119
2000: 494 bahwa kebanyakan perempuan merasakan berbelanja itu merupakan hal yang menyenangkan dan menggembirakan, namun
sebagian besar laki-laki tidak mempunyai respon yang sama. Sebagai bahan perbandingan adalah hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sri Mulyani yang dilakukan di Universitas Negeri Yogyakarta. Ditemukan bahwa pengeluaran mahasiswa laki-laki
untuk pembelian pakaian, aksesoris, tas, sepatu serta sandal lebih besar dibandingkan perempuan, sementara itu untuk pembelian
kosmetik, perawatan tubuh, dan biaya kesehatan lebih tinggi perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Mahasiswa perempuan
memang lebih identik dengan kosmetik dan lainnya yang menunjang penampilan sehingga mahasiswa perempuan memiliki alokasi yang
besar untuk pengeluaran fashion.
2. Gaya Hidup Mahasiswa Bidikmisi
Dari data yang diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa bidikmisi memiliki gaya hidup konsumtif dalam kategori rendah. Dengan
didasari indikator pengukuran gaya hidup konsumtif, dapat diartikan bahwa mahasiswa bidikmisi yang memiliki gaya hidup konsumtif rendah
dalam menggunakan uangnya cenderung lebih mementingkan kebutuhan daripada keinginan. Selain itu, dalam menghabiskan waktunya
mahasiswa bidikmisi tidak selalu bahkan cenderung tidak pernah melakukan kegiatan konsumtif, seperti berbelanja di mall, wisata kuliner
dan menonton di bioskop setiap bulan serta cenderung tidak memiliki
120
minat dalam mengikuti modefashion sesuai perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan latar belakang mahasiswa bidikmisi yang merupakan
mahasiswa kurang mampu secara ekonomi, karena dana uang yang dimiliki terbatas.
Selain itu, 20 dari total responden memiliki gaya hidup konsumtif sedang. Dengan didasari indikator pengukuran gaya hidup
konsumtif, dapat diartikan bahwa mahasiswa bidikmisi yang memiliki gaya hidup konsumtif sedang dalam menghabiskan waktu dan
menggunakan uangnya tidak selalu melakukan perilaku konsumtif, namun di sisi lain didukung dengan perkembangan zaman dan pergaulan
mahasiswa non-bidikmisi yang cukup tinggi menjadikan mahasiswa bidikmisi tidak terlepas dari perilaku konsumtif tersebut. Hal ini
dilakukan agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan mahasiswa non- bidikmisi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiawan 2014: 59 bahwa sebagian mahasiswa
bidikmisi cenderung menyukai hal-hal yang mengarah ke gaya hidup glamour dan hedonis sedangkan sebagian lagi gaya hidupnya lebih
mengarah ke masa depan dengan kata lain lebih menerapkan skala prioritas kebutuhan.
Hipotesis yang dinyatakan “ada perbedaan gaya hidup antara mahasiswa bidikmisi laki-laki dan perempuan” terbukti oleh hasil
penelitian empiris. Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan
121
independent t-test yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat perbedaan gaya hidup antara mahasiswa bidikmisi laki-laki dan
perempuan.Rata-rata gaya hidup konsumtif mahasiswa bidikmisi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini terjadi karena
mahasiswa bidikmisi perempuan sulit untuk mengontrol keinginannya hanya untuk kepuasan semata.
Sebagai bahan perbandingan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Edwin Hendro Saputro, Sutarto, Ratriana, ditemukan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada gaya hidup konsumtif pada mahasiswa laki-laki dan perempuan.
3. Perbedaan Total Pengeluaran Konsumsi berdasarkan Gaya Hidup Mahasiswa Bidikmisi