Sejarah Singkat Kerajaan Di Kecamatan Simangambat

Adapun jarak dari Pemerintahan Kecamatan dengan desa terjauh adalah 65 km, jarak dari Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan Kabupaten ±60 km dan Ibukota Provinsi 525 Km. 109 Tabel 3.1 Komposisi Penduduk Kecamatan Simangambat Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Presentase 1. Petani 75 2. Perkebunan 3 3. PNS Karyawan I Perusahaan 15 4. Pedangang 5 5. Lain-lain 2 Jumlah 100 Sumber: Data Primer, diolah 2014, Ekspose Pembangunan Kecamatan Simangambat Tahun Anggaran 2008. Tabel 3.2 Luasan Areal Kecamatan Simangambat Berdasarkan Penggunaan No. Keterangan Presentase luasan 1. Tanah Sawah 1,72 2. Tanah Kering Perkebunan 97,30 3. Bangunan Pekarangan 0,63 4. Lainnya 0,33 Sumber : Data Primer, diolah 2014, KCDA Simangambat 2011.

B. Sejarah Singkat Kerajaan Di Kecamatan Simangambat

Sebelum Indonesia merdeka diseluruh wilayah Republik Indonesia tersebar kerajaan-kerajaan besar maupun kerajaan-kerajaan kecil, begitu juga di daerah 109 Ibid. Universitas Sumatera Utara Tapanuli Selatan banyak terdapat kerajaan-kerajaan sehingga Negara tidak bisa begitu saja menafikan fakta keberadaan sejarah kerajaan yang ada di seluruh bagian wilayah Republik Indonesia termasuk di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara. Kabupaten Padang Lawas Utara adalah merupakan Kabupaten pemekaran dari Tapanuli Salatan dan salah satu kecamatannya yaitu Kecamatan Simangambat dahulu memiliki kerajaan yang hingga saat ini diakui masyarakat. Kecamatan Simangambat dibagi menjadi dua wilayah kerajaan yaitu Luhat Simangambat dan Luhat Ujung Batu yang menjadi raja adalah keturunan dari marga “Hasibuan” suku Batak Mandailing yang memeluk Agama Islam, wilayah kerajaan disebut dengan istilah “Luhat”. Berdasarkan silsilah keturuanan Raja Luhat Simangambat mulai dari Raja Mutjcu Gelar Maruhum Alm Sutan Mahodum Hasibuan setelah mangkat diberikanlah nama terakhir dengan Maruhum Sakti Hasibuan, mempunyai 4 empat istri dan yang memiliki keturuanan hanya 2 dua istri yaitu istri pertama bermarga “Harahap” memiliki 7 tujuh orang keturuanan dan Istri kedua bermarga “Nasution” memiliki 2 dua orang keturuan yang wafat pada Tahun 1954. Marga “Hasibuan” yang diturunkan dari raja-raja Ulu Barumun Sibuhuan sekarang Ibu Kota Kabupaten Padang Lawas. Wilayah kerajaan Simangambat meliputi 26 dua puluh enam Huta yang terdiri dari: Huta Pasir, Mandasip, Huta Baru, Janji Matogu, Langkimat, Jabi-Jabi, Paran Padang, Aek Raru, Gunung Mulia, Simangambat Julu, Sigagan, Simangambat Jae, Ujung Gading Julu, Ujung Gading Jae, Suka Jadi, Universitas Sumatera Utara Pagaran Tonga, Gunung Manon, Tanjung Botung, Singgoton, Ulak Tano, Tanjung Maria, Huta Baringgin, Huta Hambiri dan Huta Harapan Tiur Rinduk sekarang menjadi kebun sawit D.L Sitorus. Dalam era kerajaan Muctju terdapat tiga “Hulu Balang” Bayo-Bayo Nagodang di 3 tiga huta yaitu: Huta Langkimat Tongku Raja Adat Nasakti Nasution, Huta Mandasip Sutan Parlaungan Nasution dan Huta Tanjung Botung Tongku Soaloon Harahap sebagai pemengang Tumbaga Holing sebagai kepercayaan raja dalam menata kerajaan termasuk untuk menyampaikan membacakan “Tumbaga Holing” isinya adalah merupakan suatu patik-patik point- point hukum adat yang tidak tertulis tapi berdasarkan ingatan dan kebiasaan. Dialah yang mengatur menjalankan perintah daripada raja di suatu kampung huta termasuk mengatur tanah adat yang disebut “Tanah Adat Ulayat Luhat Simangambat”. Setelah zaman kerajaan merdeka yang memengang kekuasan disebut Raja Panusunan Bulung Luhat Simangambat bernaman Patuan Bosar orangtua Raja Pangihutan dan setelah meninggal sekarang digantikan bernama Jangga Gelar Tongku Nasakti Hasibuan yang di tabalkan oleh raja-raja namarbona bulu se Luhat Simangambat dan disaksikan raja-raja torbing balok. Posisi Tanah Adat Ulayat Luhat Simangmbat terletak di Provinsi Sumatera Utara tempatnya di Tapanuli Selatan sekarang Kabupaten Padang Lawas Utara, kerajaan Luhat Simangambat diperkirakan telah ada sejak ±140 Tahun. Pada Tahun 1950-an ada daerah Asisten Wedana dan Dewan Negeri yang mengangkat Pejabat ini adalah Pemerintah di Sibolga yang disebut Residen. Di luar Simangambat mempunyai 7 tujuh eks Dewan Negeri, yaitu: eks Universitas Sumatera Utara Dewan Negeri Binanga, eks Dewan Negeri Huristak, Eks Dewan Negeri Aek Nabara, eks Dewan Negeri Gurindam Gading-Sihapas dan Luhat Ujung Batu. Adapun selaku Raja Panusunan Bulung di Luhat Simangambat adalah mengatur tata rumah tangga, mengatur kehidupan masyarakat adat dan tanah adat. 110 Lembaga pengendali sosial yang bersifat sekunder adalah lembaga adat yang biasanya berfungsi dengan baik pada masyarakat yang masih sederhana atau tradisional. Lembaga ini akan mengatur segala hal terkait dengan kehidupan bersama mereka ke dalam suatu suku bagsa atau komunitas. 111 Masyarakat adat Kecamatan Simangambat memiliki lembaga adat yaitu dengan nama: “Lembaga Adat Kecamatan Simangambat” yang didirikan pada tanggal 15 Maret 2011 yang di ketuai oleh Bapak H. Bahuddin Hasibuan Glr. Sutan Raja Geng Banua Hasibuan dan Sekretaris Kharuddin Rahmat Nauli Nasution Glr. Parlaungan Nasution. Dimana fungsi dan tujuan didirikannya lembaga ini adalah: “Pelestarian moral budi luhur adat budaya serta meningkatkan harkat martabat bangsa” dan memiliki fungsi sebagai berikut: 112 1. Melestarikan moral luhur, mempererat tali silaturahmi masyarakat adat Kecamatan Simangambat; 2. Menjaga persatuan dan kesatuan; 110 Hasil Wawancara dengan Syahrin Hasibuan Gelar Sutan Mohodum Naposo Hasibuan, pada tanggal 21 Mei 2014 Pukul 15.00 Wib. 111 Andreas Soeroso, Sosiologi 1, Jakarta, Penerbit: Yudistira, 2008, Hal. 134. 112 Hasil wawancara dengan Kharuddin Rahmat Nauli Nasution Glr. Parlaungan Nasution, pada tanggal 21 Mei 2014 Pukul 21.00 Wib. Universitas Sumatera Utara 3. Menjaga hak-hak masyarakat adat atas sumber daya alam Kecamatan Simangambat; 4. Membina dan menyelesaikan persoalan adat yang timbul di masyarakat, sesuai fungsi dan kewenangannya yang bisa dijalankan, dan 5. Meningkatkan keterampilan masyarakat dalam hal pemahaman dan implemantasi adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan Peta dan Surat Keterangan, catatan Tahun 1929 yaitu pada tanggal 28 Agustus 1929. Tanah Hak Milik Hutan Milik Adat Luhat Simangambat yang dicatat salah seorang peserta rombongan kepala Luhat Simangambat Sutan Mohodum bernama Djasutor Harahap meninjau perbatasan ke Siak dan Kota Pinang, dengan batas-batas sebagai berikut : 113 1. Sebelah Utara : Huala Sei Jabi - Jabi Nagodang - Parasaran ni Hiong - Huala Sei Sorik - Seberang Barumun ke Simataniari - Lobu Jelok - Tor Hije - Tor Silak - lak - Parasaran ni Hak - Adian Mandera - Pangkat Dorom - Ladang - Barubi - Laut Napangga Siak; 2. Sebelah Timur : Luat Napangga siak - Sei Batang Humu - Huala Sei Mahato – Tempat Datuk Mahato - Hapar Sosak - Concang Magoga - Padang Mandera - Huala Sei Sihiuk Wilayah Sultan Siak; 3. Sebelah Selatan : Huala Sei Sihiuk - Huala Binaga Aek Hatinar - Sei Lumpatan Harimau - Aek Sihala - Adian Jior - Adian Balangka Nagodang - Batu Margulang Batu Tambun Tanah adat ulayat Unte Rudang, Binaga Wilayah Sultan Padang Bolak; 4. Sebelah Barat : Batu Tambun - Tamosu Paranggunan - Tamosu Mariring - Hubu Parpasaran - Aek Jabi-Jabi Nagodang terus ke Hualanya Wilayah Sultan Halogonan. 113 Berdasarkan Surat Peta Lokasi Tanah Adat Luhat Simangambat Kecamatan Barumun Tengah, Tapanuli Selatan. Universitas Sumatera Utara Dari Hasil penelitian bahwa tanah adat di Kecamatan Simangambat masih ada. Namun tanah adat tersebut telah di kerjasamakan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan sistem bagi hasil dengan Pola Inti Rakyat PIR dengan PT. Torganda sebagai Bapak Angkat dan satu-satunya perusahaan yang menjalin kerjasama dengan masyarakat hukum adat Luhat Simangambat. Perusahaan tersebut adalah milik keluarga Darianus Lungguk Sitorus Sutan Raja DL. Sitorus dan kerjasama tersebut diakui adalah untuk mensejahterakan Masyarakat di Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara. 114

C. Penguasaan Tanah Masyarakat Hukum Adat Yang Berbatasan Dengan