kemapanan dan tantangan. Ingin menunjukkan diri bahkan tidak malu-malu menyebut dirinya sebagai seorang vandalis seakan-akan menjadi kebanggaan
tersendiri bagi seorang bomber.
2.1.6 Graffiti dalam Revolusi Budaya
Bergeraknya zaman dan peradaban manusia mempengaruhi secara signifikan budaya manusia, dalam hal berkesenian. Di satu pihak ada yang tetap
setia bertahan pada jalur ekspresi individu yang disebut fine art seni murni dan d pihak lain ada yang kemudian bergerak ke jalur praktis – fungsional yang
kemudian disebut sebagai desai. Gerakan seni rupa sendiri mengalami metamorfosis sejak adanya revolusi industri sekitar abad ke -18 dimana telah
ditemukannya alat cetak tinggi hand press oleh Johannes Gutenberg. Kemudian Perang Dunia, dimana untuk mengobarkan semangat juang bertempur melawan
musuh dilakukan dengan menyebarluaskan propaganda pemimpin dan doktrin melalui poster-poster, memasuki tahun 2000-an berkembang berbagai isu antara
lain tentang lingkungan, konflik dan persoalan-persoalan sosial lainnya. Seni rupa visual telah digunakan sebagai medium untuk mengungkapkan persoalan sosial
melalui berbagai bentuk seperti poster dna iklan masyarakat, baik di media cetak maupun elektronik Hadi Prodi Diskomvis FSR ISI, 2007 : 4-9. Tidak terlepas
adanya kebebasan dalam berekspresi yang tengah dilakukan oleh komunitas graffiti dengan melakukan protes dan propaganda melalui coretan-coretan di
dinding Ibrahim Forum Studi Kebudayaan, 2006 : 241.
2.1.7 Graffiti sebagai Budaya Tulisan
Adanya budaya tulisan telah mempengaruhi manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Sehingga komunikasi yang pada mulanya melalui tatap muka
beralih ke pertukaran pesan melalui transmisi simbol yang dapat diterjemahkan oleh kelompok atau komunitas tertentu. Kini budaya tulisan menyajikan kata-kata
yang dapat dibaca dan merupakan cara yang paling baik dan esensial untuk mewarkan nilai budaya pada generasi berikutnya Liliweri, 2003 : 146. Sebagai
coretan pada dinding publik, graffiti telah dianalogikan sebagai budaya tulisan dan merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri.
2.1.8 Teori-Teori Makna
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan kensep makna. Model proses makna Wendell Johnson 1951, dalam Devito, 1997: 123-125 menawarkan
sejumlah implakasi bagi komunikasi antar manusia: 1.
Makna berubah. Kata – kata relatf statis. Banyak dari kata – kata yang
kita gunakan sekarang juga digunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini terus berubah, dan ini khususnya
terjadi pada dimensi emosional dari makna. Bandingkanlah, misalnya, makna kata – kata berikut bertahun – tahun yang lalu dan sekarang,
hubungan diluar nikah, obat, agama, hiburan, perkawinan, di Amerika serikat, di terima secara berbeda pada saat ini dan masa – masa yang
lalu.
2. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal apabila ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. Obsesi
seorang paranoid yang selalu merasa diawasi dan teraniaya merupakan contoh makna yang tidak mempunyai acuan yang memadai.
3. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan
erat dengan gagasan bahwa embutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa
mengaitkannya dengan acuan yang kongkret dan dapat diamati. Bila kit berbicara tentang cinta persahabatan, kebahagiaan. Kebikan,
kejahatan dan konsep – konsep lain yang serupatanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna
dengan lawan bicara. Mengatakan kepada seorang anak untuk ‘manis’ dapat mempunyai banyak makna. Panyingkatan perlu dikaitkan dengan
obyek, kejadian dan perilaku nyata. 4.
Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata
dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kata memiliki banyak makna. Ini bisa menimbulkan
sebuah masalah bila sebuah komunikasi. Bila anda ragu sebaiknya anda bertanya dan bukan membuat sebuah asumsi.
5. Makna berkomunikasi hanya sebagian. Makan yang kita peroleh dari
suatu kejadian event multiaspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna – makna itu yang dapat dijelaskan.banyak
dari makna terseut tinggal dibenak kita. Karenanya, pemahaman yang sebenarnya pertukaran makna secara sempurna secara sempurna
barangkali merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai tetapi tidak pernah tercapai.
2.1.9 Bom