Mekanisme Kerusakan Sel beta Pankreas pada Diabetes Melitus Diabetes Melitus dan Proses Penuaan

89 Gambar 2.1 Foto Mikrograf Sel Beta Pulau Langerhans Tikus dengan Pewarnaan Immunohistokimia Suarsana et al., 2010 K- = Kontrol negatif, DM = Kelompok positif diabetes melitus Tanda panah = sel beta pankreas Gambaran pulau Langerhans pada diabetes juga menunjukkan adanya hyalinisasi dan deposit amiloid, yang berasal dari peptida Islet Amyloid Polypeptide IAPP, yang juga dikenal sebagai amylin. Amylin merupakan peptida sekretori minor dari sel beta pankreas yang disintesis bersamaan dengan insulin dan C-peptida. Amylin ini diduga yang menyebabkan resistensi insulin dan dapat menyebabkan apoptosis sel beta pankreas. Selain itu juga tampak adanya infiltrasi lemak dan fibrosis luas Butler et al., 2003; Ozougwu et al., 2013.

2.2.3 Mekanisme Kerusakan Sel beta Pankreas pada Diabetes Melitus

Apoptosis merupakan bentuk utama kematian sel beta pankreas pada diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Dimana mekanisme kematian sel ini 90 melibatkan interleukin-1 β IL-1 β , nuclear factor-kB NF-kB dan Fas receptor. Pada diabetes tipe 1 terjadi lesi insulinitis, yang menyebabkan dilepaskannya sitokin-sitokin seperti IL-1 β , tumor necrosis factor TNF- α, dan interferon IFN-  Cnop et al., 2005. Sitokin-sitokin tersebut menginduksi faktor-faktor transkripsi seperti NF- kB dan STAT-1. Aktivasi NF-kB akan memicu produksi nitric oxide NO dan menyebabkan deplesi kalsium pada retikulum endoplasmik. Hal ini menyebabkan stres pada retikulum endoplasmik ER stress, yang selanjutnya akan menyebabkan mitokondria melepaskan sinyal apoptosis dan mengakibatkan kematian sel beta Cnop et al., 2005. Gambar 2.2 Mekanisme kematian sel beta pankreas Cnop et al., 2005. Sedangkan pada diabetes tipe 2, paparan kronis peningkatan kadar glukosa darah dan asam lemak bebas dapat menyebabkan disfungsi sel beta dan 91 menginduksi apoptosis sel beta, melalui mekanisme glucotoxicity dan lipotoxicity Cnop et al., 2005. Hiperglikemia kronis dapat mengakibatkan efek merugikan pada sintesissekresi insuin, kelangsungan hidup sel dan sensitifitas insulin melalui beberapa mekanisme yaitu: hilangnya ekspresi gen insulin dan gen spesifik sel beta lainnya secara bertahap; stres RE kronis dan stres oksidatif; perubahan mitokondria baik dalam jumlah, morfologi dan fungsi nya; dan gangguan homeostasis kalsium, yang akhirnya terjadi glucotoxicity, yaitu perubahan permanen pada komponen seluler dalam produksi maupun sekresi insulin Cernea et al., 2013.

2.2.4 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis Perkeni, 2011.

1. Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komperehensif dan upaya peningkatan motivasi Perkeni, 2011. 92 Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakit dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatankomplikasi yang mungkin timbul secara dinisaat masih reversibel, memantau perilaku ketaatan, pengelolaan penyakit serta perubahan perilakukebiasaan secara mandiri. Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori serta diet tinggi lemak Ndraha, 2014.

2. Terapi Nutrisi Medis TNM

Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan, dalam hal ini jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka uang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin Perkeni, 2011. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45-65, lemak 20-25, protein 10-20, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar 25ghari Ndraha, 2014.

3. Latihan Jasmani

Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit per hari yang disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani, merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2 Perkeni, 2011. 93 Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Perkeni, 2011.

4. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan edukasi, pengaturan makan dan latihan jasmani gaya hidup sehat. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan injeksi Perkeni, 2011. Obat Anti Hiperglikemia Oral Obat anti hiperglikemia oral terbagi dalam beberapa golongan, antara lain: 1 Golongan Insulin Sensitizing a Biguanid Metformin  Bekerja dengan cara menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin di tingkat seluler dan menurunkan produksi glukosa darah hati Babar dan Skugor, 2009.  Metformin tidak memiliki efek stimulasi pada sel beta pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan penambahan berat badan Babar dan Skugor, 2009.  Merupakan pilihan utama untuk penderita diabetes yang gemuk, disertai dislipidemia dan resistensi insulin Ndraha, 2014. 94 b Tiazolidindion Ndraha, 2014  Menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa perifer  Tiazolidindion dikontraindikasikan pada gagal jantung karena meningkatkan retensi cairan. 2 Golongan Insulin Secretagogues a Golongan Sulfonilurea Ndraha, 2014  Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas  Merupakan pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang  Sulfonilurea tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal serta malnutrisi b Glinid Toni dan Suharto, 2005  Merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, yaitu dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh sel beta pankreas.  Golongan ini terdiri dari dua macam obat yaitu Repaglinid derivat asam benzoat dan Nateglinid derivat fenilalanin.  Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekresi dengan cepat melalui hati  Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. 3 Golongan Pengambat -Glukosidase Toni dan Suharto, 2005 Arcabose  Bekerja secara lokal dan hampir tidak diabsorbsi. 95  Bekerja dengan cara menghambat kerja enzim -glukosidase di saluran pencernaan, sehingga pemecahan polisakarida di usus halus menjadi monosakharida yang dapat diabsorpsi berkurang, dengan demikian peningkatan kadar glukosa postprandial dihambat  Monoterapi dengan penghambat -glukosidase tidak mengakibatkan hipoglikemia.  Efek samping berupa keluham gastrointestinal seperti kembung dan flatulens. Hal ini dikarenakan karbohidrat di usus besar mengakibatkan peningkatan produksi gas. Obat Anti Hiperglikemia Injeksi a Insulin Insulin merupakan obat diabetes yang paling efektif dan paling lama digunakan dalam menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis adekuat, insulin dapat menurunkan setiap kadar HbA1C sampai mendekati target terapeutik. Tidak seperti obat antihiperglikemik lain, insulin tidak memiliki dosis maksimal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan berat badan dan hipoglikemia Nathan et al., 2009. Insulin diperlukan pada keadaan Toni dan Suharto, 2005: - Penurunan berat badan yang cepat - Hiperglikemia berat yang disertai ketosis - Ketoasidosis diabetic - Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik 96 - Hiperglikemia dengan asidosis laktat - Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal - Stress berat infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke - Kehamilan dengan DM DM Gestasional yangtidak terkendali dengan perencanaan makanan. - Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat - Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO Berdasarkan lama kerja insulin terbagi menjadi 4 jenis Toni dan Suharto, 2005: a. Insulin kerja cepat Rapid acting insulin b. Insulin kerja pendek Short acting insulin c. Insulin kerja menengah Intermediate acting insulin d. Insulin kerja panjang Long acting insulin 2 Agonis Glucagon-Like Peptide-1 GLP-1 Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan pendekatan baru untuk pengobatan diabetes. Agonis GLP-1 dapat bekerja sebagai perangsang pelepasan insulin yang tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan dengan insulin ataupun sulfonilurea Blonde, 2009. Mekanisme kerja agonis GLP-1 yang lain adalah menghambat pelepasan glukagon yang diketahui berperan pada proses glukoneogenesis. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. 97 Efek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain sebah dan muntah Perkeni, 2011.

III. Terapi Kombinasi

Bila dengan gaya hidup sehat dan monoterapi OHO glukosa darah belum terkendali maka diberikan kombinasi dua OHO. Terapi dengan OHO kombinasi secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet tunggal, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda, misalnya golongan sulfonilurea dan metformin. Bila sasaran glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO dapat menjadi pilihan Perkeni, 2011.

2.2.5 Diabetes Melitus dan Proses Penuaan

Penuaan merupakan proses yang kompleks dan luas. Banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan regulasi molekul penuaan dan penyakit kronis, tapi masih banyak hal yang belum dapat dijelaskan. Dalam proses penuaan terjadi beberapa peristiwa kerusakan seluler dan molekuler, yang akhirnya menyebabkan berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit Alzheimer, Parkinson, gangguan neurodegeneratif seperti, rheumatoid arthritis, aterosklerosis, dan penyakit kardiovaskular lainnya CVD, degenerasi makula, dan diabetes Prasad et al., 2012. 98 Diabetes sering dianggap sebagai model biologik proses penuaan dini. Mereka yang mengalami diabetes akan mengalami proses patologi lebih awal, dimana pada individu non diabetes hal ini terjadi pada usia yang lebih lanjut. Karena itu, usia harapan hidup individu dengan diabetes lebih pendek Pangkahila, 2011. Sebuah hipotesis yang yang populer saat ini adalah hipotesis stres oksidatif, yang terjadi melalui mekanisme tunggal produksi superoksida, yang merupakan faktor patogenesis umum yang menyebabkan resistensi insulin, disfungsi sel beta pankreas, gangguan toleransi glukosa, dan akhirnya mengarah ke diabetes tipe 2. Lebih jauh lagi, mekanisme ini juga terlibat dalam penyebab komplikasi diabetes tipe 2, baik komplikasi mikro maupun makrovaskular Wright et al., 2006. Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa penderita diabetes tipe 2 mengalami stress oksidatif kronis. Hal ini telah terlihat dari beberapa macam metode yang digunakan, meliputi high-performance liquid chromatography, gas chromatographymass spectrometry, dan immunostaining biopsi pankreas. Pro- oksidan dan penanda kerusakan oksidatif jaringan, seperti 8-hydroxy- deoxyguanine, 4-hydroxy-2-nonenal HNE proteins, 8-epi-prostaglandin F2α, hidroperoksida, dan oksidasi basa DNA telah dilaporkan meningkat pada serum, plasma, sel darah merah, dan biopsi pankreas pada penderita diabetes tipe 2. Dibandingkan dengan kontrol non-diabetes, penanda-penanda tersebut meningkat lima kali lipat diatas normal Robertson et al., 2004. 99 Oleh karena itu terapi yang ditujukan untuk mengurangi stres oksidatif akan menguntungkan bagi penderita dengan diabetes tipe 2 dan bagi mereka yang berisiko tinggi terhadap diabetes tipe 2 Wright et al., 2006. 2.3 Streptozotocin 2.3.1 Definisi Streptozotocin STZ merupakan antibiotik yang berasal dari Streptomyces achromogenes dan secara struktur merupakan derivat glukosamin dari nitrosourea. STZ menyebabkan hiperglikemia terutama oleh efek sitotoksik langsung terhadap sel beta pankreas Srinivasan dan Ramarao, 2007. Gambar 2.3 Struktur Kimia Streptozotocin Szkudelski, 2001 Aksi STZ pada sel beta ditunjukkan oleh perubahan karakteristik dalam insulin dan konsentrasi glukosa darah. Hiperglikemia terjadi dalam dua jam setelah injeksi, bersamaan dengan penurunan insulin darah. Enam jam kemudian, terjadi hipoglikemia dengan kadar insulin darah yang tinggi. Segera setelah itu, terjadi hiperglikemia dan penurunan level insulin darah. Perubahan pada level glukosa darah dan insulin tersebut menunjukkan adanya abnormalitas fungsi sel beta pankreas. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam 6 jam stelah

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

STRUKTUR HISTOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus L) YANG DIINDUKSI GLUKOSA SETELAH PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE PER-ORAL.

0 0 6

PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KAKAO (THEOBROMA CACAO) SECARA ORAL DAPAT MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN MENINGKATKAN JUMLAH SEL BETA PANKREAS PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN WISTAR DIABETES MELITUS.

0 1 19

PEMBERIAN EKSTRAK KULIT POHON PINUS MARITIM PERANCIS (Pinus pinaster) MENCEGAH PENURUNAN SEL BETA PANKREAS DAN MENCEGAH PENINGKATAN GLUKOSA DARAH PUASA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN.

1 2 59

PEMBERIAN SEL PUNCA MESENKIMAL WHARTON’S JELLY INTRAVENA MENINGKATKAN JUMLAH SEL BETA PANKREAS DAN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS.

1 4 53

PEMBERIAN EKSTRAK ETHANOL ANGGUR (Vitis vinifera) MENCEGAH PENURUNAN OSTEOBLAS DAN DENSITAS TULANG SERTA MENCEGAH PENINGKATAN OSTEOKLAS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN DENGAN AKTIVITAS FISIK BERLEBIH.

0 1 85

EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni jacq) DAPAT MEREGENERASI SEL � PANKREAS DAN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS.

0 0 57

PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN MENINGKATKAN SEL BETA PANKREAS PADA TIKUS WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus L.) DIABETES MELITUS.

0 2 37

PEMBERIAN SEL PUNCA MESENKIMAL WHARTON’S JELLY INTRAVENA MENINGKATKAN JUMLAH SEL BETA PANKREAS DAN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS.

0 1 53

pengaruh ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam mencegah peningkatan kdar kreatinin darah pada tikus putih (Rattus Norvegicus) galur wistar yang diinduksi gentamisin.

0 0 3