari  Tanah  Adat  Ulayat  Luhat
Simangambat yang telah mengalami proses individulisai, namun terhadap tanah yang belum  di  terbitkan  sertipikat  sepanjang  masih  dimiliki  oleh  masyarakat  hukum  adat
masih  dapat  di  kategorikan  sebagai  hak  adat  hutan  adat.  Terhadap  tanah  yang  telah bersertipikat  statusnya  menjadi  hak  atas  tanah  menurut  UUPA  yang  menjadikan
162
Jujur  Halasan  Bakara,  tesis  berjudul:  Perlindungan  Hukum  Hak  atas  Tanah  Masyarakat Adat di atas Tanah Register 40 Pasca Putusan Pidana Nomor 2642 K Pid 2006. An. Terpidana D.L
Sitorus, MKn-USU Medan, Tahun 2011. Hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
sertipikat  tersebut  sebagai  tanda  bukti  hak  dan  merupakan  hasil  dari  kegiatan pendaftaran tanah yang bertujuan untuk menciptakan kepasatian hukum.
Dalam  UUPA  tidak  pernah  disebut  sertipikat  tanah,  namun  seperti  yang dijumpai dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c, ada disebutkannya “surat tanda bukti hak”.
Dalam  pengertian  sehari-hari  surat  tanda  bukti  hak  ini  sudah  sering  ditafsirkan sebagai  sertipikat  tanah.
163
Secara  etimologi  sertipikat  berasal  dari  bahasa  Belanda “Certifikat”  yang  artinya  surat  bukti  atau  surat  keterangan  yang  membuktikan
tentang  sesuatu.  Jadi  kalau  dikatakan  sertipikat  tanah  adalah  surat  keterangan  yang membuktikan  hak  seseorang  atas  sebidang  tanah,  atau  dengan  kata  lain  keadaaan
tersebut  menyatakan  bahwa  ada  seseorang  yang  memiliki  bidang-bidang  tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang di buat oleh
instansi yang berwewenang. Inilah yang disebut sertipikat tanah tadi. Bila  terjadi  misalnya  sangketa  terhadap  bidang  tanah  itu,  maka  oleh  yang
memiliki  tanah,  sertipikat  yang  ditangannya  yang  digunakan  untuk  membuktikan bahwa  tanah  itu  adalah  miliknya.  Kegiatan  pendaftaran  tanah  telah  dilakukan  oleh
pemerintah  dengan  sistem  yang  sudah  melembaga  sebagaimana  yang  dilakukan dalam kegiatan pendaftaran tanah selama ini, mulai dari permohonan seseorang atau
badan,  di  peroses  sampai  keluarkan  bukti  haknya  sertipikat  dan  dipelihara  data pendaftarannya dalam buku tanah.
163
Muhammda Yamin  Lubis dan  Abd. Rahim  Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Penerbit : CV Madar Maju, Badung, 2010 Hal. 203.
Universitas Sumatera Utara
Dalam  tataran  peraturan  Perundang-Undangan,  objektif  pendaftaran  tanah sebagaimana  disebutkan  dalam  Pasal  19  UUPA  semakin  di  sempurnakan  posisinya
untuk memberikan jaminan yuridis dalam hal haknya, termasuk jaminan teknis dalam arti  kepastian  batas-batas  fisik  bidang  tanah,  kepastian  luas  dan  kepastian  letaknya
serta  bangunan  yang  ada  di  atas  tanah  tersebut.  Kegiatan  pendaftaran  tanah  seperti yang  disebutkan  dalam  Pasal  19  UUPA  hanya  meliputi:  a.  Pengukaran,  pemetaan
dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; dan c. Pemberian surat tanda bukti yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Juga pekerjaan ini adalah rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah tersebut. Bahkan di ketahui juga sistem publikasi negatif  yang dianutnya, berdasarkan bukti hak  yang
di keluarkan oleh Negara. Menurut  AP.  Parlindungan  telah  memperkaya  ketentuan  Pasal  19  UUPA
tersebut, karena:
164
1. Dengan  di  terbitkannya  sertipikat  hak  atas  tanah,  maka  kepemiliknya
diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. 2.
Dengan  informasi  pertanahan  yang  tersedia  di  kantor  pertanahan  maka pemerintah  akan  mudah  merencanakan  pembangunan  Negara  yang
menyangkut  tanah,  bahkan  bagi  rakyat  sendiri  lebih  mengetahui  kondisi peruntukan tanah, dan kepemilikannya.
3. Dengan  administrasi  pertanahan  yang  baik  akan  terpelihara  masa  depan
pertanahan yang terencana.
Dengan demikian surat tanda bukti hak atas sertipikat tanah itu dapat befungsi menciptakan  tertib  hukum  pertanahan  serta  membantu  mengaktifkan  tingkat
perekonomian  rakyat.  Sebab  yang  namanya  sertipikat  hak  adalah  tanda  bukti  atas
164
Muhammd Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Loc. Cit, Hal. 106.
Universitas Sumatera Utara
tanah  telah  terdaftar  dan  didaftar  oleh  badan  resmi  yang  sah  di  lakukan  oleh  badan resmi yang sah dilakukan oleh Negara atas dasar Undang-Undang.
Sehingga  dengan  pengeluaran  sertipikat  ini,  menandakan  telah  ada pendaftaran tanah yang dilakukan. Dan pendaftaran ini akan menciptakan keuntungan
akibat  pelaksanaan  administrasi  pertanahan  yang  sah.  Dengan  ini  muncul konsekuensi atasnya yakni sebagai berikut:
165
1. Memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya;
2. Mendorong atau meningkatkan penarikan pajak oleh Negara;
3. Meningkatkan fungsi tanah sebagai jaminan kredit;
4. Meningkatkan pengawasan pasar tanah;
5. Melindungi tanah Negara;
6. Mengurangi sengketa tanah;
7. Memfasilitasi kegiatan rural land reform;
8. Meningkatkan urban planning dan memajukan infrastruktur;
9. Mendorong pengelolaan lingkungan hiduf yang berkualitas, dan
10. Dapat meningkatkan data statistik tanah yang baik.
Pengaturan dalam hal hubungan-hubungan hukum terutama dalam pemberian atau penetapan hak-hak  atas tanah merupakan wewenang Negara  yang dilaksanakan
oleh  pemerintah  untuk  saat  ini  pengemban  wewenang  tersebut  adalah  Badan Pertanahan Nasional dengan prosedur yang ditentukan dalam Undang-Undang.
166
165
Muhammd Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, Hal. 206.
166
Muhammd Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, Op. Cit, Hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dengan tujuan pendaftaran tanah,  yang semula menurut Pasal 19 ayat  1  UUPA  hanya  bertujuan  tunggal  semata-mata  untuk  menjamin  kepastian
hukum,  maka  berdasarkan  Pasal  3  Peraturan  Pemerintah  Nomor  24  Tahun  1997 dikembangkan tujuan pendaftaran tanah yang juga meliputi:
167
1. Untuk  memberikan  kepastian  dan  perlindungan  hukum  kepada
pemengang  hak  atas  tanah  dan  hak-hak  lain  yang  terdaftar  agar  dengan mudah  dan  membuktikan  dirinya  sebagai  pemengang  hak  yang
bersangkutan;
2. Untuk  menyediakan  informasi  kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan
termasuk  Pemerintah  agar  dengan  mudah  dapat  memperoleh  data  yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar, dan
3. Untuk  terselenggaranya  tertib  administrasi  pertanahan  dimana  setiap
bidang  tanah  termasuk  pengalihan,  pembebanan  dan  hapusnya  hak  atas tanah wajib didaftar.
Dengan  adanya  putusan  MK  Nomor    35  PPU-X  2012  yang  menegaskan kembali  keberadaan  tanah  masyarakat  adat,  maka  termasuk  tanah  masyarakat
Kecamatan  Simangambat  yang  telah  dinyatakan  masuk  dalam  kawasan  hutan  dan terkait  dengan  sertipikat  hak  milik  yang  telah  dikeluarkan  oleh  Badan  Pertanahan
Nasional Kabupaten Tapanuli Selatan. Bapak Ir. Bahrinsyah,SH,M.Si sebagai kepala badan  Pertanahan  Nasional  Kabupaten  Tapanuli  Selatan  mengatakan  bahwa:  Atas
sertipikat  hak  milik  yang  telah  dikeluarkan  dan  berdasarkan  SK  Menhut  Nomor  44 Menhut  II  2005  kemudian  dinyatakan  masuk  dalam  kawasan  hutan,  Badan
Pertanahan  Nasional  Tapanuli  Seletan  tetap  memiliki  tanggungjawab,  dimana sertipikat  di  bawah  Tahun  2005  dinyatakan  tetap  sah,  selanjutnya  penerbitan
sertipikat di atas Tahun 2005 BPN tetap berpedoman kepada tata kawasan hutan yang
167
Pasal 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Universitas Sumatera Utara
diterbitkan  oleh  Menteri  Kehutanan.  Untuk  areal  yang  berada  di  dalam  Kawasan Hutan  BPN  tidak  akan  menerbitkan  sertipikat  diareal  tersebut,  sampai  ada
pengeluaran dari kawasan hutan oleh pejabat yang berwenang.
168
Adanya  pernyataan  dari  kepala  BPN  tersebut  mengindikasikan  tidak dipahaminya  ketentuan  hukum  yang  berlaku  terutama  berkaitan  dengan  Undang-
undang  kehutanan,  antara  lain  mengatur  bahwa  tidak  halangan  untuk  menerbitkan sertipikat sekalipun dikalaim dalam kawansan hutan karena sesuai dengan ketentuan
Pasal 5 UU Kehutanan dikenal adanya hutan hak yaitu hutan yang di atasnya dibabni hak atas tanah.
Dengan keluarnya Putusan MA Nomor 47 p hum 2011 yang telah mencabut SK  Menhut  Nomor  :  44  Menhut-II  2005  tentang  Kawasan  Hutan,  maka  secara
hukum  telah  mengutkan  status  tanah  adat  dan  tanh  hak    yang  sebelumnya    masuk kawasan  hutan,  sebab  penunjukkan  kawasan  hutan  tersbut  sudah  tidak  berlaku  lagi
dan sertipikat masyarakat yang dinyatakan berada di dalam kawasan hutan memiliki landasan hukum yang kuat.
Sebagaimana  tujuan  dari  di  terbitkannya  sertipikat  adalah  untuk  kepentingan dari  pemengang  hak  yang  didasarkan  pada  data  fisik  dan  data  yuridis  sebagaimana
yang  telah  di  daftarkan  dalam  buku  tanah.  Adanya  sertipikat  dapat  menjadi  bukti otentik  dari  si  pemengang  sertipikat  sehingga  apabila  ada  pihak  lain  yang
menganggap  bahwa  tanah  tersebut  adalah  miliknya,  pemengang  sertipikat  memiliki
168
Hasil  Wawancara  dengan  kepala  BPN  Tapsel  Ir.  Bahrunsyah,  SH.  Msi,  pada  tanggal  20 Mei 2014, Pukul 15 WIB.
Universitas Sumatera Utara
bukti yang kuat bahwa secara hukum dia adalah pemilik tanah tersebut.
169
Dalam hal ini sertipikat yang diklaim berada di dalam kawasan hutan tidak dapat diganggu gugat
dan  tidak  dapat  dianulir  keabsahannya  karena  diterbitkan  sesuai  dengan  ketentuan yang  berlaku  yang  di  jamin  kepastian  hukumnya  oleh  Negara  dan  pemerintah  serta
dimungkinkan  adanya  sertipikat  tersebut  dalam  kawasan  hutan  yang  dikenal  dengan nama hutan hak.
C. Dampak  Putusan  MK  Nomor  35  PPU-X  2012  Terhadap  Keberadaan