4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Hasil analisis mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanain di daerah penelitian dapat diuraikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pantai Cemin
No Uraian
Skor yang diharapakan
Skor yang diperoleh
Ketercapaian 1
Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan
kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU latihan
dan kunjungan 3
2.27 76
2 Menyelenggarakan penyuluhan
pertanian dengan materi yang terpadu,
mendinamisasikan kelompok tani dengan
pendekatan kelompok 3
2.45 82
3 Menyusun bersama program
penyuluhan di balai peyuluhan dan melaksanakan kegiatan
penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat
3 3.00
100
4 Memanfaatkan metode
penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU antara
lain: demonstrasi Sipedes, kursus tani desa
3 2.72
91
5 Bersama dengan kontak tani
dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi
dalam menyelenggarakan gerakan massal di wilayah
kerja antara lain: pemberantasan hama, gotong
royong, dan sebagainya 3
2.27 76
6 Menyusun rencana kerja di
tingkat WKPP 3
3.00 100
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 4.4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian di Kecamatan Pantai Cemin
No Uraian
Skor yang diharapakan
Skor yang diperoleh
Ketercapaian 7
Membantu menyusun RDK rencana definitif
kelompokRDKK rencana definitif kebutuhan kelompok
3 2.09
70
8 Membantu menyusun
administrasi kelompok 3
2.00 67
9 Melaksanakan tugas lain yang
dibebankan oleh kepala
Bapeluh 3
2.09 70
Rata-rata 27
21.90 81
Sumber: Data Primer Lampiran 2
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa skor rata-rata tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Pantai Cermin adalah sebesar 21.90, atau dengan
persentase 81. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi.
4.5. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Karakteristik sosial ekonomi penyuluh yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, dan jarak tempat tinggal
penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. Hasil analisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dapat diuraikan sebagai
berikut: Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berkaitan dengan cara berfikir dan
pandangan dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada Lampiran 3 diperoleh tingkat
signifikansi 0,396 0,05 artinya hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas
pokok penyuluh pertanian. Hasil pengamatan dilapangan menunjukan bahwa penyuluh yang memiliki umur muda
maupun tua, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, baik penyuluh yang masih muda maupun yang sudah
tua, tetap melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian sebagaimana mestinya. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas
pokok penyuluh pertanian ditolak. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki penyuluh akan menunjukan tingkat pengetahuan
dan wawasan yang luas untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada
lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,078 0,05 artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak
signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
Penyuluh yang memiliki pendidikan lebih tinggi maupun lebih rendah tidak menunjukan adanya hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
Penyuluh dengan tingkat pendidikan tinggi maupun lebih rendah tetap melaksanakan tugas pokok dengan baik, sehingga tingkat keberhasilannya juga tinggi. Hipotesis yang menyatakan
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.
Lama menjadi penyuluh akan membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh dengan pengalaman yang dimilikinya. Hasil pengujian yang dilakuakan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,031 0,05 artinya hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan
tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Semakin lama menjadi penyuluh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelaksanaan
tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, semakin lama menjadi penyuluh, semakin tinggi tingkat pengalamannya. Penyuluh juga akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih dari
para petani, sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan tugas pokok. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian diterima. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada
lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,358 0,05 artinya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian
tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok
penyuluh pertanian. Banyak atau sedikitnya jumlah tanggungan penyuluh, tidak memiliki hubungan dengan
tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Penyuluh tetap memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok, baik penyuluh yang memiliki jumlah tanggungan
sedikit maupun banyak. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian
ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,033 0,05 artinya hubungan antara total pendapatan
penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara total pendapatan
penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Besar atau kecilnya total pendapatan penyuluh, memiliki hubungan dengan tingkat
keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, semakin besarnya pendapatan yang diterima penyuluh maka semakin baik pula kinerja kerja penyuluh.
Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian diterima.
Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,770 0,05 artinya hubungan antara jarak tempat
tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya
tidak terdapat hunbungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
Jauh atau dekatnya tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tidak ada hubungannya dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian, karena penyuluh
pertanian di Kecamatan Pantai Cermin pada umumnya memiliki kendaraan pribadi yang dapat mengakses ke WKPP dengan mudah. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jarak
tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Hasil Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Variabel Koefisien
Regresi Standart
Error T-Hitung
Signifikan
Constant 15.749
5.808 2.712
.053 Umur
-.094 .099
-.951 .396
Tingkat Pendidikan -.599
.254 -2.358
.078 Lama Menjadi
Penyuluh -.259
.080 -3.246
.031 JumlahTanggungan
Keluarga .411
.396 1.038
.358 Total pendapatan
6.570 2.046
3.211 .033
JarakTempat Tinggal ke WKPP
.038 .036
1.040 R
2
F-Hitung ά
0.861 4.118
0.05
Sumber: Data Primer Lampiran 3
Berdasarkan Tabel 4.5. diperoleh persamaan sebagai berikut: Y= 15.749 - 0.094X
1
- 0,599 X
2
- 0.259 X
3
+ 0.411 X
4
+ 6.570 X
5
+ 0.38 X
6
+ �
Dari persamaan tersebut diperoleh konstanta sebesar 15.749, nilai ini menunjukkan bahwa Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan
Tugas Pokok Penyuluh Pertanian di daerah penelitian sebesar 15.749.
Universitas Sumatera Utara
Uji kesesuaian model
1. Koefisien Determinasi R
2
Diketahui bahwa nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh sebesar 0,861. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa 86,1 variasi tingkat keberhasilan tugas pokok penyuluh
pertanian Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Sedangkan 13,9 dijelaskan oleh variabel lain diluar model persamaan.
2. Uji Serempak Uji F
Dari tabel diperoleh nilai signifikansi F adalah sebesar 4,118. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu α 5 atau 0,05. Dengan demikian H
ditolak atau H
1
diterima , hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah Penelitian.
3. Uji Parsial Uji t Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan
pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:
- Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berkaitan dengan cara berfikir dan
pandangan dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada Lampiran 3 diperoleh
tingkat signifikansi 0,396 0,05 artinya hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan
demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
- Tingkat pendidikan formal yang dimiliki penyuluh akan menunjukan tingkat pengetahuan
dan wawasan yang luas untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh
Universitas Sumatera Utara
pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,078 0,05 artinya hubungan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
- Lama menjadi penyuluh akan membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok
penyuluh dengan pengalaman yang dimilikinya. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat
signifikansi 0,031 0,05 artinya hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian
H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
- Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada
lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,358 0,05 artinya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh
pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. -
Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,033 0,05 artinya hubungan antara total
pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
- Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Regresi dengan SPSS pada
lampiran 3 diperoleh tingkat signifikansi 0,770 0,05 artinya hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan
pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat hunbungan antara jarak tempat tinggal
penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.
Uji Asumsi Klasik
Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil Ordinary Least Square memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the best linear unbiased estimated BLUE yaitu terpenuhi
beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal,
dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Uji normalitas dengan pendekatan grafik dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Histogram Uji Normalitas
Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual
Distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, apabila distribusi data berbentuk lonceng bell shaped Santoso, 2010. Berdasarkan tampilan histogram pada Gambar
1 dapat dilihat bahwa distribusi data berbentuk lonceng bell shaped, sehingga data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Kemudian tampilan Normal P-P Plot of Regression Standarized
Universitas Sumatera Utara
Residual pada Gambar 2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar. Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data menyebar atau merapat ke garis
diagonalnya Sulianto, 2011. Dengan demikian data tersebut dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
2. Uji multikolinieritas
Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Nilai Collinearity
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian
Independent Variabel Tolerance
VIF Umur
.257 3.890
Tingkat Pendidikan .408
2.452 Lama Menjadi Penyuluh
.281 3.556
JumlahTanggungan Keluarga
.410 2.436
Total pendapatan .442
2.262 JarakTempat Tinggal ke
WKPP .771
1.296
Sumber: Data Primer Lampiran 3
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ragner Frish dalam Supranto 2005 untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal berikut :
4. nilai toleransi lebih kecil dari 0,1
5. nilai VIF lebih besar dari 10
6. R² = 1
Berdasarkan Tabel 4.6. memperlihatkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel berada dibawah 10. Nilai VIF umur sebesar 3,890 10, nilai VIF tingkat pendidikan sebesar 2,452 10,
nilai VIF lama menjadi penyuluh sebesar 3,556 10, nilai VIF jumlah tanggungan keluarga sebesar 2,436 10, nilai VIF total pendapatan sebesar 2,262 10, nilai VIF jarak tempat tinggal
ke WKPP sebesar 1,296 10 dan tolerance semua input produksi di atas 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. Uji asumsi klasik heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati
Universitas Sumatera Utara
scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar
secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar 3 menunjukkan bahwa
scatterplot menyebar secara acak dan titik-titik data menyebar di bawah dan di atas angka 0. Hal ini menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan