4. Teori Susastra Lisan Melayu
Sastra lisan adalah hasil karya sastra yang tertua di dunia. Sastra lisan tetap hidup dalam segala perubahan zaman. Dalam hal ini, kasus sastra lisan
Melayu dari dahulu berubah terus, walaupun beberapa ragam dasar barangkali bertahan lama. Isi sastra lisan dapat dengan mudah mengubah, memasukkan unsur
budaya yang sedang mempengaruhinya. Sebagai contoh, sebuah cerita yang dahulu masih dianggap mitos oleh masyarakat pendukungnya, lama-kelamaan
dapat berubah hanya menjadi sebuah cerita dongeng belaka. Hal ini berkaitan dengan titisan sejarah yang membentuk dan mempengaruhi sastra lisan itu.
Pengaruh ini sebenarnya bukanlah mengubah kerangka atau bentuk sastra lisan itu, tetapi justru menyuburkan dalam berbagai versi
78
. Sastra lisan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut oral literature atau
orale letterkunde, dalam bahasa Belanda adalah kesusteraan warga dalam suatu kebudayaan yang disebarkan turun-temurun secara lisan, yang memiliki fungsi
yang memenuhi kebutuhan naluri manusia. Menurut Milman Darry dan Lord, ciri khas sastra lisan ialah lincah, selalu diciptakan dan dihayati kembali sesuai
dengan daya cipta pembawa dan penikmatnya. Dalam pengkajian terhadap sastra lisan nusantara, menurut Tuanku
Luckman Sinar Basarshah
79
khususnya dalam mengkaji sastra lisan Melayu ialah
teori Spontanitas. Teori yang menitikberatkan pada peran sentral seorang tukang
cerita yang disebut “dalang” bukan dalang dalam kesenian wayang jawa. Menurutnya teori ini hanya memfokuskan pada peran dalang sebagai media
penyampai dalam ilmu komunikasi adalah komunikator, bukan mutlak sebagai pencipta satra lisan itu, walaupun secara spontan pula ada unsur-unsur yang
ditambah atau dikuranginya, sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi para audiensnya. Apabila audiensinya anak-anak tentu ada bagian-bagian kisah yang
dihilangkan dan ditambah dengan unsur-unsur nasihat. Tetapi bila audiensnya orang dewasa, maka mungkin ada unsur yang ditambahkannya dengan bumbu-
bumbu berbau porno sedikit
80
.
78
Tuanku Luckman Sinar Basarsha, dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, Ibid, h. 213
79
Ibid, h. 214
80
Tuanku Luckman Sinar Basarshah, Wan Saifuddin, Ibid, h. 214
5. Pengaruh Islam dalam Sastra Melayu