Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini: 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian. 2. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 4. Apakah ada pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluhan umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian diarahkan untuk mencapai tujuan: 1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian. 2. Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 3. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. 4. Mengetahui apakah ada pengaruh antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Pantai Cermin. Universitas Sumatera Utara

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi penyuluh dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam upaya peningkatan kinerja penyuluh pertanian. 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Tugas pokok penyuluhan pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan keluarga yang lebih sejahtera. Tugas pokok penyuluhan pertanian di BPP Pematang Sijonam adalah sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU latihan dan kunjungan. 2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok. 3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat. 4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU antara lain: demonstrasi-demonstrasi Sipedes, kursus-kursus tani desa. 5. Bersama-sama dengan kontak tani dan tokoh-tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian. 7. Membantu menyusun RDK Rencana Definitif KelompokRDKK Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok. 8. Membantu menyusun administrasi kelompok. 9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala Bapeluh Badan Pelaksanaan Penyuluh Departemen Pertanian, 2008. LAKU singkatan dari latihan dan kunjungan. Latihanpelatihan adalah suatu kegiatan ilmu pengetahuan dan keterampilan baik berupa teori maupun praktek dari fasilitator ke penyuluh pertanian. Sedangkan kunjungan adalah kegitan penyuluh pertanian ke kelompok tani di wilayah kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. Pelatihan dalam sistem LAKU merupakan proses belajar-mengajar bagi penyuluh pertanian secara rutin setiap dua minggu sekali bertempat di Balai Penyuluhan Kecamatan. Pelatihan ini difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasai materi, maupun tenaga ahli dari lembagainstansi lain. Materi pelatihan dalam sistem LAKU mencakup program-program pembangunan yang sedang dan akan dikembangkan di daerah setempat, serta materi-materi bersifat membantu memecahkan permasalahan petani Suhardiyono, 1992. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai pendidik non formal, penyuluh pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada dan pada Universitas Sumatera Utara waktu yang sama dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standar hidup meraka Suhardiyono, 1992. Para penyuluh juga berperan sebagai agen perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani merubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik dan dapat membantu petani mengenal masalah-masalah yang mereka hadapi dan mencari jalan ke luar yang mereka perlukan. Melalui peran penyuluhan, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik Kartasapoetra, 1994. Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak sasaran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia Ilham, 2010. Seorang penyuluh pertanian dikatakan profesional jika ia memenuhi 4 empat persyaratan, yaitu: 1. Kemampuan komunikasi, dalam hal ini seorang penyuluh tidak hanya harus memiliki kemampuan memilih inovasi, memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang efektif, memilih dan menerapkan metode penyuluhan yang Universitas Sumatera Utara efektif dan efesien, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk berempati dan bersimpati dengan sasarannya. 2. Sikap penyuluh, yang meliputi menghayati dan bangga dengan profesinya, meyakini bahwa inovasi yang disampaikan bermanfaat bagi sasarannya dan mencintai masyarakat sasarannya. 3. Kemampuan pengetahuan penyuluh, tentang isi, fungsi, manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dapat disampaikan baik secara ilmiah maupun praktis. 4. Karakteristik sosial budaya penyuluh, seorang penyuluh perlu memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya Ekstensia, 2000. Profesionalisme peran penyuluh dalam kaitannya dengan kualifikasi yang dimiliki dan tugas pokok yang dilaksanakan untuk mencapai keberhasilan penyuluh. Paling tidak ada 3 tiga hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan keberhasilan seorang penyuluh: 1. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjalin pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui para tokoh masyarakat, pemuka adat, lembaga swadaya masyarakat dengan masyarakat sasarannya. 2. Kemauan dan kemampuan penyuluh untuk menjadi perantara sumber-sumber inovasi dengan pemerintah lembaga penyuluh, swasta petani, produsen dll dan masyarakat sasarannya. 3. Kemauan dan kemampuan penyuluh menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dirasakan oleh pemerintah lembaga penyuluh dan masyarakat sasarannya Ekstensia, 2000. Universitas Sumatera Utara Menurut Van Den Ban dan Hawkins 1999, agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi. Menurut Rasyid 2001, belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai anatara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan education, motivator, konsultan pembimbing, dan pendamping petani. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal meliputi: manajemen organisasi penyuluhan, intensif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya, serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan Universitas Sumatera Utara sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh Departemen Pertanian, 2009.

2.2. Teori Penyuluhan