Keadilan dan Pemimpin Dalam Konteks Islam Model Semiotika Charles S. Pierce

2.1.16 Keadilan dan Pemimpin Dalam Konteks Islam

Sebuah keadilan dan pemimpin memiliki pandangan sendiri dalam Islam. Dikutip dari buku 1100 Hadist Terpilih Sinar Ajaran Muhammad : a. Pemimpin suatu kaum adalah pengabdi pelayan mereka. HR. Abu Naim b. Rasulullah Saw berkata kepada Abdurrahman bin Samurah, Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya. HR. Bukhari dan Muslim c Allah melaknat penyuap, penerima suap dan yang memberi peluang bagi mereka. HR. Ahmad. Hal tersebut karena dia menyalah gunakan jabatannya dengan berbuat yang zhalim dan menipu korupsi dll. d. Jabatan kedudukan pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan kekesalan hati dan pada akhirnya azab pada hari kiamat. HR. Ath- Thabrani. Hal tersebut karena dia menyalah gunakan jabatannya dengan berbuat yang zhalim dan menipu korupsi dll. e. Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam amir pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan karyawan bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. HR. Bukhari dan Muslim

2.1.17 Model Semiotika Charles S. Pierce

Bagi Pierce tanda “is something which stands to somebody forsomething in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bias berfungsi, oleh Pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representation selalu terdapat dalam hubungan triadic, yaitu ground, object,dan interpretant. Sobur, 2003:41 Teori segitiga makna triangle meaning Pierce terdiri atas sign tanda, object objek,dan intrepretant intrepretan. Menurut Pierce,salah satu bentuk tanda adalah kata.Sedangkan objekadalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara intrepretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda sobur, 2001:115. Yang dikupas dalam teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Pierce lazimnya digunakan sebagai berikut: Sign Intrepretant Object Gambar IV John Fiske dalam Sobur, 2001:115 Garis panah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri, yaitu objek yang dipenuhi oleh seseorang. Intrepretant merupakan konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalamanpengguna tanda sebuah objek. Adapun ketiga kategori tanda digambarkan dalam sebuah model segitiga sebagai berikut : Icon Indeks Symbol Gambar V Model Kategori Tanda Pierce Ikon adalah suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan kemiripan. Simbol merupakan tanda yang hubungan dengan acuannya merupakan simbol konvensi. Anggukan kepala misalnya, menandakan persetujuan yang terbentuk secara konvensional. Tanda digunakan oleh penggunaan tanda yang diketahui secara cultural oleh penggunanya. Pengetahuan tentang hal tersebut didapati oleh pengguna tanda melalui berbagai jenis interaksi social sebagai anggapan masyarakat atau budaya tertentu, berupa suatu bentuk pengalaman dalam menghadapi peristiwa. Penggunaan tanda akan menginterpretasikan peristiwa dan tanda tersebut sesuai dengan kerangka referensi yang dimiliki. Hubungan antara pengguna tanda dan tanda adalah hubungan makna Fiske dalam Sobur, 2001:115. Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendiri, melainkan diproduksi dalam hubungan antara teks dengan penggunaan tanda. Hal ini merupakan tindakan dinamis, dimana kedua elemen saling memberi sesuatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya lebih mudah terjadi, konotasi mitos dalam teks telah menjadi referensi pengguna yang bersangkutan Fiske dalam Sobur, 2001:114.

2.1.18 Kerangka Berpikir