Desain Perencanaan Pembelajaran Hasil Penelitian

54 perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.Berikut data dan informasi yang dapat peneliti himpun atau dapatkan dari subjek penelitian atau informan terkait kinerja mengajarnya.

4.2.1 Desain Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan satu dari tiga komponen yang melekat di dalam kinerja mengajar guru.Aspek atau indikator yang ada di dalam perencanaan pembelajaran yang pertama adalah tentang bagaimana seorang guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajran RPP, apakah sesuai dengan kurikulum atau silabus dan memperhatikan karakteristik peserta didik atau tidak. Terkait indikator ini peneliti menemukan data untuk dua guru di MI Islamiyah Kauman Kidul sebagai subjek penelitian mengatakan bahwa pembuatan RPP di MI Islamiyah kauman kidul tidak diwajibkan oleh kepala sekolah, para guru memperoleh RPP dengan copy file dari teman-teman sejawat guru yang sering berkumpul dalam forum KKG kelompok kerja guru. Di MI Islamiyah Kauman Kidul kepala sekolah memang tidak mewajibkan guru untuk membuat RPP, yang terpenting guru memiliki RPP sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran, dari mana RPP itu didapat tidak menjadikan suatu permasalahan. Hal ini tersirat dari pernyataan kepala seklolah saat wawancara sebagai berikut, “masalah RPP, saya mewajibkan memiliki, untuk membuat sendiri saya hanya menyarankan, kasihan mas kalo mereka harus saya wajibkan membuat RPP, beban kerja mereka sudah banyak, saya mboten tegel e, 55 yang penting RPP mereka punya, mau dari mana terserah”. Sehingga dengan guru tidak membuat RPP maka otomatis secara personal mereka juga tidak memformulasikan tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus dan kurikulum. Akan tetapi para guru tetap memiliki RPP meskipun bukan karya sendiri. Hal serupa terjadi pada guru- guru di MI Ma’arif Pulutan dan MI Ma’arif Global Blotongan.Di MI Ma’arif Pulutan dua guru yang peneliti wawancara terkait indikator ini mengatakan bahwa keduanya tidak pernah membuat RPP.RPP sudah tersedia dari teman- teman guru yang tergabung dalam kelompok kerja guru KKG.sehingga hal ini tentu memperingan tugas guru dalam konteks perencanaan pembelajaran. Tanggapan dari kepala sekolah tentang para guru yang tidak membuat RPP sendiri pun juga sama, tidak menjadikan suatu permasalahan. Ini terbukti dari pernyataan kepala sekolah ketika wawancara sebagai berikut, “menurut saya RPP itu penting adanya karena memang sebagai acuan dan itu harus dimiliki oleh setiap guru. Akan tetapi jika memang dari KKG sudah menyediakan ya menggunakan itu juga tidak apa-apa, tapi membuat sendiri juga lebih baik ” Senada dengan dua MI yang lain, guru-guru di MI Ma’arif Global Blotongan yang menjadi subjek penelitian juga memberikan data yang sama, para guru kadang-kadang terkait dalam pembuatan RPP. Alasanyapunsama, karena kepala sekolah tidak mewajibkan gurunya membuat RPP. Pernyataan kepala sekolah itu dapat peneliti sajikan sebagai berikut, 56 “Idealnya memang RPP dibuat sendiri, tapi memang disekolah saya belum bisa mas, dan saya belum berani mewajibkan mereka membuat RPP sendiri.yang penting mereka menguasai mata pelajaran yang mau disampaikan dikelas gitu saja sudah baik kalo saya, lebih-lebih guru-guru yang masih wiyata itu lho ”. Sehingga dapat peneliti simpulkan bahwa subjek penelitian ditiga MI se-Kecamatan Sidorejo tidak selalu atau bahkan tidak pernah membuat RPP karena dari forum KKG sudah menyediakan RPP untuk para guru. Indikator yang kedua dalam perencanaan pembelajaran adalah guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir. Terkait indikator ini, peneliti memberikan pertanyaan pembuka kepada subjek penelitian tentang apakah para guru dalam setiap akan melaksanakan pembelajaran menyiapkan bahan ajar terlebih dahulu?. Dan semua subjek penelitian menjawab ”Iya”. Akan tetapi ketika obrolan wawancara mulai mengerucut pada aspek yang dipertimbangkan dalam menyusun bahan ajar, masing- masing subjek peneliti mulai berbeda. Subjek penelitian di MI Islamiyah Kauman Kidul yang berinisial SL mengatakan bahwa dalam penyusunan bahan ajar tidak ada pertimbangan khusus, hanya mengacu pada silabus dan materi saja. Berbeda dengan SL, subjek penelitian yang berinisial MS yang sama-sama guru di MI Islamiyah Kauman Kidul memberikan keterangan bahwa dalam penyususnan bahan ajar, MS mempertimbangkan urut- urutan materi yang ada apakah sesuai dengan silabus 57 atau tidak, kemudian kesesuaian atau relevansi materi dengan realita lingkungan sekarang, lalu menghubungakan atau mengaitkan materi dengan disiplin ilmu yang lain. Berikutnya, subjek peneliitan di MI Ma’arif Pulutan yang berinisaial SG mengatakan bahwa dalam menyusun bahan ajar SG mempertimbangkann kondisi peserta didik, sarana prasarana, kerunutan atau urutan materi dan kelogisan dengan keadaan lingkungan sekitar. Sedangkan untuk subjek penelitian di MI Ma’arif Pulutan yang berinisial MA memberikan keterangan bahwa ketika melakukan penyususnan bahan ajar mempertimbangkan kerunutan materi, dihubungkan dengan hal-hal baru, materinya logis dan mudah diterima. Kemudian RMD yang merupakan subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan memberikan keterangan bahwa dalam menyusun bahan ajar belio mempertimbangkan materi atau bahan yang akan diajarkan itu sendiri, relevansi materi dengan keadaan saat ini, serta selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan sebagai referensi. Dan untuk subjek penelitian dari MI Ma’arif Global Blotongan yang berinisial IK memberikan keterangan bahwa dalam menyususn bahan ajar IK hanya mempertimbangakan materi yang akan disampaikan disusun secara runut saja. Indikator yang ketiga dalam perencanaan pembelajaran adalah guru menyusun atau merencanaakan kegiatan pembelajaran yang efektif. 58 Sama dengan indikator yang kedua, peneliti memberikan pertanyaan pembuka tentang apakah subjek penelitian guru membuat perencanaan atau suatu cara agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Lima dari enam subjek penelitian menjawab “Iya” dan yang satu menjawab kadang- kadang membuat perencanaan dan terkadang juga tidak.Subjek teliti yang menjawab kadang-kadang ialah MS dari MI Islamiyah Kauman Kidul.Hal ini dikarenakan menurut keterangan MS, siswa di dalam kelas tempat MS mengajar dari aspek pengendalian diri masih labil. Dari pengalaman MS, ketika ia telah membuat perencanaan yang matang sebelum mengajar dan diterapkan dikelas ternyata respon siswa kurang baik sehingga pembelajaran jadi tidak efektif. Namun ketika MS hanya mengikuti maunya siswa saat mengajar tanpa adanya perencanaan, malah pembelajaran menjadi lebih efektif.Sehingga MS menjadi ragu ketika akan membuat satu perencanaan pembelajaran. Dan akhirnya terkadang membuat perencanaan dan terkadang juga tidak membuat.Dari lima subjek penelitian yang memberikan jawab an “Iya” akan peneliti paparkan cara atau strategi yang digunakan agar pembelajaran dapat efektif. Point ini peneliti sajikan di dalam Tabel 4.7 dibawah ini Tabel 4.7 Strategi subjek penelitian agar pembelajaran efektif Nama Subjek Penelitian Sekolah Strategi - SL - MI Islamiyah - Memahami betul materi, merumuskan metode yang 59 - SG - MA - RMD - IK Kauman KIdul - MI Ma’arif Pulutan - MI Ma’arif Pulutan - MI Ma’arif Global Blotongan - MI MA’arif Global Blotongan tepat, memformulasikan media yang ada - Menyesuaiakan metode dengan materi - Merumuskan media pembelajaran yang sesuai - Mengajak siswa berperan aktif dalam penyampaian materi - Mengajak siswa merasakan, melihat dan mendengar secara langsung tentang materi yang disampaikan - Memberikan waktu siswa untuk dapat membaca dan mendalami materi yang akan dipelajari diawal pertemuan Sumber: Hasilwawancara dengan Subjek Penelitian Indikator perencanaan pembelajaran yang keempat adalah guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran. Semua subjek penelitian memberikan keterangan bahwa media pembelajaran merupakan hal penting untuk menunjang berhasilnya proses pembelajaran. Masing-masing subjek penelitian memberikan ilustrasi tentang kesesuaian penggunaaan media dan atau sumber belajar dengan materi yang diajarkan.SL pernah menggunakan media persawahan yang ada di dekat sekolah dalam menyampaiakan materi tentang akar tumbuhan. MS sering menggunakan media LCD dalam menyampaiakan 60 materi seperti IPA dan IPS yang dibalut rapi dengan program power point. SG juga menggunakan media power point ketika menyampaikan materi bahasa Inggris, sehingga siswa dapat langsung mengetahui, melihat bentuk, model serta nama benda menggunakan bahasa Inggris. MA fokus menggunakan buku paket sebagai sumber belajar.RMD sering menggunakan media LCD dengan progam power point sebagai penunujang untuk mempermudah menyampaikan materi.IK menggunakan alat musik sederhana ketika menyampaikan mata pelajaran kesenian.

4.2.2 Instalasi Standar Kinerja