DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013.
DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
MOTTO
“Awali semua dengan Basmalah dan akhiri dengan Hamdalah”
(Penulis)
“jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasanya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha
Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun
(6)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
1. Bapak kandungku yang ada disurga, terimakasih atas apa yang selama ini sudah bapak berikan kepada saya. Semua ini ku persembahkan buat kebangganmu disana.
2. Ayah dan Ibuku yang selalu memberikan doa serta dukungan kalian untuk anakmu ini. Semoga anakmu ini menjadi seseorang yang besar dan dapat membanggakan kalian. Amin.
3. Semua keluarga, adik, nenek dan kakek yang selalu memberiku semnagat saat mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. 4. Semua sahabat-sahabatku dan kekasihku yang selalu memberikan
semangat, membantu memecahkan masalahku, serta menerimaku dengan semua kekuranganku, terimakasih banyak buat kalian semua.
5. Untuk almamater biru tuaku yang selalu bisa membuatku bangga sampai kapanpun.
(7)
DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2013
Oleh
Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006
ABSTRAK
Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan tentang dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode diskriptif kualitatif. Penelitian berlangsung selama satu bulan yaitu dari bulan agustus sampai bulan september. Teknik penentuan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Subjek penelitiaan ini adalah MK, AN dan ST. Setting penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian dibantu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknis analisis data menggunakan interactive model (Miles & Huberman, 1992) yaitu dengan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Uji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data sumber.
Berdasarkan hasil penelitian latar belakang ketiga subjek dapat diterima bidikmisi adalah berdasarkan prestasi akademik dan kondisi ekonomi keluarganya. Kondisi ekonomi subjek dapat dikatakan cukup, akan tetapi hanya sekedar untuk keperluan makan, sedangkan untuk mencukupi keperluan kuliah ST bekerja, sedangkan AN dan MK lebih memilih menghemat uang pemberian bidikmisi dan juga mengandalkan kiriman orang tua. Aktifitas sosial subjek Mk dan An banyak dihabiskan dilingkungan organisasi, sedangkan St untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Subjek Mk dan ST banyak disukai teman kelasnya, sedangkan An kurang disukai teman karena kurang bisa membaur dengan teman kelasnya. Ketiga subjek memiliki IPK diatas 3,5, MK memiliki IPK 3,61, AN memiliki IPK 3,7 sedangkan ST memiliki IPK 3,78, ketiga subjek memiliki IPK tinggi dikarenakan monitoring secara berkala oleh jurusan maupun Universitas. Sedangkan hal yang memotivasi belajar ketiga subjek adalah keinginan meraih prestasi dan keinginan untuk cepat bekerja. Kematangan psikologis ketiga subjek tergolong baik, hal tersebut dapat dilihat dari subjek mempunyai kemandirian emosional dan memiliki kontrol psikologis yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang membebankan dirinya.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Dinamika Kehidupan Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2013”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dengan segala hormat penulis ngucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M. A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memimpin penyelenggaraan pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta dengan baik.
2. Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
3. Bapak Fathur Rahman, M. Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan izin dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Sugihartono, M. Pd. dan Bapak Agus Triyanto, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu dan ilmu dalam menyusun skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Dr. Arif Rohman, M. Si. dan Ibu Kartika Nur Fathiyah, M. Si. selaku penguji
utama dan sekertaris dalam ujian skripsi saya. Terima kasih atas waktu dan ilmu yang telah bapak dan ibu berikan dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi saya.
(9)
(10)
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batas Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Masalah ... 12
F. Manfaat Masalah ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Beasiswa Bidikmisi ... 14
1. Dasar atau Pengertian Bidikmisi ... 14
2. Ketentuan Umum Bidikmisi ... 17
3. Ketentuan Khusus Bidikmisi ... 18
4. Mekanisme Seleksi ... 21
5. Pengelolaan dan Pemberhentian Beasiswa Bidikmisi ... 22
(11)
1. Kehidupan Mahasiswa ... 26
2. Dinamika Sosial ... 33
3. Dinamika Ekonomi ... 45
4. Dinamika Psikologi ... ... 48
5. Dinamika Pendidikan ... 52
a. Ciri-ciri Perilaku Belajar ... 53
b. Motivasi Belajar ... 55
C. Bimbingan dan Konseling Mahasiswa Bidikmisi ... 57
1. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 57
a. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial ... 57
b. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial ... 59
2. Bimbingan Belajar ... 60
a. Pengertian Layanan Bimbingan Belajar ... 60
b. Tujuan Layanan Bimbingan Belajar ... 61
D. Dinamika Kehidupan Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi ... 63
E. Pertanyaan Penelitian ... 65
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 66
B. Langkah-langkah Penelitian ... 66
1. Tahap Pra Lapangan ... 66
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 69
3. Tahap Analisis Data ... 72
C. Subjek Penelitian ... 72
D. Setting Penelitian ... 74
E. Metode Pegumpulan Data ... 75
1. Wawancara ... 75
2. Observasi ... 77
F. Instrumen Penelitian ... 78
(12)
2. Pedomanan Wawancara ... 78
3. Pedoman Observasi ... 80
G. Uji Keabsahan Data ... 81
H. Teknik Analisis Data ... 83
1. Reduksi Data (data reduction) ... 85
2. Penyajian Data (display data) ... 85
3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi) ... 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 87
1. Diskripsi Setting Penelitian ... 87
2. Diskripsi Subjek Penelitian ... 88
3. Reduksi Data ... 91
4. Display Data ( penyajian data) ... 127
5. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)... 134
B. Pembahasan ... 143
C. Keterbatasan Penelitian ... 156
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 157
B. Saran ... 165
DAFTAR PUSTAKA ... 167
(13)
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1 Pedoman Wawancara ... 80
Tabel 2 Pedoman Observasi ... 81
Tabel 3 Profil Subjek Mahasiswa Bidikmisi ... 88
Tabel 4 Profil Key Informan Mahasiswa Bidikmisi ... 90
Tabel 5 Display Data Latar Belakang Subjek diterima Bidikmisi ... 128
Tabel 6 Display Data Aspek Ekonomi Subjek Bidikmisi ... 129
Tabel 7 Display Data Aspek Sosial Subjek Bidikmisi ... 130
Tabel 8 Display Data Aspek Akademik Subjek Bidikmisi ... 131
Tabel 9 Display Data Aspek Psikologis Subjek Bidikmisi ... 132
Tabel 10 Display Data Pendapat Subjek Mengenai Penyaluran Beasiswa Bidikmisi ... 133
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
hal
1. Pedoman Wawancara ... 171
2. Pedoman Observasi ... 175
3. Interview Subjek ... 176
4. Interview Key Informan ... 199
5. Observasi ... 214
6. Catatan Lapangan ... 218
(15)
DINAMIKA KEHIDUPAN MAHASISWA PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2013
Oleh
Mint Husen Raya Aditama NIM 09104241006
ABSTRAK
Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan tentang dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode diskriptif kualitatif. Penelitian berlangsung selama satu bulan yaitu dari bulan agustus sampai bulan september. Teknik penentuan subjek dilakukan dengan teknik purposive. Subjek penelitiaan ini adalah MK, AN dan ST. Setting penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian dibantu pedoman wawancara dan pedoman observasi. Teknis analisis data menggunakan interactive model (Miles & Huberman, 1992) yaitu dengan reduksi data, display data, dan verifikasi data. Uji keabsahan data digunakan teknik triangulasi data sumber.
Berdasarkan hasil penelitian latar belakang ketiga subjek dapat diterima bidikmisi adalah berdasarkan prestasi akademik dan kondisi ekonomi keluarganya. Kondisi ekonomi subjek dapat dikatakan cukup, akan tetapi hanya sekedar untuk keperluan makan, sedangkan untuk mencukupi keperluan kuliah ST bekerja, sedangkan AN dan MK lebih memilih menghemat uang pemberian bidikmisi dan juga mengandalkan kiriman orang tua. Aktifitas sosial subjek Mk dan An banyak dihabiskan dilingkungan organisasi, sedangkan St untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup. Subjek Mk dan ST banyak disukai teman kelasnya, sedangkan An kurang disukai teman karena kurang bisa membaur dengan teman kelasnya. Ketiga subjek memiliki IPK diatas 3,5, MK memiliki IPK 3,61, AN memiliki IPK 3,7 sedangkan ST memiliki IPK 3,78, ketiga subjek memiliki IPK tinggi dikarenakan monitoring secara berkala oleh jurusan maupun Universitas. Sedangkan hal yang memotivasi belajar ketiga subjek adalah keinginan meraih prestasi dan keinginan untuk cepat bekerja. Kematangan psikologis ketiga subjek tergolong baik, hal tersebut dapat dilihat dari subjek mempunyai kemandirian emosional dan memiliki kontrol psikologis yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh dengan situasi yang membebankan dirinya.
(16)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Individu pada umumnya memiliki harapan ingin melanjutkan
pendidikan setinggi mungkin. Dengan pendidikan seseorang akan
mendapatkan taraf kehidupan yang lebih baik, terhindar dari pengangguran
serta mampu bersaing di dalam dunia kerja sehingga memperoleh masa depan
yang cerah. Namun harapan memperoleh pendidikan tinggi tidak selalu
dimiliki setiap individu, hal ini dikarenakan keadaan ekonomi maupun
prestasi akademik / non akademik yang dimiliki individu tersebut. Hal ini
menjadi faktor pertama yang menghambat seorang individu untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Keterbatasan ekonomi membuat
individu yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi kurang mampu
harus bersaing dalam prestasi akademik / non akademik untuk mendapatkan
pendidikan layaknya individu dari keluarga yang memiliki ekonomi mampu.
Bagi individu yang memiliki ekonomi kurang mampubiaya
pendidikan yang tinggi merupakan hambatan terbesar mereka untuk
melanjutkan study sampai tingkat perguruan tinggi. Melihat fenomena ini
bantuan pendidikan atau beasiswa merupakan salah satu alternatif yang dapat
individu manfaatkan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan yang di
inginkannya.
Pemerintah telah memberikan subsidi yang besar untuk sektor
(17)
yaitu “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional”. Dengan kata lain pemerintah memiliki tujuan ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya dengan cara pemberian
bantuan pendidikan untuk menempuh pendidikan tinggi berupa beasiswabagi
semua jenjang pendidikan yang diperuntukan mulai dari diploma, sarjana
sampai pasca sarjana baik di dalam maupun di luar negeri (Beasiswa Dikti,
2013). Hal ini dimaksudkan agar pendidikan dapat terjangkau luas di
kalangan anggota masyarakat, sehingga setiap individu yang memiliki bekal
skill dan pengetahuan yang memadai pada gilirannya dapat menjadi modal untuk membangun kembali kehidupan yang lebih baik (Ariefa E. dalam
Sujarwo, 2013:15).
Untuk jenjang diploma dan sarjana, pemerintah menyediakan lima
macam beasiswa yaitu Beasiswa Pendidikan bagi calon Mahasiswa
Berprestasi (bidikmisi), beasiswa peningkatan Prestasi Akademi (PPA),
Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), Beasiswa Olimpiade Sains Internasional
(OSI) dan Beasiswa Ko-Ekstra Kulikuler (Beasiswa Dikti, 2013).
Dalam Pasal 31 ayat 1 Undang-undang dasar(UUD) 1945
menyebutkan bahwa “setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dengan kata lain individu yang masuk golongan kurang mampu berhak
mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu. Beberapa peraturan
(18)
pendidikan menurut Ditjen Dikti (2012:1) antara lain: Undang-undang
(UU)No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab V pasal 12,
Peraturan Pemerintah (PP) No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan,
Peraturan Pemerintah (PP) No. 66 tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan pemerintah (PP) nomer 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan.
Dari peraturan peundang-undangan diatas, selanjutnya pemerintah
merancang berbagai macam bantuan pendidikan seperti Beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Belajar Mahasiswa
(BBM) sejak tahun 2008 sampai 2011 sebanyak 180.000-240.000 mahasiswa
PTS dan PTN kepada mahasiswa (Ditjen Dikti, 2012:2).
Tidak hanya dari pihak pemerintah, beasiswa dapat diberikan oleh
lembaga selain pemerintah, perusahaan, yayasan atau instansi-instansi yang
lain. Beasiswa menjadi sarana bantuan pendidikan bagi pelajar maupun
mahasiswa yang memiliki ekonomi tidak mampu namun ingin mengenyam
pendidikan sampai pendidikan tinggi. Dengan beasiswa diharapkan bisa
mambantu individu yang memiliki ekonomi kurang mampu agar dapat
memperoleh pendidikan sebaik mungkin.
Sejak tahun 2010 pemerintah dan direktorat jenderal pendidikan
tinggi, kementrian pendidikan dan kebudayaan membuat program bantuan
yang diperuntukan bagi mahasiswa kurang mampu namun memiliki prestasi
akademik yang bagus. Program bantuan pendidikan ini dinamakan beasiswa
(19)
mahasiswa baru yang memiliki potensi akademik yang memadai tetapi
kurang mampu dalam segi ekonomi (Ditjen Dikti, 2012:2). Program bantuan
bidikmisi ini memiliki misi dan tujuan sendiri yaitu seperti yang dijelaskan
dalam buku paduan bidikmisi. Misi dari program beasiswa bidikmisi sendiri
yangpertamaMenghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan
mempunyai potensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan
sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Kedua Menghasilkan sumber daya
insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan
pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan tujuan program beasiswa Bidikmisi ini yaitu: 1)
Meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa, khususnya
mereka yang mempunyai masalah ekonomi, 2) Meningkatkan akses dan
kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta didik yang berpotensi
akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, 3) Menjamin
keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai dan tepat waktu, 4)
Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler,
ko-kurikuler maupun ekstra ko-kurikuler, dan 5) Melahirkan lulusan yang mandiri,
produktif dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam
upaya pemutusan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Dari misi dan tujuan diatas maka beasiswa bidikmisi hanya khusus
diperuntukan bagi mahasiswa baru yang memiliki potensi akademik tetapi
(20)
Untuk menyelenggarakan suatu program tidak selamanya berjalan
lancar dan pasti ada hambatan yang dialami. Seperti halnya bahwa dalam
penyelenggaraan program bidikmisi pada tahun 2012, sembilan calon
mahasiswa bidikmisi ditolak masuk Universitas Negeri Yogyakarta karena
terbukti berpura-pura miskin. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
mengungkapkan bahwa UNY serius memberikan sanksi bagi calon
mahasiswa maupun mahasiswa yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa
bidikmisi yang berpura-pura miskin, “Sanksi ini disiplin. Jadi pelajaran agar tidak berbohong. Sebab mereka hendak mengambil hak orang lain” (Rochmat Wahab, 2012). Diungkapkan pada tempo.com tim verifikasi bidikmisi
Universitas Negeri Yogyakarta menemukan salah satu calon penerima
bidikmisi tinggal di rumah bertingkat. Mahasiswa lain keluarganya memiliki
satu mobil dan satu motor. Ada juga calon mahasiswa yang keluarganya
memiliki empat motor. Salah satu calon mahasiswa bahkan ketahuan hendak
mengibuli petugas verifikasi. Ketika didatangi ke rumahnya, dia sendiri
malah menuntun petugas ke rumah kakeknya. Selain itu kata Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh (2012) mengatakan masih ada
mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria, namun mendapatkan beasiswa tersebut. ”Memang ada anak dosen dari perguruan tinggi yang diterima dalam program Bidikmisi, tetapi jumlahnya tidak banyak”.
Dengan demikian penyelenggaraan program bidikmisi haruslah
memiliki monitoring yang baik dari pihak jurusan maupun universitas. Hal ini
(21)
antara individu satu dengan yang lainnya dan selalu mengalami pasang surut
seiring dengan masa perkembangannya. Dinamika kehidupan itu meliputi:
dinamika sosial, dinamika ekonomi, dinamika psikologi, dan dinamika
pendidikan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti
lakukan terhadap mahasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, banyak ditemukan fakta yang diungkapkan
subjek secara diskriptif mengenai dinamika kehidupan mahasiswa Bidikmisi.
Hal ini berupa fakta mengenai ketidaktepatan penyaluran program beasiswa
bidikmisi yang dilakukan oleh perguruan tinggi, masalah ekonomi yaitu
pemenuhan kebutuhan selama pendidikan dan tinggal di Jogja, tuntutan atau
tanggung jawab sebagai mahasiswa bidikmisi, tuntutan terhadap target nilai
dan masa studi kependidikan.
Subjek yang pertama adalah AN (nama inisial) yaitu seorang
mahasiswa bidikmisi angkatan 2010 yang berasal dari Jawa Barat. Dilihat
dari aspek ekonomi AN termasuk mahasiswa yang berkecukupan. Hal ini
dikarenakan selain uang dari bidikmisi, AN juga mendapatkan kiriman dari
orangtuanya serta uang hasil kerja sebagai guru privat (SD/SMP), usaha
photo copy, manajer lembaga (tidak disebutkan namanya), mengajar sekolah luar biasa (SLB) di Bantul, dan ikut proyek penelitian PKM. Dalam masalah
ekonomi AN sendiri merasa dirinya sangat kecukupan bahkan berlimpah.
Melihat dari aspek pribadi sosial, AN terlihat suka untuk menunjukan siapa
(22)
temannya di kelas kurang berjalan dengan baik, menurutAN dirinya
cenderung sombong sehingga teman-temanya tidak suka. Selain itu AN juga
merasa minder dan risi dengan status sebagai mahasiswa bidikmisi karena dia
merasa berasal dari keluarga yang mampu dari segi ekonomi.
Subjek yang kedua adalah ST (nama samaran) yaitu seorang
mahasiswi bidikmisi angkatan 2010 yang berasal dari Jawa Tengah. ST
tergolong mahasiswa yang cerdas dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK)
lebih dari 3,5 namun terganjal oleh biaya pendidikan di perguruan tinggi yang
tergolong tinggi. Dilihat dari aspek ekonomi ST berasal dari golongan
keluarga yang sederhana, hal ini dapat dilihat dari penampilannya.
Sebenarnya, setelah lulus dari SMA ST berencana untuk langsung bekerja,
hal ini dikarenakan keadaaan ekonomi keluraganya yang tidak
memungkinkan untuk membiayai sekolah ST sampai di perguruan tinggi. ST
sendiri tidak menetap di Jogja melainkan selalu pulang Magelang, hal ini
dikarenakan ST bekerja sebagai guru privat bagi siswa SD. Ini dilakukan ST
guna memenuhi sebagian keperluan kuliahnya dan keperluan sehari-hari.
Dilihat dari aspek pergaulan sosial mahasiswi ini cenderung tertutup dengan
lingkungan sosialnya. ST biasanya hanya bergaul dengan sahabat dekat
ataupun dengan anak-anak SD yang mengikuti les privat dengannya. Hal itu
juga yang mengakibatkan SE cenderung pasif dalam mengikuti organisasi
kemahasiswaan atau UKM di kampus, dikarenakan setelah pulang kuliah
(23)
Mahasiswa penerima bidikmisi yang ketiga adalah MK (nama
samaran) seorang mahasiswi yang berasal dari Jawa Tengah. MK mengaku
alasan mengikuti program beasiswa bidikmisi bisa membantu orang tua
karena biaya pendidikan yang gratis. Dilihat dari aspek ekonomi terlihat uang
bidikmisi yang diberikan kepada MK sudah cukup, namun apabila bantuan
itu hanya digunakan untuk keperluan-keperluan biasa, seperti makan dan foto
copy. Dengan uang bantuan yang tergolong pas-pasan itu, MK mengaku
pernah mencoba menambah uang jajannya dengan bekerja di toko, tetapi
karena dirasa mengganggu perkuliahannya akhirnya pekerjaan itu
ditinggalkan. Dilihat dari aspek psikologinya, terlihat MK merasa tertekan
dengan prestasi yang didapat dan tak jarang dia merasa minder dengan
prestasinya dikelas. MK menjelaskan bahwa, dia tertekan karena dia merasa
tersaingi prestasi akademiknya oleh mahasiswa reguler, sedangkan dia merasa
bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa itu seharusnya lebih bisa
diatas mahasiswa reguler. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan MK bahwa
dirinya tertekan dengan peraturan perguruan tinggi yang mewajibkan
mahasiswa bidikmisi untuk membuat PKM, karyatulis, dan harus meraih
prestasi. Dia menerangkan bahwa peraturan tersebut membebani dirinya dan
membuatnya sering merasa malas dalam kuliah.
Kondisi ekonomi yang pas-pasan bahkan jauh dari orang tua
senantiasa memaksa mahasiswa bidikmisi untuk menambah pendapatnnya
denga bekerja. Sedangkan kondisi ekonomi yang berlimpah cenderung
(24)
pula. Hal ini dikarenakan dalam penjaringan program beasiswa bidikmisi
tidak dilakukan secara teliti. Seperti yang disampaikan subjek MK, dia
menerangkan mahasiswa bidikmisi yang seperti itu dikarenakan dalam proses
seleksinya tidak pernah disurvey oleh pihak perguruan tinggi, karena hanya
sebatas surat fisik dari kator kepala desa dan sekolah saja. Hal inilah yang
mengakibatkan ketidaktepatan penyaluran bantuan pendidikan bidikmisi.
Anggapan dan tuntutan bahwa mahasiswa bidikmisi harus terlibat
aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, membuat ketiga subjek mahasiswa
bidikmisi cenderung aktif dalam pergaulan sosial dilingkungan organisasi
mahasiswa, seperti Himpunan Mahasiswa (HIMA), Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), ataupun Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM). Interaksi
sosial di lingkungan kelas dan lingkungan tempat tinggalnya dipengaruhi oleh
tingkat kesibukan mahasiswa dengan kegiatan yang diikutinya. Semakin
padat dan banyak kegiatan yang diikutinya maka waktu yang digunakan
untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat juga akan sedikit. Kebanyakan
interaksi sosial yang terjadi hanya pada kelompok sosialnya tersebut. Hal ini
juga sering menyebabkan pergaulan dengan rekan kelas juga terganggu.
Seringkali mahasiswa yang demikian akan di anggap sombong dan sok
menyibukkan dirinya, seperti yang terjadi pada subjek AN.
Tuntutan yang mewajibkan mahasiswa bidikmisi memiliki prestasi
baik biasanya membuat mahaiswa bidikmisi akan termotivasi. Dari ketiga
subjek mahasiswa bidikmisi, mereka merupakan mahasiswa berprestasi dan
(25)
mengakibatkan mahasiswa terikat oleh doktrin bahwa “saya harus menjadi mahasiswa sempurna”. Hal ini membuat mahasiswa bidikmisi tertekan dan mengalami stres yang berakibat pada penurunan prestasi akademik mereka.
Hal inilah yang terjadi pada subjek MK, sebagai seorang mahasiswa
bidikmisi yang tergolongmahasiswa berprestasi (Mapres) harusnya IPK
MKlebih diatas dari mahasiswa reguler, akan tetapi hasil prestasi akademik
yang didapat masih dibawah beberapa mahasiswa reguler dikelasnya. Hal ini
menunjukan bahwa tekanan dan tuntutan yang berlebih dari perguruan tinggi
juga memiliki dampak terkait nilai akademik mahasiswa bidikmisi.
Melihat fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi. Alasannya
yaitu dengan mengetahui dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa
bidikmisi nantinya peneliti akan mengetahui penyebab-penyebab mahasiswa
penerima beasiswa bidikmisi mengalami masalah sosial, ekonomi, psikologi,
serta penyebab mengapa mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi
mempunyai prestasi akademik yang kurang memuaskan, guna membantu
mahasiswa tersebut dalam memecahkan problematika dinamika
(26)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah
yang ingin diperoleh jawabannya dari penelitian ini adalaha sebagai berikut:
1. Tuntutan seorang mahasiswa bidikmisi yang harus aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan membuat mahasiswa bidikmisi mengalami masalah
pergaulan dengan rekan satu kelasnya, sehingga mereka mendapat
sebutan sebagai mahasiswa yang individualis di kelas.
2. Mahasiswa bidikmisi tidak nyaman dengan pendapat bahwa, mahasiswa
bidikmisi harus memiliki prestasi lebih tinggi dari mahasiswa reguler
atau mahasiswa bidikmisi harus bisa menjadi mahasiswa berprestasi.
Sehingga mahasiswa bidikmisi terbebani dengan tuntutan prestasi yang
diberikan kepada mereka.
3. Beberapa mahasiswa bidikmisi tidak layak mendapatkan beasiswa
tersebut. Karena sebagian dari mereka mempunyai kehidupan yang serba
terpenuhi dan hal ini berbanding terbalik dengan visi dan misi beasiswa
bidikmisi yang seharusnya ditujukan bagi mahasiswa kurang mampu.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti
hanya berfokus kepada dinamika kehidupan mahasiswa penerima beasiswa
bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri Yogyakarta.
(27)
ekonomi, dinamika psikologis dan dinamika pendidikan mahasiswa
bidikmisi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah dinamika kehidupan mahasiswa penerima
beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika kehidupan
mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi di Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
F. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan
kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis:
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu sekaligus sebagai bahan untuk penelitian-penelitian
selanjutnya, serta dapat menambah wawasan dan pemahaman pembaca
tentang dinamika kehidupan mahasiswa penerima bantuan pendidikan
(28)
2. Manfaat Praktis :
a. Bagi mahasiswa penerima bidikmisi, penelitian ini diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam mengatasi masalah dinamika
kehidupannya. Membantu mengatasi prestasi belajar mahasiswa
yang belum memuaskan. Serta dapat membantu masalah pribadi
sosial mahasiswa bidikmisi.
b. Bagi orang tua/ Wali, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
membantu orang tua atau wali mahasiswa bidikmisi dalam
memberikan pengawasan dan perhatian yang tepat bagi anak.
Dengan demikian anak akan dapat mengerti dan memahami
perannya sebagai seorang mahasiswa.
c. Bagi dosen BK, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui dinamika kehidupan yang terjadi pada mahasiswa
bidikmisi. Serta dapat ikut serta membantu dalam pemberian layanan
bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
(29)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Beasiswa Bidikmisi
1. Dasar / Pengertian Bidikmisi
Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran, hak
setiap warga Negara tersebut telah dicantumkan dalam Pasal 31 (1)
Undang-Undang Dasar 1945 (Ditjen Dikti,2012:1). Berdasarkan pasal
tersebut dijelaskan pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi, dan
masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dalam menyelenggarakan pendidikan
Setiap individu dituntut untuk mampu mengeluarkan dana yang cukup
banyak. Oleh karena itu pemerintah melalui derektorat pendidikan
memberikan bantuan biaya pendidikan bagi individu kurang mampu
dalam segi ekonomi serta individu yang memiliki potensi prestasi
akademik yang bagus melalui program bantuan biaya pendidikan yang
disebut beasiswa bidikmisi.
Beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mendukung pemberian bantuan biaya pendidikan seperti yang dituliskan
dalam pedoman bidikmisi Ditjen Dikti (2012) diantaranya:
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 (1.c), menerangkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
(30)
mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Pasal 12 (1.d), menyebutkan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, bagian kelima, Pasal 27 ayat (1), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya kurang mampu membiayai pendidikannya. Pasal 27 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Pasal 53A yang menegaskan bahwa satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib menyediakan beasiswa bagi peserta didik berkewarganegaraan Indonesia yang berprestasi dan wajib mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah keseluruhan peserta didik baru.
Dari peraturan perundang-undangan yang sudah jelas diatas,
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun 2010 membuat program
bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa baru. Program bantuan
pendidikan tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa baru yang memiliki
potensi akademik yang memadai akan tetapi kurang mampu dalam segi
ekonomi untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Program
bantuan biaya pendidikan tersebut dinamakan program bantuan
pendidikan bidikmisi. Sesuai Permendiknas No 34 tahun 2010, mulai
(31)
dilakukan secara nasional dan secara mandiri. Oleh karena itu seleksi
penerimaan program bidikmisi diintegrasikan dengan SNMPTN, UMPN,
dan jalur seleksi secara mandiri oleh masing-masing perguruan tinggi
negeri (Ditjen Dikti, 2012:2).
Ditjen Dikti (2012:2) menerangkan dasar-dasar hukum dari beasiswa bidikmisi ini adalah:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
d. Program Kabinet Indonesia Bersatu II tahun 2009-2014
e. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2006 tentang Penghargaan bagi Siswa Berprestasi.
f. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
g. Peraturan Menteri Nomor 34 tahun 2010 tentang pola penerimaan mahasiswa baru program sarjana pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Ditjen Dikti (2012:3) menyebutkan misi dari beasiswa bidikmisi
ini adalah sebagai berikut:
a. Menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan mempunyai potensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
b. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutuskan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
Ditjen Dikti (2012:3) menerangkan tujuan diselenggarakannya
program bantuan bidikmisi adalah untuk:
a. Meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa, khususnya mereka yang mengalami kendala ekonomi.
(32)
b. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar diperguruan tinggi bagi peserta didik yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.
c. Menjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai dan tepat waktu.
d. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kulikuler.
e. Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain untuk selalu meningkatkan prestasi.
f. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Ketentuan Umum Bidikmisi
Ditjen Dikti (2012:4) merumuskan beberapa poin dari ketentuan umum program bantuan pendidikan bidikmisi ini, yaitu:
a. Sasaran
Lulusan satuan pendidikan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2011 dan 2012 yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi.
b. Jangka waktu pemberian bantuan
Pemberian bantuan biaya pendidikan diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama 8 (delapan) semester, untuk program Diploma IV dan S1, dan selama 6 (enam) semester untuk program Diploma III. Sedangkan untuk program studi yang memerlukan pendidikan keprofesian atau sejenis, perpanjangan pendanaan difasilitasi oleh perguruan tinggi negeri (PTN) penyelenggara bidikmisi.
c. Peguruan tinggi penyelenggara
Penyelenggara program bidikmisi adalah seluruh perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu perguruan tinggi negeri (PTN). d. Harga satuan dan sumber dana
Harga satuan bantuan biaya pendidikan tahun 2012 adalah sebesar Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah) per mahasiswa per semester, yang terdiri atas bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa dan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola oleh perguruan tinggi negeri (PTN). Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(33)
1) PTN menyeleksi penerima bidikmisi sesuai kuota melalui pola: a) Seleksi nasional yang terdiri atas SNMPTN (undangan dan
ujian tulis).
b) Seleksi mandiri sesuai dengan ketentuan masing-masing perguruan tinggi negeri (PTN).
c) UMPN bagi Politeknik.
2) Persyaratan, mekanisme dan prosedur penerimaan melalui seleksi nasional SNMPTN mengikuti ketentuan panitia seleksi yang berlaku.
3) Pendistribusian kuota penerimaan masing-masing pola seleksi ditetapkan oleh PTN melalui surat keputusan pimpinan PTN yang ditembuskan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sebelum pola seleksi dilaksanakan dan dipublikasikan melalui media.
3. Ketentuan Khusus
Berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012:5) maka dapat
dirumuskan beberapa ketentuan khusus penyelenggaraan bantuan
pendidikan bidikmisi sebagai berikut:
a. Persyaratan
Persyaratan untuk mendaftarkan program bidikmisi tahun 2012
sebagai berikut:
1) Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2012.
2) Lulusan tahun 2011 yang bukan penerima bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing- masing perguruan tinggi negeri (PTN).
3) Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun. 4) Kurang mampu secara ekonomi sebagai berikut:
(34)
a) Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali sebesar-besarnya Rp3.000.000,00 setiap bulan.
b) Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp600.000,00 setiap bulannya.
c) Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.
5) Untuk peserta seleksi SNMPTN ujian tulis dan seleksi mandiri harus memiliki potensi akademik memadai, yaitu masuk dalam 30% terbaik di sekolah (semester 4 dan 5 bagi yang akan lulus tahun 2012 atau semester 5 dan 6 bagi lulusan tahun 2011). 6) Khusus SNMPTN jalur undangan hanya diperuntukkan bagi
yang akan lulus tahun 2012 serta memiliki prestasi akademik tinggi dan konsisten berdasarkan pemeringkatan oleh kepala sekolah, yaitu masuk di dalam peringkat terbaik di sekolah yang sama pada semester 3, 4 dan 5 dengan ketentuan berdasarkan akreditasi (akreditasi sekolah untuk SMA dan MA atau akreditasi jurusan/bidang keterampilan untuk SMK dan MK), dengan rincian sebagai berikut:
a) Akreditasi A: 50% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5.
b) Akreditasi B: 30% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5.
c) Akreditasi C: 15% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5.
d) Lainnya: 5% terbaik dan konsisten di semester 3, 4 dan 5. 7) Pertimbangan khusus diberikan kepada pendaftar yang
memenuhi persyaratan 1 s.d. 6, serta mempunyai prestasi ko-kurikuler maupun ekstra ko-kurikuler paling rendah peringkat ke-3 di tingkat kabupaten/kota atau prestasi non kompetitif lain yang tidak ada pemeringkatan (contoh ketua organisasi siswa sekolah/OSIS).
8) Potensi akademik dan prestasi yang dimaksud pada butir 5 dan 6 dinyatakan dengan surat rekomendasi Kepala Sekolah/Madrasah atau Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sesuai dengan lampiran 2.
9) Pendaftar difasilitasi untuk memilih seleksi nasional dan/atau seleksi mandiri apabila mendaftar ke:
a) Semua jenis seleksi nasional (SNMPTN undangan dan/atau ujian tulis)
b) Seleksi mandiri di 1 (satu) PTN dengan 2 (dua) program studi pilihan.
(35)
10) Memiliki kesehatan yang memadai sehingga tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran di perguruan tinggi.
11) Tidak buta warna bagi program studi tertentu.
b. Penggunaan Dana
1) Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa sekurang-kurangnya sebesar Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) per bulan yang ditentukan berdasarkan Indeks Harga Kemahalan daerah lokasi perguruan tinggi negeri (PTN).
2) Bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan yang dikelola perguruan tinggi negeri (PTN) sebanyak-banyaknya Rp2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) per semester per mahasiswa. Dalam pelaksanaannya PTN dapat melakukan subsidi silang antar program studi.
3) Kelebihan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan digunakan untuk pembinaan mahasiswa penerima melalui berbagai bentuk kegiatan penunjang (seperti: pembinaan karakter / pelatihan kewirausahaan dan sejenisnya) yang sepenuhnya diatur oleh perguruan tinggi negeri (PTN).
4) PTN menetapkan besaran bantuan biaya hidup dan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan melalui SK Rektor/Direktur/Ketua.
5) Kekurangan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN), ditanggung oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. PTN dapat mengupayakan dana dari sumber/pihak lain.
6) perguruan tinggi negeri (PTN) memfasilitasi penyediaan dana, sarana dan prasarana belajar mengajar kepada penerima bidikmisi dengan sumber bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bidikmisi atau sumber lain yang relevan.
7) Ditjen Dikti membebaskan biaya pendaftaran seleksi nasional bagi pendaftar bidikmisi.
8) perguruan tinggi negeri (PTN) membebaskan biaya pendaftaran seleksi mandiri bagi pendaftar bidikmisi.
9) Semua penggunaan dana harus dilaporkan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sesuai penjelasan dalam Bab VI.
(36)
4. Mekanisme Seleksi
Berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012:7) maka
mekanisme seleksi program beasiswa bidikmisi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Tata Cara Pendaftaran
Tata cara pendaftaran bidikmisi melalui SNMPTN, UMPTN
atau seleksi mandiri perguruan tinggi berdasarkan buku pedoman
bidikmisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012).
b. Seleksi Nasional
1) Perguruan tinggi negeri (PTN) melakukan seleksi terhadap penerima rekomendasi bidikmisi yang merupakan lulusan seleksi nasional (SNMPTN jalur undangan/ujian tulis) atau UMPN sesuai persyaratan dan kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing PTN.
2) Seleksi ditentukan oleh masing-masing PTN dengan memprioritaskan pendaftar yang paling tidak mampu secara ekonomi, pendaftar yang mempunyai potensi akademik yang paling tinggi, urutan kualitas sekolah, dan memperhatikan asal daerah pendaftar. Untuk memastikan kondisi ekonomi pendaftar, akan lebih baik kalau PTN melakukan kunjungan ke alamat pendaftar
3) Kunjungan ke alamat pendaftar dapat dilakukan dengan mendayagunakan mahasiswa PTN yang bersangkutan atau PTN dari domisili pendaftar dengan mekanisme yang disetujui bersama.
(37)
4) Hasil seleksi nasional calon mahasiswa diumumkan oleh panitia seleksi nasional dan diinformasikan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi manajemen bidikmisi.
c. Seleksi Mandiri
Perguruan tinggi negeri (PTN) dapat melakukan seleksi bidikmisi
melalui seleksi mandiri perguruan tinggi dengan ketentuan:
1) PTN melakukan seleksi terhadap pendaftar menggunakan jalur, persyaratan dan kriteria khusus yang ditetapkan oleh masing-masing PTN.
2) Seleksi ditentukan oleh masing-masing PTN dengan memprioritaskan pendaftar yang paling tidak mampu secara ekonomi, pendaftar yang mempunyai potensi akademik yang paling tinggi, urutan kualitas Sekolah, dan memperhatikan asal daerah pendaftar. Untuk memastikan kondisi ekonomi pendaftar, dianjurkan kalau PTN melakukan kunjungan ke alamat pendaftar. Disamping itu dapat juga dilakukan verifikasi dan rekomendasi oleh penerima bidikmisi sebelumnya.
3) Apabila diperlukan tes lokal yang memerlukan kehadiran fisik pendaftar, maka seluruh biaya untuk mengikuti proses seleksi mandiri termasuk biaya transportasi dan akomodasi ditanggung oleh PTN yang bersangkutan.
4) Hasil seleksi calon mahasiswa diumumkan oleh Rektor/Direktur /Ketua atau yang diberi wewenang melalui media yang dapat diakses oleh setiap pendaftar dan diinformasikan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi manajemen bidikmisi.
5. Pengelolaan dan Pemberhentian Beasiswa Bidikmisi
Berdasarkan buku pedoman bidikmisi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Ditjen Dikti, 2012:12) maka
pengelolaan dan pemberhentian pemberian beasiswa bidikmisi kepada
(38)
a. Pengelola
1) Pengelola bidikmisi di perguruan tinggi negeri (PTN )terdiri atas unsur pengelola akademik dan pengelola bidang Kemahasiswaan.
2) Rektor/Direktur/Ketua PTN menerbitkan surat keputusan tentang pengelolaan program bidikmisi, yang bertugas memperlancar pelaksanaan rekrutmen/seleksi, melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi internal penerima bidikmisi serta pelaporannnya.
b. Dana
1) Dana untuk mahasiswa lama (on-going) perguruan tinggi negeri (PTN) di bawah Kemdikbud dialokasikan melalui DIPA masing-masing PTN dan Kemenag melalui kontrak antara Ditjen Dikti dengan PTN per semester atau per tahun anggaran. 2) Penyaluran dana untuk mahasiswa baru dilakukan melalui
kontrak antara Ditjen Dikti dengan PTN per semester atau per tahun anggaran.
3) PTN menyalurkan bantuan biaya hidup kepada mahasiswa per bulan atau maksimal 3 (tiga) bulan terhitung dari awal kalender akademik yang diberikan pada awal periode penyaluran melalui rekening bank yang ditunjuk. PTN berkewajiban memfasilitasi pembuatan rekening untuk masing masing penerima.
4) Penyaluran bantuan biaya hidup mahasiswa on-going (sesuai nominal yang ditentukan) dilakukan oleh KPPN setempat melalui transfer ke rekening mahasiswa sesuai permintaanRektor/Direktur/Ketua PTN. Sedangkan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikandisalurkan ke rekening PTN. 5) Pada kondisi tertentu PTN/KPPN dapat menyalurkan dana
bantuan tidak sesuai dengan butir (3) di atas, dengan pemberitahuan kepada Ditjen Dikti.
6) Rektor/Direktur/Ketua PTN menerbitkan surat keputusan tentang bantuan biaya hidup yang diberikan kepada mahasiswa; 7) Untuk penyelenggaraan program bidikmisi, PTN dapat
mengalokasikan dana pengelolaan bersumber dari DIPA perguruan tinggi atau sumber lain yang relevan.
8) PTN membuat kesepakatan penentuan besaran dan periode
bantuan biaya hidup dengan PTN dalam
(39)
c. Pembinaan
1) Setelah proses penetapan, perguruan tinggi negeri (PTN) memfasilitasi kedatangan pertama kali mahasiswa baru penerima bidikmisi yang berasal dari luar kota dalam bentuk penggantian biaya perjalanan/kedatangan dan biaya akomodasi sementara (resettlement). Kelebihan dana dapat digunakan untuk biaya pengelolaan.
2) Ditjen Dikti menyediakan dana dimaksud yang diberikan bersamaan dengan kontrak untuk mahasiswa baru.
3) PTN memfasilitasi dan mengupayakan agar penerima bidikmisi lulus tepat waktu dengan prestasi yang optimal.
4) PTN mendorong mahasiswa penerima bidikmisi untuk terlibat di dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler serta kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk pembinaan karakter dan atau kecintaan kepada bangsa dan Negara.
5) Perguruan tinggi membuat perjanjian atau kontrak dengan mahasiswa penerima bidikmisi yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak termasuk ketaatan mahasiswa terhadap peraturan perguruan tinggi terkait program bidikmisi dan sanksi-sanksi terhadap pelanggarannya.
6) Penerima Bidikmisi yang merencanakan cuti wajib mengajukan ijin pada pengelola bidikmisi PTN selambat-lambatnya 1 (satu) semester sebelumnya.
7) Penerima bidikmisi yang mengundurkan diri dapat digantikan oleh mahasiswa yang memenuhi persyaratan penerima bidikmisi dari angkatan yang sama dan ditetapkan melalui SK Rektor/Pimpinan PT.
8) Penggantian penerima dilaporkan ke Ditjen Dikti melalui sistem informasi yang sudah disediakan.
d. Penghentian Bantuan
Perguruan tinggi negeri (PTN) dapat menerbitkan ketentuan
khusus tentang penghentian pemberian bantuan. Secara umum
pemberian bantuan dihentikan apabila mahasiswa penerima:
1) Terbukti memberikan keterangan yang tidak benar atau melakukan pelanggaran administratif pada berkas yang disampaikan.
2) Tidak memenuhi persyaratan akademik yang ditetapkan oleh perguruan tinggi penyelenggara.
(40)
3) Melakukan pelanggaran terhadap tata tertib kehidupan kampus dan peraturan lain yang berlaku di perguruan tinggi penyelenggara.
4) Divonis pengadilan melakukan pelanggaran terhadap Hukum Negara Republik Indonesia dengan hukuman setidak-tidaknya 2 (dua) tahun.
5) Mengundurkan diri. 6) Meninggal dunia.
e. Pelanggaran Peraturan dan Sangsi
Hal yang dimaksud pelanggaran peraturan adalah sebagai berikut:
1) Telah memberikan keterangan yang tidak benar baik secara lisan atau tertulis.
2) Melakukan pemalsuan dokumen pendukung pendaftaran.
3) Mengundurkan diri setelah ditetapkan sebagai penerima bidikmisi karena diterima pada perguruan tinggi lain.
4) Terbukti tidak memenuhi syarat sebagai penerima bidikmisi. 5) Tidak menggunakan kesempatan yang telah diberikan sebagai
penerima bidikmisi sebelumnya.
Sedangkan sanksi yang diberikan dapat berupa hal sebagai berikut:
1) Teguran tertulis kepada pendaftar dan satuan pendidikan dari instansi terkait apabila terbukti melakukan pelanggaran butir (1), (2), (3), (4) dan (5). Surat tembusan akan dikirimkan pada Kepala Daerah kab / kota dan Propinsi.
2) Pencabutan status lulusan seleksi masuk PTN terhadap calon yang terbukti melakukan pelanggaran butir (1) dan (2).
3) Pengembalian biaya pendaftaran kepada negara dan pembatalan pemberian bidikmisi terhadap calon yang terbukti melakukan pelanggaran butir (5).
4) Pembatalan pemberian serta pengembalian bantuan biaya pendidikan dan bantuan biaya hidup kepada negara terhadap penerima bidikmisi yang terbukti melakukan pelanggaran butir (1), (2), (3) dan (4).
5) Untuk satuan pendidikan yang terbukti melakukan butir (1),(2),(3), (4) dan (5) diberikan pembatasan hak pendaftaran
(41)
pada seleksi nasional atau seleksi mandiri pada tahun berikutnya. Sanksi ini juga berlaku pada penerima bidikmisi tahun sebelumnya yang didapati melanggar.
B. Dinamika Kehidupan Mahasiswa 1. Kehidupan Mahasiswa
Menurut Soerjono Soekanto (1984:178) dalam kamus sosiologi,
definisi kehidupan adalah cara bertindak, bersikap dan berfikir yang
hampir sama dengan orang-orang yang menjadi anggota kelompok
masyarakat tertentu. Ini dilakukan secara berulang-ulang dalam
menghadapi masalah tertentu sehingga menjadi suatu keteraturan.
Nilai-nilai kehidupan menurut Spranger (Sumadi Suryobroto,
1988:103) dapat digolongkan menjadi enam lapangan nilai, dan ke enam
lapangan nilai itu dikelompokkan menjadi dua kelompok. Yaitu:
a. Lapangan nilai, manusia sebagai individu:
1) Lapangan pengetahuan
2) Lapangan ekonomi
3) Lapangan kesenian
4) Lapangan keagamaan
b. Lapangan nilai, manusia sebagai anggota masyarakat:
1) Lapangan kemasyarakatan
(42)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kehidupan adalah cara berfikir, bertindak, serta bersikap sesuai dengan
nilai atau norma kehidupan yang berlaku pada kelompok secara
berulang-ulang dan menjadi suatu keteraturan.
Mahasiswa merupakan masyarakat atau kelompok masyarakat
yang secara formal menganyam pendidikan tinggi di perguruan tinggi. Yahya Ganda (1987:10) mengatakan bahwa “mahasiswa diartikan sebagai pelajar yang menimba ilmu pengetahuan tinggi, dimana pada
tingkat ini mereka dianggap memiliki kematangan fisik dan
perkembangan pemikiran yang luas, sehingga dengan nilai lebih tersebut
dapat memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri serta lebih bisa
bertanggung jawab terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam wacana ilmiah”.
A.M. Fatwa (Anggia Yuliandra M.N., 2013) menerangkan bahwa
mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai peran
strategis dalam kancah pembangunan bangsa, dikarenakan mahasiswa
merupakan bagian dari integral masyarakat tertentu yang mampu
menganyam pendidikan formal tingkat tinggi.
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 60 Tahun 1990 Tentang
Perguruan Tinggi ditegaskan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik
yang terdaftar secara sah pada Perguruan Tinggi. Tujuan manusia
Menurut Yahya Ganda (1987:1) ialah untuk “mencapai dan meraih taraf keilmuan yang matang, menguasai sesuatu ilmu, serta memiliki wawasan
(43)
ilmiah yang luas, sehingga mampu bersikap dan bertindak ilmiah dalam
segala hal yang berkaitan dengan keilmuannya untuk diabdikan kepada masyarakat secara luas ataupun khusus”.
Dari beberapa pengertian mahasiswa diatas peneliti
menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang
mempunyai peran penting dalam proses pembangunan bangsa yang
secara sah terdaftar sebagai peserta didik pada Perguruan Tinggi yang
memiliki wawasan luas sehingga mampu mengabdikan dirinya secara
bertanggung jawab terhadap sikap dan perilakunya kepada pembangunan
bangsa dan Negara.
Kehidupan mahasiswa tentunya tidak jauh dari yang namanya
perguruan tinggi atau kapus. Perguruan tinggi merupakan tempat dimana
mahasiswa menuntut ilmu dan menyalurkan segala bakat minatnya pada
bidang akademik maupun non akademik yang telah disediakan oleh
perguruan tinggi. Menurut Taliduhu Ndraha (1999:56) Perguruan Tinggi
adalah suatu instansi yang dipandang sebagai suatu proses, yaitu suatu
proses produksi dimana perguruan tinggi memiliki peran dalam
memproduksi mahasiswa yang siap dalam memasuki dunia kerja dan
masyarakat, serta altar berbagai temuan ilmiah dan inovasi teknologi.
Proses produksi ini digunakan dalam proses edukasi dan pengabdian
masyarakat dan negara.
Perguruan tinggi adalah tempat berkumpulnya pelajar terdidik
(44)
nafas dan roh perguruan tinggi dimana mereka sebagai penggerak dan
pemberi sumbangsih yang dominan dari keberhasilan dan kemajuan
perguruan tinggi, melalui prestasi mahasiswa perguruan tinggi dapat
dikatakan sukses dalam pmbinaan kegiatan belajar mengajarnya.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1990
mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan
tinggi tertentu. Knopfemacher (Sarlito Wirawan Sarwono, 1978)
mengatakan mahasiswa merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam
keterlibatanya dengan perguruan tinggi, di didik dan di harapkan menjadi
calon-calon intelektual. Sarlito Wirawan Sarwono (1978) sendiri
mengatakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi
terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia
sekitar 18-30 tahun. Dari pengertian mahasiswa diatas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang belajar dan terdaftar secara
resmi di sebuah perguruan tinggi yang dididik sebagai calon sarjana dan
sebagai calon intelektual.
Menurut Hermanto S.P. (2010) “Mahasiswa sebagaimana statusnya adalah pelajar atau peserta didik yang memiliki tugas utama
untuk belajar, dalam arti mereka seharusnya banyak membaca, membuat
karya yang merupakan penemuan, pengembangan atau kreasi dari yang
mereka pelajari dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka memiliki kemampuan berprestasi dan memiliki keunggulan kompetitif”. Jadi sangat jelas diterangkan bahwa peran mahasiswa adalah sebagai
(45)
tolak ukur pembangunan dan ujung tombak suatu instansi dalam
menunjukan bukti konsistensinya dalam pembinaan dan mencetak
generasi baru yang sukses.
Assael Henry (2002:294) mengatakan mahasiswa sebagai
konsumen memiliki karakteristik tertentu yaitu salah satunya adalah gaya
hidup. Gaya hidup ini merupakan tolak ukur dimana kita dapat melihat
bagaimana setiap individu banyak menghabiskan aktifitasnya, apa yang
menjadi ketertarikan individu terhadap lingkungannya (interest), dan
yang berhubungan dengan masalah pribadi maupun masalah sosial
(opini). Gaya hidup yang ditampilkan antara tingkatan sosial satu dengan
yang lainnya dalam banyak hal tidak selalu sama. Bahkan kecenderungan
tiap-tiap tingkatan sosial memiliki gaya hidupnya sendiri-sendiri. Mulai
dari cara bertutur kata, cara berpenampilan, pemanfaatan waktu luang,
serta pemilihan akan pendidikan (D.J. Narwoko & B. Suyanto, 2004 :
163).
Terjadinya tingkatan sosial, budaya, agama, suku, ras dsb. yang
berbeda–beda pada perguruan tinggi khususnya mahasiswa tentunya akan menimbulkan permasalahan bagi kehidupan mahasiswa pada umumnya.
Beberapa hal negatif yang biasanya timbul adalah perkelahian,
mabuk-mabukan, begadang sampai malam, memasukkan tamu lawan jenis
kedalam kamar sampai larut malam, pencurian, dsb. Menurut M.
(46)
terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar tempat tinggal mahasiswa
ataupun kebiasaan buruk yang masih dibawa dari daerahnya.
Banyaknya animo individu dari luar kota untuk melanjutkan
pendidikan hingga Perguruan Tinggi terutama di Yogyakarta tentunya
berdampak pada makin meningkatnya pemesanan kos ataupun kontrakan.
Ini didukung juga dari kebijakan Perguruan Tinggi yang tidak
sepenuhnya menyediakan tempat tinggal buat mahasiswanya. Hal inilah
yang memberikan peluang bagi masyarakat sekitar Perguruan Tinggi
untuk menyediakan tempat penginapan, kos, ataupun kontrakan.
Kos atau kontrakan adalah tempat tinggal yang biasa dicari
mahasiswa yang berasal dari luar kota. Kehidupan anak kos identik
dengan kehidupan yang mandiri dimana mereka jauh dari orang tua dan
keluarganya. Kehidupan kos identik dengan kehidupan bebas itu
dikarenakan mereka bebas melakukan aktifitas apapun tanpa
sepengetahuan dari orang tua.
Kehidupan anak kos yang berasal dari daerah lain atau pendatang
berbeda dengan kehidupan tempat tinggal daerah asal mereka. Ini dapat
dilihat dari segi sosial, budaya, bahkan ekonomi mereka. Dengan
demikian individu haruslah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan yang baru tetapi tidak melupakan budaya baik yang berasal
(47)
Kehidupan anak kos yang jauh dari orang tau mengakibatkan
individu melakukan sesuatu yang sesuai keinginannya sendiri. Mereka
yang tidak bisa mengendalikan perilakunya sebagai anak kos yang baik
berpotensi lebih besar terjerumus dalam pergaulan bebas. Hal ini juga
didororong dari tidak berlakunya jam kunjung tamu dan jam keluar
masuk kompleks kos. Kos yang baik adalah kos memberlakukan jam
kunjung tamu sesuai ketentuan dari aparatur desa serta pemberlakuan
membawa teman kos lawan jenis untuk masuk kamar individu penghuni
kos.
Selain dari sisi peraturan kos sendiri, bagi penghuni kos yang
memiliki uang lebih mereka cenderung akan berfoya-foya dengan uang
yang mereka miliki kalau individu tersebut tidak memiliki control diri
yang baik.
Dalam hal ini orang tua beserta pemilik kos sangat penting
perannya. Orang tua yang memberikan perhatian dan pantauan dapat
setidaknya meminimalkan perilaku individu yang nantinya berakibat
tidak baik. Nasehat, komunikasi, serta arahan yang selalu diberikan
seharusnya selalu dilakukan orang tau supaya anak masih dalam arahan
yang baik, serta dimungkinkan orangtua juga dapat mengetahui kegiatan
apa saja yang dilakukan anak.
Bagi pemilik kos sendiri pembatasan jam tamu serta larangan
penghuni kos memasukkan teman lawan jenisnya kedalam kamar juga
(48)
menyimpang dari individu penghuni kos itu sendiri. Koordinasi yang
baik dengan lingkungan sekitar, Ketua RT setempat juga dibutuhkan
dalam membatasi akses keluar masuk orang yang akan bertamu.
2. Dinamika Sosial
Individu atau remaja pada dasarnya berada dalam situasi sosial.
Situasi sosial yang merangsang individu sehingga individu bertingkah
laku (Siti Partini, 1984:16). Siti Partini (1984:18) mengungkapkan
bahwa hubungan manusia satu dengan manusia yang lain berada dalam suatu situasi yang disebut “situasi sosial”. Dalam situasi sosial terdapat empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungan sosialnya,
Yaitu individu dapat bertentangan dengan lingkungan sosialnya, individu
dapat menggunakan lingkungan sosialnya, individu dapat berpartisipasi
dengan lingkungan sosialnya, individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya (Abu Ahmadi, 2002:77).
Situasi sosial merupakan suatu kondisi tertentu dimana
berlangsung hubungan antara individu satu dengan individu lain atau
saling terjadi hubungan antara dua individu atau lebih (Siti Partini,
1984:18). Situasi sosial ini dapat dibedakan atas:
a. Togetherness situation atau situasi kebersamaan yaitu situasi dimana
sejumlah individu berkumpul. Situasi ini berupa situasi dimana
(49)
b. Group situation disebut juga situasi kelompok atau kelompok sosial.
Ini merupakan bentuk situasi sosial dimana terdiri dari dua atau lebih
kindividu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok
itu.
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:137) pada usia remaja
pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya sudah bertambah
luas dan komplek dibandingkan dengan masa sebelumnya. Perluasan
intelektual juga banyak didapat remaja dari interaksinya dalam
berdiskusi, berdebat memecahkan masalah denga kelompoknya. Rita,
dkk. menambahkan dalam bahwa dalam pergaulan agar seorang remaja
dapat diterima kelompok sosialnya dengan baik diperlukan kompetensi
sosial berupa kemampuan dan keterampilan dalam berhubungan dengan
orang lain.
Keberhasilan dalam hubungan kelompok sosial akan menambah
rasa percaya diri pada diri remaja, dan ditolak dalam kelompok
merupakan hukuman yang paling berat bagi remaja, oleh karenanya
setiap remaja akan berusaha untuk selalu diterima dengan baik oleh
kelompok sosialnya. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:138)
penerimaan sosial kelompok sangat tergantung oleh: kesan pertama
perkenalan, penampilan yang menarik, partisipasi sosialnya, perasaan
(50)
Dalam kehidupan sosial remaja, perkembangan pola orientasi
sosialnya mengikuti suatu pola tertentu. Broson (Rita Eka Izzaty, dkk.
2008:138) menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:
a. Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang memiliki
kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia
lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak yang expansive
suka menjelajah, mudah bergaul dengan orang lain sehingga
pergaulanya luas.
b. Reactive vs Aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang
tinggi sehingga mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang
aplacidity mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli dengan kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.
c. Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti
kegiatan sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota
kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai
kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-temannya
sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin.
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian
(51)
Izzaty, dkk. 2008:139). Rita Eka Izzaty, dkk. menambahkan tugas
perkembangan sosial remaja memiliki tujuan antara lain:
a. Memperluas kontak sosial
Remaja cenderung memilih teman yang memiliki nilai-nilai yang
sama, yang dapat memahami, membuiat rasa aman, dan mereka
dapat mempercayakan pembicaraan yang tidak dapat mereka
ungkapkan kepada orang tua
b. Mengembangkan identitas diri
Dalam kehidupan remaja, pola pikir seorang remaja cenderung ingin
menjawab pertanyaan tentang jati diri dan bagaimana dirinya
menjadi diri yang diharapkan.
c. Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d. Belajar menjadi orang dewasa
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari tugas
perkembangan sosial remaja adalah untuk memperluas kontak dengan
sosial sehingga remaja dapat mengembangkan identitas dirinya agar
dapat menjadi diri yang diharapkan sesuai dengan kematangan sosial
guna belajar untuk menjadi orang dewasa yang mampu diterima dengan
baik pada lingkungan atau kelompok sosialnya.
Dalam kehidupan bersosial remaja, sikap merupakan masalah
(52)
seseorang yang merupakan keseluruhan dari interaksi seseorang terhadap
orang lain atau objek tertentu yang saling berhubungan (Siti Partini,
1984:74). Dijelaskannya lagi sikap terbentuk dari berbagai macam faktor
dan didalamnya faktor lingkungan sosial dan kebudayaan memberikan
pengaruh besar terhadap masisng-masing individu, sehingga lingkungan
sosial dan kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan tingkahlaku
ataupun sikap yang berbeda pula.
Sikap merupakan kesiapan merespon secara konsisten dalam
bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi (John Harvey dan
William Smith, dalam Abu Ahmadi 2002:164). Sikap merupakan
tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan objek psikologi seperti: simbol, kata-kata, slogan,
orang, lembaga, ide, dsb. orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap
objek apabila dia suka atau memiliki sikap yang favorable. Dan
sebaliknya apabila individu tidak suka maka dia akan memiliki sikap
negatif atau unfavorable terhadap objek (Thurstone, dalam Abu Ahmadi,
2002:163).
Zimbarbo dan Ebbesen (Abu Ahmadi, 2002:163) menerangkan
bahwa sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh)
terhadap seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen
cognitive, affective, dan behavior. Sedangkan menurut D. Krech dan RS. Crutchfield (Abu Ahmadi, 2002) menjelaskan bahwa sikap adalah
(53)
organisasi yang tetap dari proses motifasi, emosi, persepsi, atau
pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
Menurut Siti Partini sikap bukan pembawaan dari lahir melainkan
hasil pengaruh dari lingkungan yang berarti sikap ini dapat dipelajari.
Pengaruh lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan kebuidayaan,
lingkungan sosial, lingsungan pendidikan dan sebagainya. Siti Partini
(1984:82) menjelaskan pembentukan dan perubahan sikap timbul karena
stimulus, terbentuknya sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma kelompok, golongan
agama, dan adat istiadat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan
pembawaan dari interaksi dengan individu lain atau kelompok sosial
berupa respon dalam bentuk positif dan negatif yang dipengaruhi oleh
objek tertentu seperti cognitive, affective dan behavior yang
mempengaruhi emosi, motifasi, serta persepsi individu sehingga
menghasilkan tingkah laku yang disebut sikap.
Dalam diri individu ada sesuatu yang menentukan perilaku yang
bekerja dengan cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut,
penentu perilaku ini disebut dengan motif (Siti Partini, 1984:105). Siti
Partini menambahkan lagi motif merupakan sesuatu yang menimbulkan
perilaku pada organisme, motif tidak sealalu dapat diamati dari perilaku,
atau dapat dikatakan bahwa perilaku yang nampak tidak selalu
(54)
memahami mengapa orang lain melakukan suatu hal kalau seseorang itu
mampu memahami motif yang mendasarinya.
Menurut Landzey Hall dan Thomson (Siti Partini, 1984:105)
motif adalah sesuatu yang menimbulkan tingkah laku. Menurut Atkinson
(Siti Partini, 1984:105) motif adalah disposisi laten yang berusaha
dengan sekuat tenaga menuju ke tujuan tertentu, tujuan ini bisa berupa
prestasi, ifiliasi ataupun kekuasaan.
Gerungan (Siti Partini, 1984:105) menerangkan bahwa motif
adalah penggerak atau pendorong dalam diri seseorang manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Abu Ahmadi (2002:191) menjelaskan
motif sebagai dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan, motif
menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan
respon dengan keadaan dorongan tertentu, dan apabila dorongan dasar itu
bersifat bawaan maka motif itu hasil proses belajar.
Melihat pengertian motif dari beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang mampu membentuk tujuan
seseorang sehingga mengakibatkan seseorang memiliki tingkah laku
tertentu untuk mewujudkan tujuannya. Motif timbul karna adanya
kebutuhan kebutuhn sosial ataupun kebutuhan prinadi. Kebutuhan sosial
ini meliputi interaksi denga kelompok lain, organisasi, dan lain lain.
Dalam menjalin hubungan sosial tentunya seseorang tidak ingin
(55)
dengan prasangka sosial. Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif
yang diperlihatkan individu atau kelompok terhadap individu lain atau
kelompok lain (Siti Partini, 1984:120). Lebih lanjut Siti Partini (1984)
mengatakan prasangka timbul dari adanya dimana perbedaan ini
menimbulkan perasaan superior. Perbedaan yang dimaksud meliputi:
perbedaan fisik, lingkungan geografis, kekayaan, status sosial,
kepercayaan/agama, dan norma sosial. Prasangka juga timbul karena
kesan menyakitkan atau pengalaman yang tidak menyenangkan.
Prasangka juga timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi
pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan tertentu.
Menurut Siti Partini (1984:129) prasangka pada diri seseorang
atau kelompok itu dapat dihilangkan sesuai derajat atau tebal tipisnya
prasangka. Karena sebenarnya prasangka itu adalah salah sangka atau
miss komunikasi. Oleh karena itu prasangka dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan beberapa cara berikut:
a. Usaha preventif: usaha dimana kita mencegah agar diri sendiri atau
kelompok terkena prasangka dari orang lain atau melakukan
prasangka pada orang lain. Menciptakan suasana yang damai,
tenteram, dan jauh dari rasa permusuhan.
b. Usaha curatif: usaha untuk menyembuhkan orang lain yang terkena
prasangka. Usaha disini berupa menyadarkan orang yang terkena
(56)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa prasangka atau
perilaku prasangka itu dapat kita cegah dan kita hilangkan, terutama
semuanya harus melalui kesadaran oleh setiap manusia yang mengerti
akan kaidah hidup bersosialisasi atau hidup bersosial.
Dalam kehidupan remaja, penerimaan diri pada komunitas atau
kelompok sisoal merupakan hal yang penting. Penolakan terhadap remaja
oleh lingkungan sosial atau kelompok merupakan kegagalan dalam
membina hubungan baik remaja dengan kelompoknya. Menurut Hurlock
(Rita Eka Izzaty, dkk. 2008:142) faktor yang mempengaruhi penerimaan
sosial remaja adalah:
a. Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira.
b. Memiliki reputasi sebagai orang yang suportif, menyenangkan. c. Penampilan diri sesuai dengan penampilan teman sebaya.
d. Perilaku sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan dengan orang lain, bijaksana serta berperilaku sopan.
e. Matang, terutama dalam pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan kelompok.
f. Memiliki sikap kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti sifat-sifat jujur, setia, tidak mementingksn diri sendiri dan terbuka.
g. Status ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota lain dalam kelompok dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
h. Tempat tinggal yang dekat dengan anggota kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahawa faktor yang
(57)
adalah seorang remaja hendaknya memiliki sikap yang menyenangkan,
matang dalam pengendalian diri atau pengendalian emosinya, jujur dan
bertanggung jawab atas dirinya dan kelompok sosialnya, serta
mempunyai penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya sehingga
menimbulkan rasa aman dan menyenangkan bagi lingkungan atau
kelompok sosialnya.
Kehidupan sosial bukan hanya terjadi dalam lingkup organisasi
ataupun kelompok saja. Kehidupan sosial yang banyak ditemui dalam
ruang lingkup kehidupan sosial remaja adalah kehidupan sosial dengan
lawan jenis, atau bisa disebut dengan ketertarikan antar pribadi atau
ketertarikan antar lawan jenis atau persahabatan. Masa remaja adalah
masa dimana seseorang mulai mengenal lawan jenis sebagai teman
akrabnya baik yang sebagai teman akrab atau teman yang mereka sukai.
Dalam kehidupan remaja kebanyakan orang sudah mengalami masa
dimana ketertarikan kepada lawan jenis yang menumbuhkan rasa cinta
ataupun sebaliknya dimana pada masa remaja mengalami penolakan atau
dibenci.
Persahabatan merupakan konsep sosial yang murni, dimana
persahabatan atau hubungan sosial antar remaja menuntut pemeliharaan
dalam semua interaksinya, interaksi yang mengabaikan pemeliharaan
akan mempengaruhi keharmonisan persahabatan atau hubungan (Siti
Partini, 1984:140). Siti Partini (1984:14) menerangkan bahwa
(58)
hanya berhubungan sebagai teman biasa akan berkembang menjadi
persahabatan karena adanya persamaan diantara keduanya, misalnya:
hoby, pola berfikir yang sama, keinginan atau cita-cita, nasib, dsb.
Persahabatan dan hubungan pertemanan sebenarnya hampir sama,
Menurut Suzanne Kurth (Siti Partini, 1984:14) Persahabatan adalah suatu
hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap
individu sebagai suatu kesatuan. Sedangkan hubungan pertemanan
adalah hasil dari suatu hubungan formal dan suatu tingkat permulaan
didalam perkembangan suatu persahabatan. Artinya hubungan
pertemanan merupakan permulaan dari lahirnya hubungan persahabtan,
dan hubungan pertemanan hanya bersifat formal dalam ruang lingkup
sosial yang luas dan tidak masuk pada hubungan intim antar individu.
Tak hanya sebatas hubungan antar sosial dan kelompok saja,
kehidupan sosial remaja juga terdiri dari kehidupan sosial dalam
keluarga. Keluarga merupankan unit sosial terkecil dari kehidupan sosial
dalam masyarakat. Dalam keluarga terdiri dari ayah sebagai kepala
keluarga, ibu sebagai ibu rumah tangga, anak sebagai anggota keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial terkecil sebagai landasan seorang
individu belajar dalam hidup bersosial dalam interaksi sosial kecil antar
sesama anggota keluarga.
Dalam lingkungan keluarga tugas orang tua yang paling utama
adalah mendidik anaknya. Sedangkan tugas utama seorang anak adalah
(59)
keberhasilan anak dalam karirnya salah satunya adalah dukungan orang
tua. Dukungan yang baik dan doa yang baik kepada anak akan memberi
motifasi dan semangat belajar bagi anak. Menurut J. Verkuyl (Siti
Partini, 1984:152) Keluarga yang memberikan rasa aman, damai, kasih
sayang, cinta dan kemesraan kepada anggota keluarganya akan
mempengaruhi anak dalam perkembangan pendidikan dan karirinya.
Karena anak akan merasa tentram dan damai serta tidak merasa kesepian
apabila mengalami masalah dengan lingkungan belajarnya.
Perkembangan anak sangat dipengaruh oleh peran orang tua
dalam memperlakukan anak. Abu Ahmadi (2002:247) menjelaskan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan remaja.
a. Perimbangan perhatian
Yang dimaksud perimbangan perhatian adalah perimbangan
perhatian dari orang tua atas tugas- tugasnya. Tugas yang diberikan
pada anak harus seimbang dan sesuai dengan porsinya. Artinya anak
membutuhkan staabilitas keluarga, pendidikan, serta pemeliharaan
psikis dan religiusitas.
b. Keutuhan keluarga
Kecenderungan keluarga broken home perhatian terhadap anaknya
kurang. Sehingga anak kurang kasih sayang dari keluarganya hal ini
(60)
c. Status sosial
Status sosial mempengaruhi tingkah laku dan pengalaman anak.
Status sosial adalah kedudukan orang tua dalam kelompok atau
lingkungan masyarakat. Secara sederhana status sosial di indonesia
dapat dibagi menjadi petani, pegawai, angkatan bersenjata,
pedagang. Dalam hal ini memiliki kaitan dengan keadaan ekonomi
keluarga. Keluarga yang memiliki penghasilan cukup akan lebih
mampu memberikan kebutuhan bagi anaknya, begitu sebaliknya.
d. Besar kecilnya keluarga
Besar kecilnya keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Pada keluarga besar anak sudah biasa bergaul dengan orang lain,
sudah biasa memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Daan sikap
toleransi berkembang sejak kecil.
3. Dinamika Ekonomi
Menempuh pendidikan sampai pada perguruan tinggi diperlukan
dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu seorang mahasiswa hendaknya
bisa mengatur kebutuhan ekonominya dengan sebaik mungkin. Dalam
pemenuhan kebutuhan pendidikan mahasiswa ada yang didapat dari
pemberian orang tua ataupun pemberian bantuan dari pemerintah atau
instansi bukan pemerintah yang disebut beasiswa. Dinamika kehidupan
(1)
CATATAN LAPANGAN SUBJEK MK
Nama : MK (inisial)
Tanggal : 28 September 2013
Tempat : Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Diskripsi:
Wawancara dilakukan dengan subjek MK di Lab Program studinya, dalam proses wawancara terdapat beberapa catatan lapangan yang unik mengenai perilaku subjek, berikut peneliti sajikan:
1. Subjek Mk terlihat sedih dan menundukkan kepalanya saat ditanya perasaan dan kondisi psikologisnya, terlihat subjek Mk sedang banyak pikiran. Subjek terlihat murung dan menundukkan kepala saat ditanya mengenai tuntutan akademik yang diberikan pihak universitas terhadap mahasiswa bidikmisi.
2. Subjek Mk terlihat sering memegang HP dan mengecek isi SMS. Saat
ditanya ternyata subjek Mk sedang memiliki janji akan mengantar teman kos yang sedang sakit ke rumah sakit.
3. Subjek Mk menggunakan pakaian hitam dengan kerudung panjang.
(2)
Lampiran 6
CATATAN LAPANGAN SUBJEK AN
Nama : AN (inisial)
Tanggal : 30 September 2013
Tempat : Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Diskripsi:
Wawancara dilakukan dengan subjek AN didepan lab BK FIP UNY, dalam proses wawancara terdapat beberapa catatan lapangan mengenai perilaku subjek. berikut peneliti sajikan:
1. Saat mengadakan janjian wawancara dengan subjek An, peneliti
mengalami kesulitan dalam penentuan waktu wawancara dikarenakan subjek sibuk dengan kegiatan organisasinya. Saat wawancara
berlangsungpun subjek terlihat kecapekan dan sering sekali menguap.
2. Karena dilakukan pada sore hari dan didepan luar ruangan, subjek An
terlihat sering sekali bertegur sapa dengan Dosen, Karyawan maupun mahasiswa yang berasal dari jurusan lain yang tak lain teman
organisasinya.
3. Subjek An tak canggung memamerkan gadjednya (HP dan PB)
kepada peneliti. Dan gadjed itu termasuk katagori gadjed mahal. Disamping itu saat proses wawancara terjadi terdapat mahasiswa bidikmisi yang tak lain teman subjek An sedang asyik di belakang An memainkan Gadjed Blackberrynya.
(3)
CATATAN LAPANGAN SUBJEK ST
Nama : ST (inisial)
Tanggal : 6 Oktober 2013
Tempat : Tempat Makan
Diskripsi:
Wawancara dilakukan dengan subjek St dilakukan di foodcort timur Fakultas MIPA UNY, dalam proses wawancara ini terdapat beberapa catatan lapangan yang unik mengenai perilaku subjek, berikut peneliti sajikan:
1. Subjek St terlihat sedih jika disinggung mengenai keadaan dan kondisi ayah dan ibunya. Hal ini dijelaskan subjek St karena sejak kecil dia tidak pernah mendapat asuhan kedua orang tuanya yang merantau. Selain itu subjek St juga sedih apabila ditanya mengenai kondisi ekonomi keluarganya dan perjuangan dia selama ini untuk bertahan menghadapi hidup.
2. Subjek St terlihat menunjukan muka musam dan nada bicara yang
tidak terima saat dia ditanya mengenai pendapat tentang mahasiswa yang tidak pantas mendapatkan bidikmisi.
3. Saat ditengah-tengah wawancara, subjek St mendapat telfon dari
(4)
Lampiran 7
SURAT IZIN PENELITIAN
1. Permohonan Izin Penelitian di FIP UNY.
(5)
(6)