Instalasi Standar Kinerja Hasil Penelitian

60 materi seperti IPA dan IPS yang dibalut rapi dengan program power point. SG juga menggunakan media power point ketika menyampaikan materi bahasa Inggris, sehingga siswa dapat langsung mengetahui, melihat bentuk, model serta nama benda menggunakan bahasa Inggris. MA fokus menggunakan buku paket sebagai sumber belajar.RMD sering menggunakan media LCD dengan progam power point sebagai penunujang untuk mempermudah menyampaikan materi.IK menggunakan alat musik sederhana ketika menyampaikan mata pelajaran kesenian.

4.2.2 Instalasi Standar Kinerja

Dalam komponen instalasi terhadap evaluasi kinerja mengajar di MI se Kecamatan Sidorejo, mengacu pada standar evaluasi kinerja yang berasal dari Dekdikbud tahun 2012. Adapun substansi dan standar evaluasi kinerja tersebut meliputi komponen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang secara administrasi telah disusun oleh guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan cheklistkesiapan guru melalui tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Daftar Chek List Kesiapan Mengajar Guru No Komponen Kinerja Mengajar Kondisi Standar Ada Tidak 1 Perencanaan V 2 Pelaksanaan V 3 Evaluasi V Sumber: Data Cheklist Supervisi Kepala Sekolah MI, 2015 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dijelaskan bahwa secara administrasi guru telah mengacu pada 61 standar komponen dalam evaluasi kinerja mengajar di MI. Dengan demikian bahwa dalam menjalankan kinerja mengajar, guru telah berpedoman pada aspek komponen perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal tersebut senada disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum MI se Kecamatan Sidorejo sebagai berikut Secara administrasi dalam persiapan pembelajaran, guru di MI telah membuat rancangan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Wawancara: Waka. Kur MI Kec. Sidorejo, 16 Feb 2016. Berdasarkan hasil data dan wawancara dan cheklist data supervisi terhadap instalasi kinerja mengajar guru di MI se Kecamatan Sidorejo, dapat dijelaskan bahwa pada tahapan instalasi evaluasi kinerja mengajar guru di MI se Kecamatan Sidorejo telah sesuai dengan standar yang digunakan. 4.2.3Proses Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan komponen atau aspek penilaian kinerja mengajar guru yang kedua.Di dalam pelaksanaan pembelajaran ini, kegiatan lebih kepada kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan guru di dalam kelas.Ada enam indikator yang terdapat di dalam aspek pelaksanan pembelajaran ini.Indikator yang pertama adalah guru memulai kegiatan pembelajaran. Enam guru sebagai subjek penelitian memberikan data yang sama ketika peneliti bertanya tentang proses memulai kegiatan pembejaran. Salam pembuka, do’a, apersepsi dan mulai 62 pembelajaran merupakan pernyataan-pernyataan yang diutarakan oleh para guru. Indikator yang kedua adalah guru menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Pada indikator ini jawaban dari para subjek penelitian bervariasi. SL misalnya, ketika peneliti bertanya apakah SL menguasai seluruh mata pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, maka SL pun menjawab, “ada yang menguasai ada juga yang belum begitu menguasai”. Cara atau strategi SLmengatasi materi yang belum dikuasai, dengan mempersiapkan dan mempelajari materi yang didapat dari sesama guru, internet dan buku sebelum materi itu disampaikan kepada peserta didik. SL juga menambahkan, untuk materi yang belum begitu dikuasainya adalah materi- materi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikanya. Karena menurut SR jika seorang guru belum mengetahui karakter materi dan metode yang tepat untuk menyampaikanya maka hal itu akan mempersulit penyampaian materi itu sendiri dan efeknya siswa juga akan sulit menerima materi tersebut. Lain halnya dengan SL, MS yang juga merupakan guru di MI Islamiyah Kauman Kidul memberikan keterangan bahwa MS menguasai semua materi atau mata pelajaran yang di ampunya.Hal ini dikarenakan materi-materi atau mata pelajaran yang diajarkan di MI masih relatif mudah untuk dikuasai.MS juga menambahkan agar guru bisa menguasai seluruh mapel mata pelajaran yang diampunya maka guru 63 tersebut dianjurkan untuk sering berkumpul, syering, menimba ilmu dari teman guru yang lain, serta mencari referensi-referensi dari internet dan buku-buku yang relevan. Kemudian untuk subjek penelitian yang berinisial SG, memberikan keterangan terkait penguasaanya terhadap materi dan bahan ajar yang diampunya.SG mengatakan bahwa menguasai materi dan bahan ajar itu sebuah keharusan harus.Sehingga dengan demikian mempersiapkan materi dengan matang dan mencari referensi dari berbagai sumber adalah sebuah kewajiban agar guru lebih mudah menyampaikan materi dan siswa pun juga mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Berbeda dengan SG, MA yang juga merupakan guru di MI Ma’arif Pulutan memberikan keterangan terkait penguasaan materi atas mapel yang diampunya, bahwa ada materi yang dikuasai ada juga materi yang diakui MA memang kurang dikuasai. Hal ini dikarenakan memang untuk karakteristik materi atau mapel yang kurang dikuasai belum pernah dipelajari sebelujmnya selama dibangku kuliah. Namun, terlepas dari itu MA memiliki cara atau strategi untuk mengatasi materi-materi yang kurang dikuasainya dengan mencoba metode pembelajaran yang sekiranya dapat diterapkan pada materi yang kurang dikuasai. Selanjutnya, untuk dua subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan yaitu RMD dan IK memberikan keterangan yang sama terkait penguasaan terhadap materi atau mapel yang diampu. Keduanya 64 mengatakan bahwa memang tidak semua materi betul- betul dikuasai, hal ini dikarenakan ada beberapa mapel yang tidak relevan atau tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka, sehingga ada sedikit kesulitan atau membutuhkan waktu lebih untuk dapat benar-benar menguasai materi-materi yang tidak relevan tersebut. Indikator yang ketiga dalam pelaksnaan kegiatan pembelajaran adalah guru menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran yang efektif. Pada indikator ini, subjek penelitian secara pribadi menyampaikan dengan lugas dan apa adanya sesuai pengalaman mereka. Ada yang mengatakan strategi pembelajanya sudah efektif ada juga yang mengatakan belum efektif.Tentu mereka memiliki alasan tersendiri mengenai hal tersebut. SL mengungkapkan terkait indikator ini bahwa srategi yang diterapkan di dalam kelas sudah efektif.Karena menurut SL sudah banyak siswa yang berhasil menguasai mata pelajaran dan mendapat nilai baik setelah dilakukan evaluasi. Kemudian MS, MS mengungkapakan bahwa strategi pembelajaran yang diterapakanya untuk mapel agama sudah efektif, namun untuk mapel lain seperti matematika, IPA, IPS dan lain sebagainya selain yang sesuai latar belakang pendidikanya memang dirasa kurang begitu efektif. Selanjutnya untuk subjek penelitian di MI Ma’arif Pulutan yaitu SG dan MA memberikan keterangan terkait strategi pembelajaran yang efekif sebagai berikut. Pertama SG, SG mengungkapkan bahwa 65 strategi yang diterapkan kadang efektif, kadang juga kurang atau bahkan tidak efektif sama sekali. Namun menurut keterangan SG efektif dan tidaknya strategi yang diterapkan lebih kepada bagaiana kondisi peserta didik saat strategi itu diterapkan. Subjek pelitian yang kedua MA, MA memberikan keterangan bahwa strategi yang diterapkan selama ini sudah efektif karena MA selalu mencari formulasi strategi yang disesuaikan dengan mata pelajaran dan kondisi siswa sehingga strategi dapat efektif. Kemudian subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan yaitu RMD dan IK mamberikan keterangan relatif sama terkait penggunaan strategi yang efektif. RMD memberikan keterangan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkanya masih belum maksimal. RMD menyoroti kondisi siswa yang memiliki latar belakang, motivasi dan kemauan yang bervariasilah salah satu penyebabnya. Tidak jauh berbeda dengan RMD, IK yang juga merupakan subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan memberikan keterangan bahwa strategi yang diterapkan selama ini masih belum efektif.IK beralasan lagi-lagi hal ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikanya yang tidak sesuan dengan mata pelajaran yang diampunya. Indikator yang keempat dalam komponen pelaksanaan pembelajaran adalah guru memanfaatkan sumber belajar atau media dalam proses pembelajaran. Subjek penelitian kaitanya dengan indikator ini memberikan data sebagai berikut.Yang pertama SL dan MS dari MI Islamiyah Kauman Kidul.SL memberikan 66 informasi atau keterangan terkait penggunaan sumber atau media pembelajaran bahwasanya SL hanya menggunakan Lembar Kerja Siswa LKS sebagai referensi dan bahan tambahan untuk menyampaikan materi.Dan SL merasa LKS saja sudah cukup efektif. Selanjutnya MS, MS memberikan keterangan dalam penggunaan media atau sumber belajar hanya menggunakan buku paket dan LKS saja. LKS pun menurut MS hanya digunakan sebagai tambahan alat evaluasi bagi peserta didik, sehingga LKS jarang digunakan. Subjek penelitian yang kedua adalah SG dan MA dari MI Ma’arif Pulutan.SG memberikan keterangan bahwa dirinya biasa menggunakan media LCD sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.Untuk sumber belajar SG biasa menggunakan media internet yang langsung bisa diakses dari dalam ruangan kelas fasilitas WIFI. Selanjutnya MA, menurut data yang disampaikan MA, dia belum pernah sama sekali memanfaatkan media pembelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah. MA hanya fokus menggunakan buku paket sebagai pegangan atau referensi dalam menyampaiakan materi pelajaran.Menurutnya buku paket merupakan media paling efektif untuk menyampaikan pelajaran yang diampunya. Subjek penelitan yang ketiga adalah RMD dan IK dari MI Ma’arif Global Blotongan. RMD memberikan keterangan bahwa dirinya sering menggunakan atau mencari sumber-sumber belajar yang lain selain buku paket salah satunya dari internet guna menunjang 67 penguasaan mapel yang tidak relevan dengan latar belakang pendidikanya. RMD juga biasa menggunakan media LCD sebagai penunjang atau untuk mempermudah dia dalam menyampaikan materi.Lalu subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan yang berinisial IK.IK memberikan data kepada peneliti bahwasanya kaitanya dengan penggunaan media atau sumber belajar IK tidak selalu menggunakan dalam setiap menyampaiakan materi pelajaran.Karena tidak semua materi harus menggunakan media selain buku paket. Selain itu keterbatasan media yang disediakan oleh sekolah adalah alasan lain IK tidak selalu menggunakanya sehingga penggunaanya harus bergantian.Akan tetapi ketika ada kesempatan dan media siap sedia, maka IK memanfaatkan media tersebut. Indikator pelaksanaan pembelajaran yang kelima adalah guru memicu dan atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Indikator ini oleh peneliti diartikan atau dimaknai sistem pembelajaran dua arah yaitu bukan hanya guru saja yang aktif di dalam kelas akan tetapi siswa juga aktif. Semua subjek penelitian pada indikator ini memberikan data yang sama yaitu menggunakan sistem dua arah atau melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Indikator pelaksanaan kegiatan pembelajaran keenam adalah guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.Namun sering seorang guru kehilangan kontrol emosi ketika ada siswa yang tidak bisa diatur dan membuat gaduh di dalam 68 kelas.Sehingga bahasa kasar dan intonasi serta nada suara yang tinggi sering terucap dari guru secara tidak sengaja. Saat peneliti menggali data terkait penggunaan bahasa ketika proses pembelajaran dan respon bahasa guru atau subjek penelitian ketika terpancing emosi, apakah bahasa yang digunakan tidak tepat atau bahkan kasar dan kotor maka jawaban-jawaban mereka berbeda-beda. Yang pertama subjek penelitian dari MI Islamiyah Kauman Kidul yaitu SL dan MS. SL mengatakan bahwa bahasa yang digunakan ketika mengajar adalah bahasa Indonesia. Dan respon bahasa ketika terpancing emosi meninggikan suara tapi tidak sampai mengeluarkan kata-kata kotor dan kasar. Lanjut MS, MS memberikan data kepada peneliti bahwa bahasa yang digunakan ketika mengajar adalah bahasa Indonesia. Ketika suasana kelas tidak dapat dikendalikan, MS juga sering terpicu emosi akan tetapi ia masih dapat mengendalikanya dan tidak sampai mengeluarkan kalimat kasar dan kotor sehingga penerapan bahasa yang benar dan tepat tetap dapat dijaga. Kedua, subj ek penelitian dari MI Ma’arif Pulutan yaitu SG dan MA. SG memberikan keterangan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa Jawa krama. Emosi SG juga sering terpancing ketika siswa tiak dapat dikendalikan akan tetapi SG tetap menjaga untuk tidak mengeluarkan kalimat kasar dan kotor selama di dalam kelas. Kemudian MA, dalam menyampaiakan materi di dalam kelas MA menggunakan bahasa Indonesia yang 69 dikombinasikan dengan bahasa Jawa Krama. MA menggunakan bahasa Jawa Krama dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai saling menghargai sesama. Sama seperti subjek penelitian yang lain, emosi MA juga sering terpicu ketika menghadapi siswa yang tidak bisa dikendalaikan, akan tetapi MA meluapkanya hanya dengan memberikan ancaman-ancaman kecil kepada siswa, tidak sampai membentak atau bahkan berkata kasar. Ketiga, subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan yaitu RMD dan IK. RMD memberikan keterangan bahwa dalam menyampaiakan materi pelajaran dia menggunakan bahasa campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Sebagai manusia biasa emosi RMD juga sering terpicu, namun manifestasi dari luapan emosinya tidak diwujudkan dengan mengeluarkan kata-kata kasar dank eras akan tetapi menurut keteranganya ia hanya diam, pasang muka geram dan siswapun sudah faham. Tidak berbeda jauh dengan RMD, IK yang juga mengajar di MI Ma’arif Blotongan ini ketika menyampaikan materi pelajaran menggunakan bahasa campuran bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Akan tetapi ketika peneliti bertanya apakah emosinya sering terpicu ketika kondisi kelas tidak dapat dikendalikan dan apa yang dilakukan ketika itu, IK pun menjawab sering terpicu emosi dan yang dilakukan adalah dengan memperkeras suara untuk menenangkan suasana kelas, namun tidak sampai mengeluarkan kalimat-kalimat kasar. 70 Indikator pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ketujuh adalah guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan efektif. Efektif di sini peneliti artikan bahwa dalam menutup pembelajaran seorang guru bukan hanya sekedar pelajaran selesai kemudian ditutup begitu saja akan tetapi guru juga harus menyimpulkan materi yang tadi disampikan, memberikan penekanan pada materi-materi yang dianggap penting serta memberikan motivasi atau pesan-pesan baik kepada siswa. Data tentang bagaimana subjek penelitian mengakhiri pembelajaran peneliti sajikan dalam Tabel 4.9 di bawah ini. Tabel 4.9 Cara masing-masing subjek penelitian dalam mengakhiri pembelajaran No. Nama Subjek Penelitian Cara mangakhiri Pembelajran 1. SL - Menyimpulkan materi yang tadi disampikan - Member pesan-pesan baik untuk belajar - Salam penutup 2. MA - Evaluasi lesan - Menyimpulkan - Salam penutup 3. Nya SG - Menarik kesimpulan pelajaran - Memberikan penekanan pada hal yang penting - Salam penutup 4. MA - Menyimpulkan materi - Tanya jawab perihal materi yang telah dipelajari - Memberikan tugas 71 - Salam penutup 5. RMD - Menyimpulkan materi yang baru saja disampaikan - Memberikan motivasi untuk giat belajar kepada siswa - Salam penutup 6. IK - Menyimpulkan materi - Tanya jawab - Salam penutup Sumber: Hasilwawancara dengan subjek penelitian Dengan demikian, melihat data di atas dapat dikatakan bahwa semua guru sebagai subjek penelitian telah efektif dalam menutup proses pembelajaran.

4.2.4 Hasil Penilaian Pembelajaran