75
motivasi serta
pertemuan tambahan agar nilainya bisa
tuntus sampai batas minimal remidiasi. Juga sebagai bahan
renungan untuk
pertemuan selanjutnya
5. RMD
Selain digunakan sebagai bahan refleksi
untuk pertemuan
selanjutnya, di sini kami juga berusaha menghimpun untuk
digunakan sebagai acuan dalam keikutsertaan lomba-lomba mata
pelajaran di tingkat kecamatan dan kota.
6. IK
Bahan refleksi dan introspeksi diri untuk pembelajaran yang
lebih baik
dan kesuksesan
siswa-siswa Sumber: Hasilwawancara dengan subjek penelitian
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada sub bab ini akan peneliti sajikan pembahasan tentang hasil penelitian yang dipaparkan pada sub bab
sebelumnya. Pembahasan terhadap hasil penelitian ini sebagai upaya untuk menjawab atau menjelaskan atas
rumusan-rumusan masalah yang telah peneliti susun tentang bagaimana kinerja mengajar guru dalam
merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran di MI se-Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga TA 20142015.
4.3.1 Kinerja Mengajar Guru Dalam Merencanakan Kegiatan Pembelajaran
Perencanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan MI se-Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga meliputi empat
76
indikator sesuai
dengan pedoman
pelaksanaan penilaian
kinerja guru
yang diterbitkan
oleh Kementrian
Pendidikan dan
Kebudayaan Kemendikbud tahun 2012. Empat indikator itu
meliputi: 1.
Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP dengan kurikulum atau silabus dan
memperhatikan karakteristik peserta didik. 2.
Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan mutakhir.
3. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran
yang efektif 4.
Guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi
pembelajaran. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah
peneliti himpun dari indikator yang pertama bahwa semua subjek penelitian terkait pembuatan RPP,
mereka tidak selalu membuatnya bahkan tidak pernah membuatnya. Atau dengan kata lain masih terdapat
kesenjangan. Artinya ketika guru tidak membuat RPP, maka guru juga tidak memformulasikan tujuan
pembelajaran.Karena tujuan pembelajaran termasuk poin-poin yang harus ada di dalam RPP.
Senada dengan hasil temuan tersebut juga disampaikan oleh Guru MI Ma’ari, Islamiyah dan
Ma’arif Blotongan dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
Walaupun dalam standar kinerja terdapat acuan perencanaan, namun belum tersusun secara baik dan
maksimal Wawancara: Guru Kelas MI M’arif dan Ilamiyah, 18 Februari 2016.
77
Hal ini dikarenakan RPP didapat dari teman-teman guru dalam KKG. Proses perumusan RPP di dalam KKG
itu sendiri hanya dilakukan oleh beberapa guru yang ditunjuk dan diberi tugas masing-masing untuk
memformulasikanya baru kemudian dikumpulkan dan disosialisasikan kepada guru lainya yang tergabung
dalam forum KKG. Dalam proses ini menurut peneliti ada kekuranganya, salah satunya adalah terjadi kurang
relevansi antara RPP yang dibuat dengan keadaan siswa dan lingkungan masing-masing sekolah. Hal ini
dikarenakan pembuatan RPP tidak dilakukan secara personal, melainkan secara kolektif dan keadaan siswa
serta lingkungan
masing-masing sekolah
tentu berbeda-beda sehingga sistem pembuatan RPP ini
dirasa kurang komprehensif. Oleh karena itu selaras dengan apa yang ada di dalam kutipan undang-undang
no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20 poin “a” yang menyebutkan bahwa, ”Dalam
melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru
berkewajiban merencanakan
pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
”. Hal tersebut juga disampaikan oleh Kepala Sekolah
MI Ma’arif dan Islamiyah sebagai berikut:
Guru perlu menyusun perencanaan agar memiliki kesiapan
dan melaksanakan
proses pembelajaran
Wawancara: Kepala Sekolah MI, 20 Februari 2016.
Dari kutipan undang-undang di atas nampak jelas bahwa guru berkewajiban merencanakan pembelajaran,
artinya tugas merencanakan pembelajaran termasuk di
78
dalamnya membuat RPP yang di dalamnya berisi poin untuk memformulasikan tujuan pembejaran wajib
dilakukan guru secara personal bukan secara kolektif. Sehingga poin-poin di dalam RPP yang menuntut
pengetahuan guru secara personal atas keadaan- keadaan yang melingkupinya seperti karakteristik
siswa, keadaan lingkungan sekitar, sarana prasaraan dan
lain sebagainya
dapat tertuang
sebagai pertimbangan
seorang guru
dalam menyusun
perencanaan pembelajaran Majid, 2011. Keadaan ini berbeda dengan penelitian dari
Kustantini 2005 yang judul “Analisis Kinerja Guru
Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang
”.Kustantini 2005 mengatakan bahwa meskipun di SMP N 2 Ungaran masih ada 15
guru yang kurang mampu untuk merencanakan pembelajaran dengan baik, namun demikian mereka
membuat perencanaan pembelajaran secara personal pribadi tidak secara kolektif dan hal ini sesuai dengan
amanat undang-undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20 poin “a”.
Selanjutnya pada indikator yang kedua yaitu guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual
dan mutakhir.Runut berarti penyususnan bahan ajar dari yang mudah ke yang sulit, dari yang ringan kepada
yang berat, dari yang konkrit kepada yang abstrak dan dari yang simpel kepada yang lebih rumit. Lalu logis
berarti ada
kesesuaian atau
relevansi antara
kedalaman materi yang akan disampaiakan dengan kondisi atau kemampuan atau potensi peserta didik
79
serta bakat, minat dan gaya belajarnya Sanjaya, 2010. Kemudian kontekstual berarti penyususnan bahan ajar
dibuat sesaui
dengan konteks
kehidupan dan
perkembangan keilmuan dan teknologi. Selanjutnya yang
terakhir yaitu
mutakhir dapat
diartikan penyusunan bahan ajar tidak hanya berpacu pada
buku akan tetapi lebih kepada sumber-sumber ilmu pengetahuan lain sesuai keadaan saat ini dengan
bentuk yang tidak terbatas Majid, 2011. Idealnya semua poin diatas harus dipertimbangkan
guru dalam setiap menyususn rencana pembelajaran. Akan tetapi sesuai apa yang peneliti temukan di
lapangan, para guru dalam menyusun bahan ajar tidak mempertimbangkanpoin-poin
diatas secara
menyeluruh. Ada guru yang hanya mempertimbangkan aspek kerunutan, kontekstual dan kemutakhiran saja,
ada yang hanya runut dan logis, dan ada juga yang hanya mempertimbangkan aspek kerunutan, kelogisan
serta kemutakhiran saja.Hal ini tentu menimbulkan kesenjangan antara teori atau standar yang ada dengan
realitas yang terjadi di lapangan.Menurut peneliti, memang tidak mudah menyusun bahan ajar dengan
mempertimbangkan aspek
kerunutan, logis,
kontekstual dan mutakhir karena membutuhkan pemikiran
mendalam serta
pengetahuan yang
komprehansif antara keadaan siswa, lingkungan dengan materi itu sendiri. Bahkan di dalam penelitian
yang lain, yaitu penlitian yang dilakukan oleh Rahmatan 2004 dengan judul
”Analisis Kinerja Mengajar Guru Perbantuan Sementara GPS Biologi
80
SLTP dan
SMU Se-Provinsi
Nanggro Aceh
Darussalam”menyebutkan bahwa
guru dalam
menyususn bahan
ajar dengan
memperhatikan kemampuan siswa aspek kelogisan dan pemilihan
sumber dan media belajar aspek kemutakhiran masuk dalam kategori “kurang”.
Artinya, wajar jika para subjek penelitian tidak secara menyeluruh mempertimbangkan aspek-aspek di
atas untuk menyusun bahan ajar karena memang tidak mudah, akan tetapi kewajaran itu bukan berarti benar
atau diperbolehkan, melainkan guru tetap dituntut untuk bisa mempertimbangkan keempat aspek itu
ketika menyusun
bahan ajar
meskipun belum
seutuhnya baik. Indikator yang ketiga yaitu guru merencanakan
kegiatan pembelajaran yang efektif.Efektif berarti menghasilkan
atau bernilai.
Artinya proses
pembelajaran harus menghasilkan sesuatu sesuai apa yang ada di dalam tujuan pembelajaran Hamruri,
2012. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif berarti merencanakan suatu cara atau strategi
agar pembelajaran menghasilkan nilai-nilai yang ada di dalam tujuan pembelajaran.
Secara garis besar, ciri utama pembelajaran yang efektif yaitu memudahkan siswa dalam belajar Dunne
dan Wragg, 1996. Sehingga segala aktifitas yang dilakukan guru untuk memudahkan siswa dalam
belajar atau menerima pelajaran merupakan upaya agar pembelajaran dapat efektif.Perlu perencanaan dan
penyusunan serta strategi yang matang untuk hal
81
tersebut.Dari data penelitian yang telah dihimpun, semua subjek teliti menyusun perencanaan dan strategi
yang tidak jauh berbeda antar para guru dalam rangka terciptanya pembelajaran yang efektif. Kecuali satu
subjek teliti
yang memang
dalam pembuatan
perencanaan tidak selalau membuatnya atau dengan kalimat lain, terkang membuat terkadang juga tidak
membuat.Menurut peneliti perilaku yang ditunjukan oleh subjek teliti ini tidak benar. Karena dalam satu
proses pembelajaran harus ada perencanaan yang matang. Pendapat peneliti ini sesuai dengan undang-
undang nomor 14 tahun 2005 pasal 20 poin “a” tentang guru dan dosen yang menyiratkan pada intinya bahwa
dalam tugas keprofesionalnya guru berkewajiban merencanakan proses pembelajaran.
Dalam proses perencanaan tentu guru juga telah mempertimbangkan kesesuaian antara materi yang
akan disampaikan dengan kondisi siswa ketika itu. Sehingga tidak ada alasan bagi guru untuk tidak
merencanakan kegiatan
pembelajaran. Meskipun
apayang telah direncanakan guru terkadang realisasi didalam kelas ada sedikit perbedaan.
Bagi subjek teliti yang selalu merencanakan kegiatan pembelajaran, dalam konteks ini perencanaan
yang dilakukan oleh subjek penelitian bersifat abstrak. Artinya subjek penelitian merencanakan, akan tetapi
hanya menyesuaikan atau mengeksplorasi dari RPP yang
bukan produk
mereka sendiri.
Sehingga, terkadang apa yang direncanakan subjek penelitian ada
82
sedikit perbedaan dengan apa yang tertuang di dalam RPP secara redaksional atau tekstual.
Namun secara substansi, apa yang dilakukan subjek teliti menurut peneliti tidak masalah, karena
poinya adalah agar siswa lebih mudah memahami dan menerima mata pelajaran serta agar pembelajaran
dapat lebih efektif. Masing-masing subjek penelitian memiliki strategi atau cara untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif. Ada subjek penelitian yang memfokuskan
kepada metode
yang digunakan,
pemanfaatan media,
keaktifan siswa
dan lain
sebagainya.Hal ini
disesuaikan dengan
kondisi karakteristik siswa dan lingkungan di masing-masing
sekolah yang tentu berbeda-beda.Di dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rahmatan 2004, tiga
komponen yaitu
pemilihan materi
pelajaran, penyusunan
alat evaluasi
dan kerapian
dalam menyusun RPP merupakan komponen yang masuk
dalam kategori baik untuk mewujudkan pembelajaran efektif.
Selanjutnya, indikator yang keempat ialah guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran
sesuai dengan materi atau strategi pembelajaran.Pada penelitian ini, semua subjek penelitian telah memilih
dan menggunakan media atau sumber belajar sebagai pendukung
kegiatan pembelajaran.Terbukti
dari beberapa RPP yang peneliti himpun dari subjek
penelitian. Tentu pemilihan media atau sumber belajar disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah proses pembelajaran,
83
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, menjaga relevansi antara materi dengan tujuan, serta membantu
konsentrasi kegiatan belajar mengajar Sanaky, 2009. Sebagai contoh SL yang merupakan guru di MI
Islamiyah Kauman Kidul.Menggunakan media alam sekitar ketika menyampaikan pelajaran IPA Ilmu
Pengetahuan Alam dengan materi tumbuhan.Siswa diajak keluar sekolah, berjalan dan mengamati
perkebunan serta persawahan yang ada di belakang sekolah.Siswapun sangat antusias ketika itu.Artinya,
dalam konteks ini media atau sumber belajar juga memiliki kegunaan yang salah satunya adalah untuk
menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar Sadiman dkk, 2012.
4.3.2 Kinerja Mengajar Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran