4. Pengaturan kembali atau penyesuaian lainnya
Biaya pemasangan kembali, melakukan rute ulang, atau pengaturan kembali mesin-mesin pabrik untuk meningkatkan efisiensi merupakan pengeluaran
modal jika manfaat yang diberikan melampaui periode akuntansi berjalan. Biaya-biaya seperti ini dikapitalisasikan sebagai aset tetap lainnya, beban
yang ditangguhkan, atau aset tetap spesifik dan diamortisasikan sepanjang periode di mana pengaturan kembali itu memberikan manfaatnya.
D. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan adalah penurunan kemampuan aset dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan
pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aset tetap tersebut menurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan 16 2009: 25 penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset sepanjang masa manfaat. Hal-hal
yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan kerusakan ketika
digunakan, dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aset tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat
seperti yang diharapkan.
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aset tetap. Menurut
Harahap 2002: 53 yang dimaksud dengan penyusutan adalah “Pengalokasian harga pokok aset tetap selama masa penggunaannya”.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa istilah-istilah khusus di dalam akuntansi sesuai dengan pengkategorian aset terkait dengan proses harga alokasi harga perolehan aset tetap, antara lain:
a. Depresiasi
Yaitu yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan untuk aset tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.
b. Deplesi
Yaitu istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan penyusutan untuk aset tetap berupa sumber-sumber alam wasting asset
yang dibebankan ke penghasilan secara periodik. c.
Amortisasi Yaitu istilah yang dipakai pada proses alokasi harga perolehan
penyusutan untuk aset tetap tidak berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menetapkan besar beban penyusutan setiap periode adalah :
1. Harga perolehan aset
Yaitu seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh aset sampai keadaan siap pakai.
2. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat nilai residu,
Yaitu taksiran realisasi penjualan melalui kas aset tetap tersebut setelah akhir penggunaan atau pada saat aset tetap tersebut harus ditarik dari kegiatan
operasi. Biaya yang disusutkan depreciable cost adalah jumlah yang harus disebarkan sepanjang umur manfaat aset sebagai beban penyusutan.
Universitas Sumatera Utara
3. Masa Manfaat,
Umur manfaat yang diperkirakan expected useful life atas aset tetap juga harus diestimasi pada saat aset tersebut mulai digunakan.
Menurut Warren, et al 2005 : 395 beberapa faktor yang menyebabkan suatu aset tetap berwujud dapat memberi manfaat dalam waktu yang terbatas, yaitu:
a. Faktor Fisik
Aus karena dipakai wear and tear, aus karena umur deteroralitation and deacay, dan kerusakan merupakan faktor fisik yang dapat mengurangi
fungsi aset tetap. b.
Faktor Fungsional Faktor fungsional yang membatasi umur aset berupa ketidakmampuan aset
memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti, perubahan permintaan terhadap barang maupun jasa yang dihasilkan, kemajuan
tekhnologi yang menyebabkan suatu aset tidak ekonomis lagi apabila dipakai.
4. Pola Pemakaian
Pola pamakaian harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pembebanan penyusutan terhadap produksi.
Diperlukan suatu metode untuk menghitung besarnya pengalokasian pembebanan penyusutan aset tetap. Tiga metode penyusutan yang paling umum
digunakan adalah metode garis lurus, metode unit produksi, dan metode saldo menurun berganda.
Universitas Sumatera Utara
Metode Garis Lurus
Metode garis lurus straight line method menghitung penyusutan berat beban penyusutan dibebankan secara merata. Metode ini menghasilkan jumlah
beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Beban penyusutan menurut metode ini dihitung sebagai berikut Harahap,
2002:
Keterangan : D = Beban Penyusutan Depresiasi
C = Harga Pokok Aset cost S = Salvage Value nilai residu
N = Useful Life umur teknis Contoh
: Sebuah peralatan dibeli dengan harga Rp 20.000.000 nilai residu ditaksir Rp
2.000.000 dan estimasi umurnya adalah 5 tahun. Penyusutan tahunan aset tersebut dihitung sebagai berikut:
000 .
600 .
3 5
000 .
000 .
2 000
. 000
. 20
Rp =
−
D = C ̶ S
n
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 3.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus
Akhir Tahun
Harga Pokok Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
1 2
3 4
5 20.000.000
20.000.000 20.000.000
20.000.000 20.000.000
20.000.000 -
3.600.000 3.600.000
3.600.000 3.600.000
3.600.000 -
3.600.000 7.200.000
10.800.000 14.400.000
18.000.000 18.000.000
20.000.000 16.400.000
12.800.000 9.200.000
5.600.000 2.000.000
Sumber : Data diolah 2012 Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Metode
ini menciptakan transfer biaya yang wajar ke badan periodik jika pemanfaatan aset dan pendapatan yang terkait dengan pemakaian sama dari periode ke periode.
Metode Unit Produksi
Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, maka metode unit produksi lebih tepat dipakai dari pada metode garis lurus. Dalam hal
ini, metode unit produksi mampu membandingkan lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait.
Metode unit produksi Unit-of-Production Method menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset.
Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekpresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mill. Total beban penyusutan untuk setiap
Universitas Sumatera Utara
periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalihkan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud.
Beban penyusutan per jam dihitung sebagai berikut: Contoh:
Dengan menggunakan ilustarasi contoh sebelumnya jam kerja aset tetap dimisalkan 75.000 jam maka penyusutan per jam adalah sebagai berikut:
perjam 240
000 .
75 000
. 000
. 2
000 .
000 .
20 =
−
Dengan mengasumsikan bahwa aset tetap dioperasikan 15.000 jam selama 1 tahun maka beban penyusutan dalam 1 tahun adalah 15.000 × 240 = Rp 3.600.000
Tabel. 3.2 Penyusutan Menurut Metode Unit Produksi
No Jam Kerja
Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
1 2
3 4
5 15.000
13.000 10.000
17.000 20.000
75.000 000
. 600
. 3
240 000
. 15
= ×
000 .
120 .
3 240
000 .
13 =
× 000
. 400
. 2
240 000
. 10
= ×
000 .
080 .
4 240
000 .
17 =
× 000
. 800
. 4
240 000
. 20
= ×
000 .
000 .
18 240
000 .
75 =
× 3.600.000
6.720.000 9.120.000
13.200.000 18.000.000
20.000.000 16.400.000
13.280.000 10.880.000
6.800.000 2.000.000
Sumber : Data diolah 2012
Universitas Sumatera Utara
Metode Saldo Menurun Berganda
Metode saldo menurun berganda double declining balance method menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur
manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini tarif penyusutan garis lurus tahun terlebih dahulu harus digandakan.
Contoh: Dengan menggunakan ilustrasi contoh sebelumnya maka tarif penyusutan saldo
menurun adalah : = 100 5 tahun = 20
Digandakan menjadi 20 × 2 = 40 Tabel. 3.3
Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Berganda Tahun
Beban Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
1 2
3 4
5 40 × 20.000.000 = 8.000.000
40 × 12.000.000 = 4.800.000 40 × 7.200.000 = 2.880.000
40 × 4.320.000 = 1.728.000 40 × 2.592.000 = 1.036.800
8.000.000 12.800.000
15.680.000 17.408.000
18.444.800 20.000.000
12.000.000 7.200.000
4.320.000 2.592.000
1.555.200 Sumber : Data diolah 2012
Universitas Sumatera Utara
E. Penggantian Aset Tetap