20
Pusat Komunitas Fotografi di Denpasar
Gambar 2.15 Kamera tahun 1950 Sum
ber : http:historiccamera.comimages2tomdatasheet_1950_datasheet_image1.gif
Memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai
dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan
pencetakan film. Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat.
Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital
yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran Alma Davenport, 1991.
2.2.3 Sejarah fotografi di Indonesia
Sejarah fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857,pada saat 2 orang juru foto Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto di Harmonie, Batavia.
Masuknya fotografi ke Indonesia tepat 18 tahun setelah Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya yang kemudian disebut-sebut sebagai awal perkembangan
fotografi komersil. Studio fotopun semakin ramai di Batavia, dan kemudian banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan hiruk pikuk
dan keragaman etnis di Batavia. Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya teknologi fotografi, maka kamera yang adapun masih berat dan
menggunakan teknologi yang sederhana. Teknologi kamera pada masa itu hanya mampu merekam gambar yang statis. Karena itu kebanyakan foto kota hasil karya
Woodbury dan Page terlihat sepi karena belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak. Masuknya Jepang tahun 1942 juga menciptakan
kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita
21
Pusat Komunitas Fotografi di Denpasar
mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur dan Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah pose simpuh di kaki kulit putih, menjadi manusia
merdeka yang sederajat. Foto-foto mereka adalah visual-visual khas revolusi, penuh dengan kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin
dan rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar- benar “sampai” ke
Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri. Banyak karya-karya fotografer maupun
masyarakat awam yang dibuat pada masa awal perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Seperti namanya, museum ini
hanya menghadirkan foto-foto kota Jakarta pada jaman penjajahan Belanda saja. Karena memang perkembangan teknologi fotografi belum masuk ke daerah.
e-journal.uajy.ac.id17932TA13124.pdf 2.2.4 Sejarah dan Perkembangan Fotografi di bali
Menurut dr. IB.P Andi Sucirta, A.FPSI, EFIAP selaku penasehat dari PFB menyatakan bahwa perkembangan fotografi di Bali beberapa tahun terakhir ini
tampak mengalami kemajuan, kemajuan ini terjadi karena banyakanya penggunaan kamera di kalangan masyarakat bali dan terlaksanakannya even-even
yang berhubungan dengan fotografi. Pada tahun 80an di bali awalnya hanya ada 1 komunitas saja kemudiaan berkembang pesat menjadi sekitar 10 komunitas pada
awal tahun 2010 ini. Prestasi fotografer Bali secara konsisten meraih penghargaan di tingkat nasional dan internasional. penghargaan inilah yang
membuktikan awal dari perkembangan fotografi secara kualitas. Fotografi dari era Hindia Belanda hingga tahun 80an belum mengalami
perkembangan berarti, pemanfaatan foto untuk kepentingan kepariwisataan Bali masih mendominasi seperti jasa pemotretan di studio dan objek wisata, postcard,
buku, majalah dan brosur panduan wisata. Salah satu catatan penting ketika tahun 1912 seorang dokter Jerman Gregor Krause yang bekerja untuk pemerintah
kolonial Belanda mendokumentasikan objek-objek tentang Bali yang kemudiaan diterbitkan
dalam sebuah
buku pada
tahun 1920.
Krause banyak
mendokumentasikan keindahan bentuk tubuh orang Bali, alam dan kemeriahan upacara dalam citra foto yang menarik dan menawan. Dokumentasi foto juga
banyak dibuat oleh seniman Arthur Fleischmann pada tahun 1930 dan seorang
22
Pusat Komunitas Fotografi di Denpasar
fotografer keturunan Tionghoa Auw Kok Heng tahun 1930 sampai 1970. Pada tahun 1950 di bali fotografi dimanfaatkan untuk kepentingan media media dan ini
diikuti dengan berkembangnya industri media di Bali Pada tahun 1982 beberapa fotografer yang lahir di Bali mulai mempelopori
terbentuknya sebuah wadah berkumpul yang disebut Perhimpunan Fotografer Bali. Resmi terbentuk tahun 1984, organisasi ini berdiri di bawah naungan
Federasi Perkumpulan Seni foto Indonesia dengan kegiatan pameran foto yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun. Objek-objek foto yang diangkat saat itu
masih banyak tentang keindahan alam, budaya dan kegiatan manusia di Bali. Lalu siring berkembangnya fotografi di bali bidang fotografi yang dicakupnya sudah
semakin luas sejalan dengan perkembangan pariwisata dan perubahan lingkungan sosial budaya di Bali. Pemotretan wedding dan prewedding, pemotretan interior
dan eksterior villa, pemotretan produk, pemotretan makanan, dan pemotretan travel merupakan jenis-jenis pemotretan yang paling banyak dikerjakan. Bidang
fotografi tersebut
digemari karena
menjanjikan peluang
yang lebih
menguntungkan secara ekonomi. Para fotografer di Bali mulain berani mencoba genre fotografi lain yang dulunya mungkin tidak terlalu populer seperti portrait,
fashion, abstrak, fine art, hingga kontemporer. Genre yang dulunya kurang diminati oleh banyak orang kini genre tersebut dibuat berbeda segi teknik,
komposisi, sudut pemotretan juga telah berkembang pesat. Perkembangan fotografi lainnya dapat dilihat dari terselenggaranya even
fotografi yang makin variatif. Agar tetap berjalan pada alurnya maka kedepannya perlu mendapat dukungan seperti pameran foto, diskusi, seminar, workshop dan
lomba foto yang dilaksanakan secara konsisten, kerjasama dan mensinergikan berbagai kegiatan fotografi di Bali, dan yang terakhir menjaga nilai budaya lokal
sebagai nilai lebih membentuk karakter fotografi Bali.
2.2.5 Tujuan Fotografi
Tujuan yang hakiki dari fotografi adalah komunikasi. Umumnya orang memotret sesuatu karena ingin fotonya dilihat oleh orang lain. Tidak banyak
orang membuat gambar hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Melalui foto kita bisa menjelaskan, mendidik, menghibur, mengubah atau mengungkapkan
pengalaman kita kepada orang lain.