Latar Belakang Masalah Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Karakteristik Komite Audit, dan Manajemen Laba Terhadap Fee Audit pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.
2 dalam memutuskan untuk melakukan investasi atas dana yang mereka miliki.
Oleh karena itu diperlukan kegiatan audit untuk memeriksa laporan keuangan agar dapat memberikan informasi yang relevant dan reliable. Menggunakan jasa
akuntan publik merupakan alternatif yang diharuskan oleh pasar modal terkait pemberian pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen perusahaan. Teori keagenan agency theory merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan dewasa ini, dimana hubungan keagenan ini mengatur kontrak antara manajer agent dengan pemilik maupun investor principal.
Dalam teori agensi, agen diharuskan memberikan informasi yang rinci dan relevan kepada principal. Namun, pada kenyataannya hal tersebut bukanlah hal yang
mudah karena adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Manajer sebagai pihak yang melaksanakan kegiatan operasional perusahaan mempunyai
kewajiban untuk memenuhi kepentingan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Namun di sisi lain pihak manajer juga mempunyai kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka. Perbedaan kepentingan antara pihak pengelola perusahaan manajer sebagai agen dengan pihak pemegang saham
prinsipal akan menyebabkan konflik kepentingan yang biasa disebut sebagai masalah keagenan atau agency problem.
Permasalahan yang muncul dari agency problem mampu diatasi melalui salah satu mekanisme pengawasan yang dinamakan audit. Watts et al. 1986
berargumen bahwa pengauditan memainkan peranan penting dalam memonitor kontrak dan mengurangi risiko informasi. Selain itu, Wallace et al. 2005 juga
3 menyatakan bahwa audit merupakan cara yang mampu mengurangi biaya agensi
akibat adanya perilaku mementingkan diri sendiri oleh manajer dan asimetri informasi. Berkaitan dengan auditing, baik prinsipal maupun agen diasumsikan
sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, di mana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi
kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang melakukan proses pemantauan dan
pemeriksaan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut diatas. Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai lewat kinerja keuangannya yang tercermin
dalam laporan keuangan. Auditing merupakan suatu proses sistematik yang terdiri atas langkah-
langkah yang berurutan termasuk evaluasi internal control accounting dan tes terhadap susbtansi transaksi-transaksi dan saldo. Auditor harus mempelajari dan
mengevaluasi pengendalian intern sebelum melakukan tes substansi dari transaksi-transaksi dan saldo-saldo perkiraan substantive testing. Pengendalian
intern yang kuat meningkatkan tingkat kepercayaan auditor dan mengurangi jumlah tes atas transaksi-transaksi dan saldo-saldo perkiraan. Auditor kemudian
mengkomunikasikan hasil pekerjaan auditnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Hal ini berarti auditor merupakan pihak yang dianggap dapat
menjembatani kepentingan pihak pemegang saham prinsipal dengan pihak manajer agen dalam mengelola keuangan perusahaan termasuk menilai
kelayakan strategi manajemen dalam upaya untuk mengatasi kesulitan keuangan
4 perusahaan. Adanya masalah agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan
ini, kemudian akan menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya keagenan. Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen
memerlukan biayamonitoring cost dalam bentuk biaya audit atau yang biasa disebut dengan fee audit, yang merupakan salah satu dari agency cost. Biaya
pengawasan monitoring cost merupakan biaya untuk mengawasi perilaku agen apakah agen telah bertindak sesuai kepentingan prinsipal dengan melaporkan
secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer agen tersebut. Iskak dalam Suharli, dkk., 2008 mendefinisikan fee audit adalah
honorarium yang dibebankan oleh akuntan publik kepada perusahaan auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pada
tanggal 2 Juli 2008, Ketua Umum Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI menerbitkan Surat Keputusan No. KEP.024IAPIVII2008 tentang Kebijakan
Penentuan Fee Audit. Kebijakan tersebut menjelaskan mengenai besarnya fee audit yang wajar dengan mempertimbangkan jasa audit yang diberikan oleh
anggota IAPI. Biaya pokok pemeriksaan akan diperoleh dari tawar menawar yang
dilakukan antara klien dengan kantor akuntan publik Iskak, 1999. Proses tawar menawar tersebut menjelaskan bahwa terjadi perbedaan besarnya fee audit di
setiap perusahaan yang akan diauditnya maupun antar kantor akuntan publik itu sendiri, sehingga akan berpengaruh pada penetapan fee audit yang terlalu tinggi
maupun rendah. Belum banyaknya perusahaan go publik yang mencantumkan
5 data fee audit di dalam laporan tahunan dikarenakan pengungkapan data tentang
fee audit di Indonesia masih berupa voluntary disclosures Rizqiasih, 2010. Corporate governance tidak terlepas dari teori keagenan agency theory,
dimana masalah agensi yang timbul dapat diatasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik corporate governance. Corporate governance bertujuan
untuk melakukan pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan apakah sudah seimbang dengan kepentingan para pemegang saham Susiana, dkk., 2007.
Upaya pengawasan ini akan menimbulkan agency cost yaitu ongkos atau risiko yang terjadi ketika seseorang principal membayar seseorang agent untuk
menjalankan sebuah tugas Erlina, 2013. Keadaan ini akan mendorong pihak agen dalam mengawasi pengungkapan informasi laporan keuangan agar sesuai
dengan kepentingan pihak prinsipal, salah satunya dengan memberikan fee audit yang tinggi kepada akuntan publik sehingga mampu memberikan kualitas audit
yang tinggi. Jadi dengan adanya pengawasan dari struktur corporate governance ini tidak akan menguntungkan salah satu pihak antara pemilik perusahaan dengan
para pemegang saham. Mekanisme
internal corporate
governance adalah
cara untuk
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham RUPS, komposisi dewan direksi,
komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director Iskandar, dkk. dalam Chintya 2014. Dewan komisaris sebagai struktur corporate
governance, mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya
6 menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance Wawo, 2010. Komposisi dewan komisaris dapat dilihat dari persentase komisaris independen dan ukuran dewan
komisaris. Hay et al. dalam Rizqiasih, 2010 menyatakan bahwa komisaris
independen dipandang dapat melakukan pengawasan secara signifikan terhadap kegiatan dan pengendalian dalam perusahaan sehingga memerlukan informasi
yang independen yang berasal dari auditor eksternal. Hal ini menunjukkan semakin kuat independensi dewan komisaris sebagai salah satu struktur
governance akan cenderung menuntut akuntan publik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi demi meningkatkan penilaian perusahaan di mata
para pemegang saham. Permintaan komisaris independen terhadap kualitas audit yang lebih tinggi berarti menuntut fee audit yang tinggi pula atas jasa dari akuntan
publik. Hasil penelitian Hamid et al. 2012 menguatkan pernyataan tersebut, yang menyimpulkan bahwa dengan proporsi komisaris independen yang lebih
tinggi, maka berpengaruh terhadap fee audit yang lebih tinggi pula. Jumlah anggota atau ukuran dewan komisaris yang tepat bergantung pada
sektor industri perusahaan tersebut, karena akan turut menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh dewan komisaris secara keseluruhan
Prastuti, 2013. Mengingat tanggung jawab dewan komisaris sebagai pengawas perusahaan, maka dengan meningkatnya ukuran dewan komisaris diharapkan
dapat meningkatkan sistem pengawasan perusahaan seperti mempengaruhi proses pelaporan keuangan yang selanjutnya akan berdampak pada proses audit. Nadia
7 dkk. 2013 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jumlah anggota dewan
komisaris yang tinggi akan membuat laporan keuangan menjadi semakin baik, sehingga akan mengurangi kerja dari auditor eksternal. Hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa ukuran dewan komisaris yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap fee audit.
Dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya dapat membentuk komite- komite yang membantu pelaksanaan tugasnya. Salah satunya adalah komite audit,
yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan dan pengendalian internal perusahaan serta sebagai penengah antara
auditor internal dan eksternal Hay et al. dalam Widiasari, 2009. Karakteristik komite audit dapat dilihat dari persentase komite audit independen, ukuran komite
audit, dan intensitas pertemuan komite audit. Selama peninjauan terhadap program audit dan hasilnya, independensi
komite audit dapat melakukan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai ruang lingkup audit untuk menghindari salah saji keuangan Abbot et. al., 2003.
Hal ini menunjukkan bahwa indepedensi komite audit menginginkan tingkat yang lebih tinggi untuk kepastian audit yang secara tidak langsung berarti memberikan
dukungan kepada akuntan publik dalam lingkup negosiasi dengan pihak manajemen. Tuntutan atas peningkatan hasil audit ini akan diikuti dengan
peningkatan fee audit atas jasa profesional. Teori tersebut konsisten dengan penelitian Abbot et al. 2003 dan Dillan 2007, mereka menemukan adanya
pengaruh positif signifikan antara independensi komite audit komite audit yang berasal dari luar perusahaan terhadap fee audit.
8 Rekomendasi dari Blue Ribbon Committee 1999, bahwa komite audit
yang lebih independen, memiliki anggota lebih banyak, dan sering mengadakan rapat diharapkan akan meningkatkan pengawasan komite audit terhadap proses
pelaporan keuangan. Searah dengan penelitian Nadia dkk. 2013 yang menemukan bahwa ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap fee audit
eksternal. Hal ini diakibat oleh keinginan komite audit untuk mempertahankan reputasinya sebagai organisasi komite audit yang memiliki keahlian, pengalaman,
dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite audit. Pertemuan yang teratur dan terkendali dengan baik akan membantu komite
audit dalam memeriksa akuntansi berkaitan dengan sistem pengendalian internal, dan dalam hal menjaga informasi manajemen McMullen et al. dalam Rahmat et
al., 2008. Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI mewajibkan komite audit untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu
tahun. Frekuensi pertemuan tersebut harus jelas terstruktur dan dikontrol dengan baik oleh ketua komite.
Penelitian Razman et al. 2004 mengamati di Malaysia bahwa perusahaan memiliki pelaporan bagus ketika mereka bertemu lebih sering karena mereka
dapat memantau kegiatan manajemen. Bertentangan dengan penelitian Abbot et, al., 2003 menemukan bahwa perusahaan dengan komite audit yang memenuhi
setidaknya empat kali setiap tahunnya cenderung sudah menyajikan kembali laporan keuangan yang telah diaudit oleh mereka. Konsisten dengan pendekatan
berbasis risiko atas jasa audit bahwa komite audit yang lebih sering bertemu
9 diharapkan akan mengurangi masalah pelaporan keuangan yang mengarah kepada
fee audit eksternal yang lebih rendah. Surat perikatan audit audit engagement letter merupakan surat persetujuan
antara auditor dengan kliennya tentang syarat-syarat pekerjaan audit yang akan dilaksanakan oleh auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan
pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Menurut SA Seksi 320 PSA No. 55 bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat tersebut umumnya berisi tanggung jawab
manajemen atas laporan keuangan serta dasar perhitungan fee audit dan pengaturan penagihan yang digunakan oleh auditor. Isi surat perikatan audit
menjelaskan wajib adanya surat pernyataan manajemen yang kemudian menjadi tanggung jawab perusahaan dalam hal membebaskan dan mengganti rugi kepada
kantor akuntan publik yang bersangkutan dan stafnya atas segala tuntutan kewajiban, dan biaya-biaya yang akan dikeluarkan sebagai akibat dari kesalahan
pernyataan manajemen berkaitan dengan jasa audit yang diberikan sesuai dengan perikatan tersebut.
Praktik manajemen laba merupakan salah satu cara manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan. Praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan yang melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK menyebabkan auditor eksternal akan memperluas scope pemeriksaan auditnya.
Perluasan lingkup audit akan menyebabkan akuntan publik membutuhkan waktu audit yang lebih lama dan munculnya biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan
10 sebagai akibat dari kesalahan pernyataan manajemen, sehingga hal ini akan
mendorong terjadinya perubahan fee audit. Penelitian Chaney et al. dalam van Cameghem, 2009 menemukan bahwa perusahaan membayar fee audit lebih
tinggi karena menggunakan jasa auditor dalam mengaudit laporan keuangannya yang merupakan alat monitor bagi stakeholders.
Berdasarkan latar belakang di atas, bahwa terdapat ketidakkonsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya sehingga belum memberikan arah
hubungan yang pasti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memeriksa pengaruh komposisi dewan komisaris, karakteristik komite audit, dan manajemen
laba terhadap fee audit pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.