PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta
PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIFLEARNING TIPESTADDAN TIPEJIGSAWTERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM
(Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh
CICILIA RINA FITRIANI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2013
(2)
ii
ABSTRAK
PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIFLEARNING
TIPESTADDAN TIPEJIGSAWTERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA
PADA MATERI POKOK EKOSISTEM
(Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
CICILIA RINA FITRIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan model
kooperatifLearningtipeSTADdan tipeJigsawterhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.
Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIAdan VIICyang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa penguasaan materi oleh siswa yang
diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gainyang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji U dengan taraf 5%. Data kualitatif berupa
aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa yang dianalisis secara
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
(3)
Cicilia Rina Fitriani
iii
materi oleh siswa secara signifikan. Akan tetapi penguasaan materi pokok
Ekosistem yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaranJigsaw( N-gain68,94) lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan modelSTAD( N-gain59,17). Indikator C4 (Aplikasi) merupakan indikator tertinggi yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
(N-gain81,43), sedangkan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTADadalah indikator C5 (N-gain64,57). Selain itu, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdanJigsawjuga sama-sama
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw( 82) lebih tinggi dibandingkan dengan modelSTAD( 73). Aspek mengemukakan pendapat merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipeJigsaw( 84). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan modelSTADdanJigsaw. Dengan demikian, penggunaan modelSTADdanJigsawberpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok
Ekosistem.
(4)
Nama Mahasiswa No. Pokok Mahasiswa Program Studi
Jurusan Fakultas
BEWAR DAN PENGUASMN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM
(EKperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20L2120L3)
Cicilia
Rina Fitriani
0853024005 Pendidikan Biologi Pendidikan MIPA
Keguruan dan llmu Pendidikan MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
.&ti4,
Dr.
Tri
Jalmo,
M.Si. NrP 19610910 198603 1 005.P"^*tfrt
Rini Aita
T.
Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 1977071s 200801 2 0202. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
w
Dr. Caswita,
M.Si. NIP 19671004 199303 1 004(5)
MENGESAHKAN
: Dr.
Tri
Jalmo,
M.Si.-fuid
...r.'i,.Tim Penguji Ketua
Sekretaris : Rini Rita
T.
Marpaung,'S.Pd.,M.Pd.
f:.*tl
(6)
Ymgbertandatangan di bawatr ini:
Itha
Nmor
Pokok MahtxiswaPrrogram Studi .hnusan
Cicilia Rina Fitiani 0853024005
Pendidikan Biologi PendidikanMIPA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
dm sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang p€mah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftff pustaka'
Apabilaternyata ketak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaratr dalam
Imyataan saya diatas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya. F€tnah <liaj$an untuk mempetoleh gelm kesarjallafii disuam pefgtruan tinggi
2013
Cicilia Rina Fitriani NPM 0853024005
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir. ... 7
G. Hipotesis... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. ModelCooperatif Learning(Pembelajaran Kooperatif) ... 11
B. Model Pembelajaran TipeStudent Team Achievement Divisions (STAD)... 18
C. Model Pembelajaran TipeJigsaw... 24
D. Aktivitas Belajar... 30
E. Penguasaan Materi ... 33
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel ... 38
C. Desain Penelitian ... 38
D. Prosedur penelitian... 39
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 47
F. Teknik Analisis Data ... 49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 57
B. Pembahasan ... 63
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 79
B. Saran ... 80
(8)
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 88
3. Lembar Kerja Kelompok ... 100
4. Soal Pretes dan Postes ... 136
5. Data Hasil Penelitian ... 140
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat
membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri
(Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-UndangRepublik
IndonesiaNo. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(Depdiknas, 2003: 1).
Dewasa ini, mutu pendidikan di Indonesia terbilang masih rendah. Hal ini
karena sekolah belum optimal menyiapkan pendidikan yang bermutu bagi
siswa. Hasil pendidikan yang bermutu dapat dicapai dengan kegiatan
pembelajaran yang bermutu. Pendidikan yang bermutu menekankan pada
pembelajaran siswa yang aktif. Hasil belajar yang bermutu tidak akan
(10)
siswa yang aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan
materi.
Menurut para Ahli (Slavin dan Aronson), banyak model pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa diantaranya adalah
STAD danJigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmerupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dalam kelompok kecil yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal (Slavin, 2009: 140).
Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmempunyai beberapa keunggulan yaitu : siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok, siswa aktif membantu dan memotivasi semangat
untuk berhasil bersama, siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok dan Interaksi antar siswa seiring dengan
peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat (Slavin, 1995: 17).
Selain itu,STADjuga memiliki beberapa kelemahan diantaranya,
membutuhkan waktu lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target
kurikulum, membutuhkan waktu lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif,
membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif, dan menuntut sifat tertentu dari siswa,
(11)
3
Sedangkan model pembelajaranJigsawadalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian
tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya (Arends dalam Ainy,
2000: 26).
Kelebihan atau keunggulan pembelajaran kooperatif tipeJigsawyaitu dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain serta siswa mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Selain
itu, kelemahan Jigsawadalah memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok
ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah, guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran dan waktu.
Pendapat di atas diperkuat oleh penelitian- penelitian sebelumnya, antara lain
Sulastri (2011: 31) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipeSTADdapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa. Selain itu, penelitian Sari (2007: 28) juga
menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Begitu juga dengan penelitian
Yati (2008: 33) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran tipeJigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep materi oleh siswa.
(12)
Berdasarkan hasil observasi di SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung,
diketahui bahwa guru dalam pembelajaran Biologi khususnya pada materi
Ekosistem masih bersifatteacher centereddan kadang-kadang dengan pemberian tugas saja. Hal ini berdampak terhadap aktivitas dan penguasaan
materi yang diserap oleh siswa menjadi tidak optimal sehingga secara tidak
langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan data
ulangan harian pada materi pokok ekosistem siswa kelas VII semester genap
SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012
menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah ≤60
mencapai 70 % siswa. Kenyataan ini menunjukkan hasil belajar Biologi
siswa masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditentukan oleh sekolah yaitu 60.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui model pembelajaran
kooperatif manakah yang cocok dan tepat terhadap materi ekosistem dengan
cara membandingkan penggunaan model kooperatif learning tipeSTAD dengan tipeJigsawterhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa di SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi pokok
(13)
5
tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw?
2. Manakah yang lebih tinggi penguasaan materi pada materi pokok
ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif
tipeSTADdengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw? 3. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaranSTADdibandingkan dengan model pembelajaranJigsaw?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Perbedaan penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa
yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar
melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
2. Tingkat penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa yang
lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran
kooperatif tipeSTADdibandingkan dengan siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipeSTADdibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
(14)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, bekal, dan pengalaman
berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,
terutama dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD dan tipeJigsaw.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran
kooperatif tipeSTADdanJigsawsehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan penguasaan materi siswa dalam pembelajaran ekosistem.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa,
sdapat meningkatkan aktivitas dan dapat meningkatkan penguasaan materi
oleh siswa.
4. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran IPA (biologi) disekolah dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan tipeJigsaw.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Model PembelajaranSTADyang dimaksud dalam penelitian ini menurut Slavin (2009: 143) terdiri dari lima langkah utama, yaitu pembentukan
(15)
7
kelompok siswa yang heterogen, penyajian materi oleh guru, pemberian
tugas kelompok, tes individu, evaluasi, dan pemberian penghargaan
kelompok.
2. Model pembelajaran kooperatif tipeJigsawyang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut : (1) siswa mengkaji dan
membaca bahan ajar, (2) diskusi kelompok ahli, (3) diskusi kelompok asal,
(4) penguatan guru, dan tes/kuis, (5) pemberian penghargaan kelompok.
3. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah (1) kemampuan
mengemukakan pendapat/ ide; (2) berdiskusi/bekerjasama dalam
mengerjakan LKK; (3) mengajukan pertanyaan; (4) menanggapi/
menjawab pertanyaan; dan (5) mempresentasikan hasil diskusi.
4. Penguasaan materi diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil
pretest,postest, danN-Gainpada materi pokok ekosistem.
5. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII SMP Pangudi
Luhur Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari kelas
VIIA(untuk model pembelajaran kooperatif tipeSTAD) dan VIIC(untuk model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw).
6. Materi pokok pada penelitian ini adalah ekosistem dengan kompetensi
dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen
ekosistem yang terdapat pada KD 7.1 IPA terpadu SMP kelas VII.
F. Kerangka Pikir
Biologi merupakan cabang IPA yang membutuhkan pemahaman konsep yang tinggi jugamerupakan ilmu yang dikembangkan melalui kemampuan
(16)
menganalisa, dan memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran biologi siswa diharapkan tidak
hanya mampu menghafal materi tetapi memahami dan menguasai materi serta
aktif mencari tahu dengan membangun pengetahuannya. Hal ini karena proses
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa yang
aktif baik individual maupun kelompok, sedangkan guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator. Keaktifan siswa dapat ditumbuhkan
melalui pembelajaran kooperatif yaitu dalam bekerjasama dalam kelompok.
Dengan bekerjasama dapat menumbuhkan rasa saling membutuhkan, hormat
menghormati, dan tanggung jawab bersama mengenai tugas yang diberikan
kepada kelompok. Model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan
diantaranya adalah tipeSTADdan tipeJigsaw.
Model pembelajaran kooperatifSTADmemungkinkah siswa lebih banyak melakukan aktivitas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini
dintunjukkan dengan adanya tuntutan siswa untuk mengungkapkan pendapat,
menjawab pertanyaan, aktif dalam menyampaikan gagasan, aktif dalam
membuat laporan hasil diskusi, aktif mengerjakan soal, aktif mendengarkan
guru menyampaikan penghargaan untuk kelompok berprestasi. Diskusi dan
kerjasama yang dilakukan siswa dengan kelompoknya dapat membuat siswa
lebih aktif, karena siswa harus bertanggung jawab terhadap keberhasilannya
sendiri dan keberhasilan kelompoknya. Selain itu, pada tahap kemajuan
individual dan rekognisi/penghargaan tim juga dapat memotivasi siswa untuk
meraih skor yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi
(17)
9
Sama halnya dengan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD,Jigsawjuga memungkinkah siswa lebih banyak melakukan aktivitas pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Jigsawmenitikberatkan siswa untuk aktif membangun pengetahuannya. Dalam hal ini siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi siswa juga harus siap memberikan dan
mengerjakan materi yang ada pada anggota kelompok lain. Aktivitas siswa
dalamJigsawterlihat pada saat siswa mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, menyampaikan gagasan, membuat laporan hasil diskusi,
mengerjakan soal, mendengarkan guru menyampaikan penghargaan untuk
kelompok berprestasi. Pada tahap kemajuan individual dan rekognisi/
penghargaan tim dapat memotivasi siswa untuk meraih skor yang lebih tinggi
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan cara siswa
menguasai materi pembelajaran.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipeSTAD(X1) dan tipeJigsaw(X2). Sedangkan untuk variabel terikatnya yaitu (Y1) adalah aktivitas belajar dan (Y2) adalah
penguasaan materi pokok ekosistem.
Hubungan antara variabel tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan : X1 = model pembelajaranSTAD, X2 = model pembelajaran
Jigsaw, Y1= Aktivitas belajar siswa, Y2 = penguasaan materi oleh siswa
X2 Y2
(18)
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ho = Tidak ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi
pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran
kooperatif tipeJigsaw.
H1= Ada perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran
kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw.
2. H0= Penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaranSTADlebih rendah daripada penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model
pembelajaranJigsaw.
H1= Penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaranSTADlebih tinggi daripada penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model
pembelajaranJigsaw.
3. Aktivitas belajar siswa meningkat selama pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ModelCooperative Learning(Pembelajaran Kooperatif)
Pakar pendidikan sains menyakini bahwa ketakjuban, antusiasme, dan
keingintahuan harus mendominasi pembelajaran sains. Untuk
membangkitkan hal tersebut dalam biologi, berbagai model pembelajaran
dapat diterapkan. Menurut Dahar (1996: 5), model ialah suatu struktur
konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan
sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berfikir
dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang.
Sebuah model pembelajaran adalah sebuah rencana atau pola yang
mengorganisasi pembelajaran dalam kelas dan menunjukan cara penggunaan
materi pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain (Joyce dalam Trianto, 2009: 22). Selanjutnya Joyce
(20)
mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga
tujuan pembelajaran tercapai.
Widianingrum (2010: 15) menyatakan bahwaCooperative learningatau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada yang lain. Cooperative learningmerupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalamcooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2009: 12).
Nurhadi dan Senduk (dalam Wena, 2009: 188) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Menurut
Priyatno (dalam Wena, 2009: 189) pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan
tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk
(21)
13
bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang
kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu
dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara
aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
Ide utama dari dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk
belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai
tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan
kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin dalam Trianto, 2009: 57).
Model pembelajaran kooperatif akan mencapai hasil yang maksimal bila
mengandung lima unsur, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi
proses kelompok (Roger dan Johnson dalam Lie, 2010: 31). Jika kelima
unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan tercipta suasana kerja
kelompok yang maksimal dan dapat memberikan semangat belajar yang
tinggi. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
(22)
mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang
unik, setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok.
Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung
jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Guru juga harus kreatif dalam membuat tugas
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan
tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
3. Tatap Muka
Para anggota kelompok harus diberi waktu untuk mengenal lebih dalam
anggota kelompok agar mereka mengenal satu sama lain yang
berbeda-beda. Interaksi (tatap muka) antar anggota kelompok akan membentuk
sinergi yang menguntungkan. Sinergi ini adalah menghargai
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan
masing-masing.
4. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
(23)
15
mereka. Tetapi tidak semua anggota kelompok mampu lihai berbicara
dan mendengarkan. Di sinilah peran guru untuk memotivasi siswanya
agar berani mengutarakan pendapat. Proses ini merupakan proses yang
sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi proses kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama dengan
mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif mengandung konsep-konsep penting yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 61), adalah sebagai
berikut:
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain
dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapai
evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
(24)
rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa
kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
pembelajaran seperti yang dikatakan Muslimin Ibrahim (2000: 7), yaitu :
1. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial,
juga memperbaiki hasil belajar peserta didik atau tugas-tugas akademis
penting lainnya.
2. Penerimaan terhadap keberagaman
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penenrimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuannya.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting lainnya adalah mengajarkan kepada peserta didik dalam
keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
Menurut Nur yang dikutip oleh Widyantini (2006: 4), Prinsip dasar dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) Setiap anggota kelompok
(siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya, 2) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa
semua nggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, 3) Setiap anggota
kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara kelompoknya, 4) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
(25)
17
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
kelompoknya.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat enam
langkah dalam model pembelajarankooperatif.
Tabel 1. Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif
Langkah Indikator Tingkah Laku
Langkah 1
Guru menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Langkah
2
Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompokbelajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Langkah 4
Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Langkah
5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6
Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok
Sumber: Ismail (2003: 21).
Johnson (dalam Lie, 2007: 7) mengatakan: Suasana belajarcooperative learningmenghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana
(26)
Hal ini juga yang dinyatakan oleh Yurnetti (2002: 3) ada tiga kebaikan
dalam pembelajaran kooperatif yaitu : 1) Terjadi hubungan saling
menguntungkan diantara anggota kelompok yang akhirnya menghasilkan
motivasi yang tinggi untuk menemukan konsepsi yang benar,
2) Mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan
diantara anggota kelompok, dan 3) Menumbuhkan komunikasi yang efektif
dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok.
B. Model PembelajaranTipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan
model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi pendidik yang
baru menggunakan model pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008: 143).
Model Pembelajaran tipeSTADdikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (dalam
Rusman, 2010: 213), modelSTADmerupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris,
teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
Pembelajaran kooperatif tipeSTADmerupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
(27)
19
Oleh karena itu, dalam pembelajaran kooperatif tipeSTADmembutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan
(Trianto, 2009: 69). Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
1. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran tipeSTAD, guru perlu menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi rencana
pembelajaran, buku siswa, lembar kerja siswa beserta lembar
jawabannya.
2. Membentuk kelompok kooperatif
Penentuan anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipeSTAD diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen
dan kemampuan antar kelompok adalah homogen. Jika di dalam kelas
terdapat berbagai agama, ras, jenis kelamin, dan latar belakang sosial,
hendaknya anggota dalam satu kelompok merupakan perpaduan dari
agama, ras, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Tetapi jika
tidak memungkinkan, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan
pada prestasi akademik saja.
3. Menentukan skor awal
Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka
(28)
4. Pengaturan tempat duduk
Pengaturan tempat duduk dalam pembelajaran kooperatif tipeSTADjuga perlu diperhatikan. Hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan
pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada pengaturan tempat duduk
dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya
pembelajaran pada kelas kooperatif.
5. Kerja kelompok
Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam
kelompok.
Kemudian Slavin (2009: 143) menyatakan bahwaSTADmemiliki lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap kegiatan kelompok, (c)
tahap tes individu, (d) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan
(e) tahap pemberian penghargaan kelompok. Secara rinci tahap-tahap
pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan tipeSTADadalah sebagai berikut :
a. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyiapkan materi yang akan
dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang kandungan
materi tersebut.
b. Tahap kerja kelompok
Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu
(29)
21
sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator.
c. Tahap tes individu
Tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar
telah dicapai, diadakan tes secara individual atau kuis mengenai materi
yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan atau lembar kerja.
d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Perhitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor
awal. Dalam penelitian ini didasarkan pada nilaipretest. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan
skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu
dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik
sesuai dengan kemampuannya. Adapun penghitungan skor
perkembangan individu dapat diambil dari penskoran perkembangan
individu yang dikemukakan oleh Slavin (2009: 159) seperti terlihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Poin
Kemajuan
> 10 poin di bawah skor awal 5 10–1 poin di bawah skor awal 10
0–10 poin di atas skor awal 20 > 10 poin di atas skor awal 30
(30)
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai
jumlah anggota kelompok.
e. Tahap pemberian penghargaan kelompok
Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing perkembangan skor individual yang kemudian dirata-ratakan.
Selanjutnya pemberian penghargaan kelompok jika skor rata-rata mereka
mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2009: 160) dikategorikan
sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik, dan kelompok super
dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor rata-rata 15
sebagai tim baik, (b) kelompok dengan skor rata-rata 16 sebagai tim
sangat baik, dan (c) kelompok dengan skor rata-rata 17 sebagai tim super.
Pembelajaran kooperatif tipeSTADdapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya ataupun dengan
guru, memudahkan pemahaman siswa, tidak ada persaingan individu dan
siswa dapat lebih bebas bertanya kepada siswa lainnya sebab siswa merasa
enggan bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan. Dalam
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, guru
memberikan kuis kepada seluruh siswa dan pada saat kuis berlangsung,
tidak diperbolehkan saling membantu.
Model pembelajaran kooperatif tipeSTADmempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1995: 17) diantaranya sebagai berikut:
(31)
23
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
Selain keunggulan diatas, pembelajaran kooperatif tipeSTADjuga memiliki kekurangan-kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Slavin ( dalam
Asma, 2006 : 27),kekurangan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD diantaranya adalah:
1. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan.
3. Terjadi situasi kelas yang gaduh sehingga siswa tidak dapat bekerja
secara efektif dalam kelompok.
Namun demikian, kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran
kooperatif tipeSTADmasih dapat diatasi atau diminimalkan. Dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) dapat mengatasi kurang
efektifnya waktu yang digunakan sehingga siswa dapat bekerja secara
efektif dan efisien. Kemampuan khusus yang dimiliki guru dapat diatasi
dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan untuk mengatasi
(32)
hidup manusia tidak bisa sendirian tetapi membutuhkan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dalam belajar secara
berkelompok.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipeSTADbertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan kerjasama dengan teman dalam
kelompoknya, saling membantu menyelesaikan tugas-tugas, dan
menerapkan keterampilan yang diberikan guru, dalam hal ini keterampilan
proses sains. Dengan melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi
kegiatan belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru
mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran dan mampu
menuntaskan pelajaran.
C. Model Pembelajaran TipeJigsaw
Pembelajaran kooperatif tipeJigsawadalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung
jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain di dalam kelompoknya (Arends, dalam
Ainy, 2000: 26). Pembelajaran kooperatif tipeJigsawtelah dikembangkan dan diuji coba pertama kali oleh Elliot Arroson dan teman-teman dari
universitas Texas, serta diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins.
Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 4) pembelajaran
(33)
25
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif
tipeJigsawmerupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan
keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab
untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipeJigsaw (Amri dan Ahmadi, 2010: 96-97) adalah sebagai berikut:
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda.
Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok
asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
(34)
Dalam pembelajaran kooperatif tipeJigsawini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua
siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam
kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang
sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada
temannya jika kembali kekelompok asal. Kelompok asal ini oleh
Aronson disebut kelompokJigsaw(gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai
sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi
pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang
beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal
memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada
kelompok ahli maupun kelompok asal.
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 2. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli (modifikasi dari Suyatna, 2008: 104)
+ ÷ = *
+ ÷ = *
+ ÷ = *
+ ÷ = *
+ + + +
÷ ÷ ÷ ÷
= = = =
* * * *
(35)
27
2. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
3. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
4. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
6. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakanJigsawuntuk belajar materi baru maka perlu disiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta
cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipeJigsawini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995: 30):
1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
3. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik. 5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
(36)
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.
Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:
PK =
Dengan PK adalah poin peningkatan kelompok
Tabel 3. Kriteria poin peningkatan kelompok
Peningkatan Penghargaan
PK < 15 Tim yang bagus (good team)
15≤ PK < 25 Tim yang hebat (great team)
PK≥ 25 Tim yang super (super team)
Sumber: modifikasi dari Slavin (dalam Widiyaningrum, 2010: 22)
Suatu model pambelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Demikian pula model pembelajaran kooperatif tipeJigsawjuga memiliki kelebihan dan kekurangan. Isjoni (2007: 54), Amri dan Ahmadi (2010: 94)
memaparkan tentang kelebihan pembelajaran kooperatif tipeJigsawyaitu dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain serta siswa mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Menurut para ahli (Isjoni, 2007: 25), Kelemahan model pembelajaran
kooperatif tipeJigsawadalah memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok
ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah, guru harus
(37)
29
lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. Dalam pembelajaran kooperatif
tipeJigsawmasing-masing anggota kelompok asal bertanggung jawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok, dan bahaya dari tugas-tugas yang
terspesialisasi semacam ini adalah para siswa mungkin hanya akan belajar
banyak mengenai bagian yang mereka kerjakan sendiri, sementara bagian
yang lainnya tidak dipelajari secara mendalam. Agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancar maka dibutuhkan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadahi. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungann topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga
banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Saat diskusi
kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang
lainnya menjadi pasif.
Jigsawdidesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak
hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan”(Lie dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 95). Pembelajaran
kooperatif tipeJigsawjuga dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman,
membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama (Isjoni,
2010: 58). Selain itu, pembelajaran kooperatif tipeJigsawjuga
(38)
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Amri dan
Ahmadi, 2010: 94)
D. Aktivitas Belajar
Dalam proses belajar mengajar salah satu faktor penting yang dapat
mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa adalah aktivitas
belajar siswa. Aktivitas belajar siswa sangat di perlukan agar proses
pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Sardiman (2007: 95) mengungkapkan bahwa dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar
merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam
mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat
menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Dierich (dalam Hamalik, 2004: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8
kelompok kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain
(39)
31
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan
suatu permainan.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,
chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan dan mengambil
keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang,
dan lain-lain.
Aktivitas belajar dalam proses pembelajaran memiliki beberapa manfaat
menurut Hamalik (2003: 91) adalah:
a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
(40)
c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individu.
e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar demokrasi, kekeluargaan,
musyawarah, dan mufakat.
f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, guru
dengan orang tua, siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
g. Pembelajaran dan belajar di laksanakan secara realistik dan konkrit,
sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis.
h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Hanafiah dan Suhana (2010: 24) menyatakan aktivitas dalam belajar dapat
memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, antara lain: a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving forco) untuk belajar sejati. b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang
dapat memberikan dampak terhadap pembentukkan pribadi yang integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang
demokratis dikalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara kongkret sehingga dapat
menumbuhkembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta
(41)
33
f. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik
sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan
masyarakat disekitarnya.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar merupakan serangkaian dari proses kegiatan pembelajaran
untuk menunjang prestasi belajar. Adapun aktivitas siswa yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, yang terdiri dari kemampuan mengemukakan
pendapat/ ide di dalam kelompok, berkomunikasi dalam kelompok, dan
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas kelompok.
E. Penguasaan Materi
Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan
guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran
(Awaluddin, 2008: 1). Sedangakan Muhammad (2003: 17) menyatakan
bahwa materi pelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus
dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah
dirumuskan dalam kurikulum. Dengan materi pelajaran siswa dapat
mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar siswa dapat menguasai
(42)
sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159). Penguasaan materi
merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang
dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang
pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai
proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis
(Arikunto, 2003: 115).
Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.
Menurut Sudijono (2008: 50), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku
sebagai berikut :
1. Pengetahuan(knowledge)adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
2. Pemahaman(comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan
kata-katanya sendiri.
3. Penerapan atau aplikasi(Application)adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
(43)
35
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan
sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
4. Analisis(Analysis)adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. Penilaian atau evaluasi(Evaluation)adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada.
Sedangkan Slameto (1991: 131) menyatakan bahwa penguasaan materi
merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah
kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat
yang dimaksud adalah: 1) informasi non verbal; 2) informasi fakta dan
pengetahuan verbal; 3) konsep dan prinsip; dan 4) pemecahan masalah dan
kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara
penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung.
Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara
(44)
penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu
penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu
penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Thoha (1994: 1), evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Salah satu manfaat evaluasi bagi siswa adalah untuk
mengetahui apakah siswa sudah menguasai pelajaran secara menyeluruh
(Arikunto, 2003: 25). Instrumen atau alat ukur yang bisa digunakan dalam
evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2003: 53) tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut
Fathurrohman dan sutikno (2009: 174) Tes adalah pengukuran berupa
pertanyaan perintah dan petunjuk yang ditujukan kapan testee untuk
mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran
dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes
atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal
ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu
(45)
37
Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah
diajarkan oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang
diberikan dan mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan.
Dalam hal ini guru mengukur tingkat penguasaan materi dengan cara
memberikan tes pada akhir pembelajaran. Melalui hasil tes tersebut maka
dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa. Tingkat
penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian.
Bila nilai siswa≥ 66 maka dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa < 66
maka dikategorikan cukup baik, dan bila nilai siswa < 55 maka
(46)
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran
2012/2013, yaitu pada bulan Mei bertempat di SMP Pangudi Luhur Kota
Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP
Pangudi Luhur Kota Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari tiga kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas VII C sebagai kelas eksperimen I dan VII A sebagai kelas
eksperimen II yang dipilih dengan teknikpurposive sampling.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimental
semu (kuasi eksperimen). Peneliti menggunakan secara utuh kelompok
subyek yang telah ditentukan dan kelompok tersebut telah diorganisasikan
dalam kelompok yaitu kelas-kelas. Peneliti memanipulasi perlakuan pada
kedua kelas eksperimental. Desain eksperimental semu yang digunakan
(47)
39
perlakuan dengan model pembelajaran tipeSTADsedangkan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan dengan model pembelajarantipe Jigsaw. Kedua kelas diberipretest
danposttestyang sama kemudian hasilnya dibandingkan.
Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
I O1 X1 O2
II O1 X2 O2
Gambar 3. Desain Penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Hadjar, 1999: 335)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah
tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II.
d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
Keterangan = I: Kelas eksperimen 1; II: Kelas eksperimen 2; O1:Pretest; O2: Posttest; X1: PerlakuanSTAD, X2: PerlakuanJigsaw(Hadjar, 1999: 335).
(48)
e. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik
siswa dan jenis kelamin.
f. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok
(LKK) untukJigsawdan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk STAD. g. Membuat instrumen evaluasi yaitu soalpretestuntuk pertemuan
pertama, dan soalposttestuntuk pertemuan kedua. h. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
i. Membuat angket tanggapan siswa terhadap penerapan model
pembelajaranSTADdanJigsaw.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipeSTADuntuk kelas eksperimen I dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawuntuk kelas eksperimen II. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Pretestdiberikan sebelum pembelajaran danposttestdiberikan setelah pembelajaran (di akhir pertemuan). Langkah-langkah pembelajaran dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1) Kelas Eksperimen I (STAD) a. Pendahuluan
a) Tes awal pada pertemuan pertama.
(49)
41
c) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan
pertanyaan pada pertemuan:
1) Pertama :
Menanyakan kepada siswa:“Siapakah yang dirumahnya mempunyai kebun?” “Komponen apa sajakah yang ada dikebun?”
2) Kedua :
Menanyakan kepada siswa:“Apakah kalian pernah
memperhatikan kupu-kupu, selain terbang kupu-kupu hinggap
pada bunga?” “Apa yang terjadi pada peristiwa itu?” “Apakah yang dilakukan kupu-kupupada bunga merugikan? Mengapa?”
“Apakah semua hewan seperti itu?”
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa pada pertemuan:
1) Pertama : Memberikan informasi mengenai manfaat
mempelajari komponen-komponen dan satuan-satuan dalam
ekosistem.
2) Kedua : Memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari
tentang interaksi antar komponen ekosistem terhadap kehidupan.
b. Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5- 6
orang siswa (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya
(50)
b) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipeSTADyang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, bahwa siswa belajar
dalam suatu kelompok yang telah disiapkan untuk menyelesaikan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
c) Guru menyajikan materi pengantar tentang ekosistem.
d) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi tugas
(sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap kelompok yang
harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara mengerjakan LKS
tersebut.
- Pertemuan I : LKS tentang: komponen-komponen penyusun
ekosistem, satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem, dan
macam-macam ekosistem.
- Pertemuan II : LKS tentang: Saling ketergantungan antar
komponen ekosistem dan pola-pola interaksi antarorganisme
dalam ekosistem.
e) Guru membimbing siswa berdiskusi dalam kelompok hingga
selesai.
f) Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kedepan kelas.
g) Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang
disampaikan
h) Guru membahas kembali LKS dan membenahi jawaban yang telah
(51)
43
c. Penutup
a) Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai tertinggi.
b) Guru bersama-sama siswa, membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung
c) Siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk pertemuan terakhir (pertemuan ke-2).
2) Kelas Eksperimen II (Jigsaw) a. Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan soalpretestmengenai mengenai ekosistem untuk pertemuan pertama.
b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan
pertanyaan pada pertemuan:
1) Pertama:
Menanyakan kepada siswa: “Siapakah yang dirumahnya
mempunyai kebun?” “Komponen apa sajakah yang ada dikebun?”
2) Kedua:
Menanyakan kepada siswa: “Apakah kalian pernah
memperhatikan kupu-kupu, selain terbang kupu-kupu hinggap
pada bunga?” “Apa yang terjadi pada peristiwa itu?” “Apakah
yang dilakukan kupu-kupu pada bunga merugikan? Mengapa?”
“Apakah semua hewan seperti itu?”
(52)
1) Pertama: Memberikan informasi mengenai manfaat
mempelajari komponen-komponen dan satuan-satuan
dalam ekosistem.
2) Kedua: Memberikan informasi mengenai manfaat
mempelajari tentang interaksi antar komponen ekosistem
terhadap kehidupan.
c) Guru menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
menyampaikan materi yang dipelajari dan tujuan pembelajaran,
keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai.
b. Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok asal yang heterogen,
setiap kelompok terdiri dari 5 orang (pembagian kelompok
dilakukan pada hari sebelumnya, pembagian berdasarkan tingkat
intelegensi dan jenis kelamin).
b) Guru membagi kartu nama berwarna berbeda-beda dalam setiap
kelompok. Apabila dalam satu kelompok ada 5 orang siswa,
maka dibuat:
siswa 1 : kartu warna merah
siswa 2: kartu warna kuning
siswa 3: kartu warna hijau
siswa 4: kartu warna biru
(53)
45
kelima kartu di atas dibagikan kepada masing-masing kelompok,
bila ada 7 kelompok maka harus membuat 35 kartu tanda
berwarna, dengan rincian sebagai berikut:
warna merah: 7
warna kuning: 7
warna hijau: 7
warna biru: 7
warna ungu: 7
c) Guru menempatkan kelompok ahli sesuai dengan warna kartunya,
yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk
kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu kuning
berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang
memiliki kartu berwarna hijau berkumpul membentuk kelompok
ahli ketiga, siswa yang memiliki kartu berwarna biru berkumpul
membentuk kelompok ahli keempat dan siswa yang memiliki
kartu berwarna ungu membentuk kelompok ahli kelima.
d) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) Ahli yang
berisi tugas (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap
kelompok yang harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara
mengerjakan LKK tersebut.
- Pertemuan I :
1) Kelompok ahli 1 mendapatkan materi mengenai
komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem
(54)
2) Kelompok ahli 2 mendapatkan materi mengenai
komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem
hutan hujan tropis.
3) Kelompok ahli 3 mendapatkan materi mengenai
komponen-komponen penyusun ekosistem pada ekosistem
sabana.
4) Kelompok ahli 4 mendapatkan materi mengenai
satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem pada ekosistem sawah.
5) Kelompok ahli 5 mendapatkan materi mengenai
satuan-satuan kehidupan dalam ekosistem pada ekosistem hutan
hujan tropis.
- Pertemuan II :
1) Kelompok ahli 1 mendapatkan materi saling
ketergantungan antara komponen ekosistem sawah.
2) Kelompok ahli 2 mendapatkan materi mengenai saling
ketergantungan antara komponen ekosistem hutan hujan
tropis.
3) Kelompok ahli 3, 4, dan 5 mendapatkan materi mengenai
pola interaksi antar organisme.
e) Setiap siswa bekartu warna yang sama dalam kelompok ahli
berdiskusi dan mengerjakan bagian materi mereka.
f) Guru memantau dan membimbing siswa dalam berdiskusi di
(55)
47
g) Setiap siswa kembali kekelompok asal dan menjelaskan pada
teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan
kelompok ahli. Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya.
h) Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok asal
mempresentasikan hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain
membandingkan dengan hasil diskusi kelompoknya.
i) Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan
tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dikuasai
oleh siswa.
c. Penutup
a) Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang
mendapat nilai LKS tertinggi.
b) Guru bersama-sama siswa, membuat kesimpulan dari
pembelajaran yang telah berlangsung.
c) Siswa diberikan tes akhir (post test) untuk pertemuan terakhir (pertemuan ke-2).
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data penguasaan materi yang diperoleh dari
nilaipretestdanpostest pada materi pokok ekosistem. Rata-rata nilaipostestdua kali pertemuan dikurang rata-rata nilaipretest,
(56)
kemudian dihitung selisih nilai antara nilaipretestdenganpostest. Selisih tersebut disebut sebagaiN-gainpada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon ( dalam Sudijono, 2006: 215).
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa lembar observasi aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dan data angket tanggapan siswa terhadap penerapan
model pembelajaranSTADdanJigsaw.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan materi (pretestdanposttest)
Data dalam penelitian penguasaan materi diperoleh dari hasilpretest danposttest.Pretest dilakukan pada pertemuan I danposttest dilakukan pada pertemuan II. Soalpretestdanposttestini diberikan dalam bentukessay. Nilaipretestdiambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II, sedangkan nilai
postestdiambil setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II.
Teknik penskoranpretestdanposttestyaitu :
100
x N
R S
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari), R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar, N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
(57)
49
b. Aktivitas belajar siswa
Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan lembar observasi
aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada
proses pembelajaran. Setiap siswa diamati pada saat proses
pembelajaran dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi aktivitas siswa sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
c. Tanggapan siswa
Tanggapan siswa diperoleh dari angket tanggapan siswa yang berisi
tentang semua pendapat siswa mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipeSTAD dan model pembelajaran kooperatif tipeJigsawdalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5
pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari nilaipretestdanpostest kemudian dihitung selisih nilainya, menggunakan rumus Meltzer (dalam Hake, 1999: 1) yaitu:
N-Gain = posttest– pretest
(58)
Data penelitian ini yang berupa nilaipretest, postest, danN-gainbaik pada eksperimen I maupun kelas eksperimen II di analisis dengan uji t
menggunakan software SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji
prasyarat berupa normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:
1) Uji Normalitas Data (ujiLilliefors)
Uji normalitas data dihitung dengan menggunakansoftwareSPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 :Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung< Ltabelatau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 466)
2) Uji Homogenitas Data (Kesamaan Dua Varian)
Apabila masing-masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan SPSS 17.
a. Hipotesis
Ho: Kedua sampel mempunyai varians sama. H1: Kedua sampel mempunyai varians berbeda. b. Kriteria Uji
Jika Fhitung< Ftableatau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika Fhitung> Ftableatau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 249).
(59)
51
3) Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji perberdaan 2 rata-rata yang dihitung dengan uji t menggunakan softwareSPSS versi 17.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
Ho : rata-rata nilai kedua sampel sama H1: rata-rata nilai kedua sampel berbeda b) Kriteria Uji
Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima
Jika thitung< -ttabelatau t hitung> ttabelmaka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).
b. Uji Perbedaan Dua rata-rata
a) Hipotesis
H0= rata-rata nilai pada kelompok eksperimenIsama dengan kelompokeksperimenII.
H1= rata-rata nilai pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok eksperimenII.
b) Kriteria Uji:
Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima
Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka Ho ditolak (Sudjana, 2005: 238).
4) Uji hipotesis dengan ujiMann-WhitneyU
a) Hipotesis
- Ho: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen II sama
- H1: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen II tidak sama
b) Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig< 0,05
(60)
2. Analisis Data Kualitatif
1) Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:
a. Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: %
100
x n
xi
χ
Keterangan χ = Rata-rata skor aktivitas siswa,∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh,n= Jumlah skor maksimum.
Tabel 5. Lembar observasi aktivitas siswa
No Nama
Aspek yang di amati
A B C D E
0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 1
2 3 Dst
Xi X Ket
Sumber : dimodifikasi dari Carolina (2010: 28).
Keterangan : A = Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide; B = Berdiskusi/bekerjasama dalam mengerjakan LKK; C = Mengajukan pertanyaan; D = Menanggapi/
menjawab pertanyaan; E = Mempresentasikan hasil diskusi;Xi = Skor aktivitas siswa yang diperoleh, X = Rata-rata skor aktivitas siswa.
(61)
53
Keterangan kriteria penilaian aktivitas belajar siswa: A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide
0. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja) dan merasa malu-malu serta minder karena takut salah.
1. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan materi LKK dan merasa malu-malu serta minder karena takut salah.
2. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan materi LKK. Cara penilaian: peneliti dan observer menganalisis pendapat/ide yang
dituliskan siswa dalam mengerjakan LKK atau mengamati siswa pada saat diskusi.
B. Bekerjasama/berdiskusi dalam mengerjakan LKK
0. Tidak berkerjasama/berdiskusi dengan teman sekelompok di dalam kelas saat mengerjakan LKK dan bermain-main sambil mengganggu temannya.
1. Bekerjasama/berdiskusi dengan satu atau dua teman sekelompoknya di dalam kelas saat mengerjakan LKK sambil bermain-main serta mengganggu temannya. 2. Bekerjasama/berdiskusi dengan semua teman
sekelompoknya di dalam kelas saat mengerjakan LKK. Cara penilaian: peneliti dan observer melihat kegiatan siswa di dalam
kelas saat mengerjakan LKK.
C. Mengajukan pertanyaan
0. Tidak mengajukan pertanyaan.
1. Mengajukan pertanyaan namun tidak sesuai dengan materi LKK.
2. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi LKK. Cara penilaian: peneliti dan observer mencatat dan menganalisis
pertanyaan/pendapat yang diucapkan oleh siswa.
D. Menanggapi /menjawab pertanyaan
0. Tidak menanggapi/menjawab pertanyaan saat diskusi karena takut salah.
1. Menanggapi/menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan.
2. Menanggapi/menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan.
Cara penilaian: peneliti dan observer mencatat dan menganalisis jawaban yang diucapkan oleh siswa.
E. Mempresentasikan hasil diskusi
0. Tidak mempresentasikan hasil diskusi.
1. Mempresentasikan hasil diskusi tetapi kurang tepat. 2. Mempresentasikan hasil diskusi dengan benar dan tepat.
Cara penilaian: peneliti dan observer menilai siswa saat presentasi dan menganalisis jawaban LKK siswa.
(62)
b. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa
Setelah memperoleh rata-rata skor aktivitas siswa kemudian
menentukan Indeks Aktivitas Siswa dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan: IAS= indeks aktivitas siswa, X = rata-rata skor aktivitas siswa tiap pertemuan, SMI = skor maksimal ideal (Sudjana, 2005:69).
Setelah memperoleh indeks aktivitas siswa kemudian menentukan
atau menafsirkan kategori indeks aktivitas siswa sesuai sesuai
klasifikasi pada tabel berikut:
Tabel 6. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Persentase (%) Kriteria
0,00–29,99 Sangat Rendah
30,00–54,99 Rendah
55,00–74,99 Sedang
75,00–89,99 Tinggi
90,00–100,00 Sangat Tinggi
Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Anggraini, 2012:42).
2) Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap
Penggunaan Model Pembelajaran TipeSTADdan TipeJigsaw
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa
mengenai pengguanaan model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan tipeJigsawdalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10
pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
Pernyataan disajikan sebagai berikut :
100
SMI
x
IAS
(1)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeSTADdan penguasaan materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
2. Penguasaan materi pada materi pokok ekosistem oleh siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipeJigsawlebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD.
3. Aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTADmengalami peningkatan lebih rendah dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw.
(2)
80
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD danJigsawdapat digunakan oleh guru Biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Ekosistem.
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi hendaknya
mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.
3. Peneliti lain yang akan menerapkan modelSTADatauJigsaw, hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan model tersebut sehingga siswa tidak merasa bingung dan banyak bertanya.
(3)
Ainy, C. 2000.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Amri dan Ahmadi. 2010.Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi
Pustaka. Jakarta.
Anggraini, B. 2012.Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Student Team Achievment Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. (Sripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Arikunto, S. 2003.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.PT. Bina Aksara. Jakarta. Asma, N. 2006.Model Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas. Jakarta.
Awaluddin, A. 2008.Materi Ajar.[Online].http://andhysastera.blogspot.com/ (22 Januari 2013; 13.20 WIB)
Carolina, H.S. 2010.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inquiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Colleta, V. P. dan J. A. Phillips. 2005.Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California.
Dahar, R.W. 1996.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Daryanto, H. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2003.Undang- Undang Sistem Pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003.http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Download: 02 Februari 2013,05.10 WIB.
(4)
82 Hadjar. 1999.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan.
Grasindo. Jakarta.
Hake, R.R. 1999.Analizing Change/Gain Score. Diakses dari
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada Selasa, 18 Januari 2013 : 4.42 a.m.
Hamalik, O. 2003.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.
.2004.Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009.Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Refika Aditama. Bandung.
Hasanah, P.Y. 2007.Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw dalam Materi Klasifikasi Mahluk Hidup di MTs NU Ungaran.Semarang. http://www.scribd.com/doc/454950 pada Selasa, 16 Apri 2013: 5.38 a.m.
Hasbullah. 2009.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi7. Rajawali Pers. Jakarta.
Hastriani, A. 2006.Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Ibrahim, M. 2000.Pembelajaran Kooperatif. University Press. Surabaya. Isjoni. 2010.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.
Ismail. 2003.Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta.
Lie, A. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT. Grasindo. Jakarta.
Muhammad, H. 2003.Pengembangan Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi.http://www.google.com/ (20 Oktober 2009; 13.40 WIB) Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui
Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rusman. 2010.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.
(5)
Persada. Jakarta.
Sari, A.Y. 2007.Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan MIPA. Program Studi Pendidikan Biologi. Unila. Bandar Lampung.
Slameto. 1991.Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester.Bumi Aksara. Jakarta.
Slavin, R. 1995.Cooperative Learning Theory. Second Edition. Allyn and Bacon Publisher. Massachusetts.
. 2008.Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik Edisi Kedelapan Jilid 1. Indeks. Jakarta.
. 2009.Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Edisi Terjemah).Nusa Media. Bandung.
. 2010. 2010.Cooperative Learning. Nusa Media: Bandung.
Sudijono, A. 2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudjana, 2005.Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.
Sulastri, E. 2011.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi Pokok Ekosistem”(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Padangcermin Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan MIPA. Program Studi Pendidikan Biologi. Unila. Bandar Lampung. Suryosubroto, B. 2002.Proses Belajar Mengajar di Sekolah.Rineka Cipta.
Jakarta.
Suyatna, A. 2008.Modul Model-Model pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Thoha, M. 1994.Teknik Evaluasi Pendidikan.Grafindo Persada. Jakarta. Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.
(6)
84 . 2010.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.
Wena, M. 2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta
Widiyaningrum, N. 2010.Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010).Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan MIPA. Program Studi
Pendidikan Biologi. Unila. Bandar Lampung.
Widyantini. 2006.Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif. Jakarta.
Yati, E. 2008.Peningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Menggunakan Metode Kooperatif tipe Jigsaw.Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurusan Pendidikan MIPA. Program Studi Pendidikan Biologi. Unila. Bandar Lampung.