melihat adanya aspek-aspek apa saja yang terkandung di dalam syair senandung melayu Batubara tersebut.
B. Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batubara. Lokasi penelitian ini dikhususkan di daerah kecamatan Talawi. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut
karena Batubara ini memiliki ciri khas tersendiri dalam budaya sastra lisannya dalam menyenandungkan syair tersebut, kemudian daerah yang peneliti
khususkan merupakan daerah yang mayoritasnya dipenuhi orang-orang Melayu tanpa ada percampuran suku-suku lainnya, sehingga peneliti tertarik memilih
lokasi tersebut.
2. Sejarah Melayu Di Kabupaten Batubara
Pada tahun 1717 Raja kecik meresmikan pemerintahan suku di Batubara. Penduduknya adalah pendatang dari Minangkabau, tetapi adat yang mactriachat
diganti dengan adat melayu pesisir yang parental. Kenyataannya, pembagian empat suku di Batubara hanya sebagai pembagian empat suku, tetapi kemudian
bertambah satu hingga berjumlah lima suku, yaitu Suku Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Limapuluh, dan Boga. Masing-masing daerah dikepalai seorang datuk
yang dikoordinir oleh seorang bendahara dari Siak. Datuk kepala suku membentuk dewan. Dewan ini memilih anggota suku untuk jabatan seorang
syahbandar yang dipilih dari Suku Tanah Datar. Batubara lahir sejak tahun 1720 yang saat itu merupakan bagian dari
kerajaan Siak dan Johor. Pada saat Indonesia merdeka menjadi Kewedanan Batubara yang beribukota Labuhan Ruku yang membawahi lima kecamatan yaitu
Kecamatan Tanjung Tiram, Talawi, Lima Puluh, Air Putih dan Medang Deras. Tetapi setelah empat masa Kewedanan, wilayah Kewedanan dicabut yang hanya
tinggal hanya lima sektor camat bergabung dengan wilayah Asahan dengan sebutan wilayah Kabupaten
84
. Untuk memahami pengertian Melayu sebagai kelompok etnik, biasanya
selalu ditelusuri melalui munculnya istilah Melayu, yaitu sebuah kerajaan di
84
Kabupaten Batu Bara, Atlas Muatan Lokal, Ibid, h. vii
daerah Jambi, yang ada pada masa Kerajaan Sriwijaya
85
. Sebutan Melayu mulai dijumpai dalam tahun 644 masehi sebagaimana dinyatakan sebelum ini; tiadanya
sebutan Melayu dalam Melayu dalam tulisan kuno dan hanya disebut dalam tahun 644 masehi tidaklah mengherankan sangat. Ini bukanlah membuktikan bahwa
Melayu itu tidak wujud dalam sebelum tahun 644, kerana telah menjadi kebiasaan bagi orang cina untuk tidak menyebutkan semua bangsa dan bahasa yang mereka
jumpai, tetapi hanya mencatatkan negara-negara besar yang mempunyai perhubungan dengan kaisar mereka.
Dalam tahun 644 kerajaan melayu Mo-lo-yeu telah menjadi sebuah negara yang terpenting dan mempunyai perhubungan dengan China, maka dengan
sebab itulah lahirnya sebutan Melayu dalam pemberitaan mereka. Negeri Melayu menjadi tempat persinggahan yang utama bagi pengembara-pengembara dari
China ke India atau sebaliknya. Harus diingat bahwa kerajaan-kerajaan di Kepulauan Melayu tidak pernah takluk kepada China, dan utusan-utusan hanya
dikirim mengikut kepentingan perniagaan
86
. Pengertian Melayu yang selalu dicirikan dalam tiga komponen itu terus
membekas yakni, beragama Islam, beradat istiadat Melayu, dan berbahasa Melayu. Masyarakat Melayu Sumatera Utara dikenal memiliki peradaban yang
tinggi dan budi bahasa yang halus. Ketinggian peradaban dan kehalusan budi bahasa di antaranya tercermin di dalam karya-karya sastra tradisi lisannya. Karya
sastra lisan ini sebagai medium untuk menyampaikan nilai-nilaiperadaban Melayu jelas merupakan salah satu wujud nyata yang dapat mendukung tiga komponen
tersebut
87
. Dalam hal ini, Melayu yang dimaksud ialah dalam konteks etnik. Jadi Melayu disini merupakan suku Melayu yang ada di Batubara. Dalam budaya
Melayu di Batubara, syair senandung ini dinyanyikan oleh orang-orang Melayu. Syair senandung ini berfungsi sebagai alat orang melayu bercerita, yang berisikan
cerita yang satu dengan yang lainnya berkaitan, berkesinambungan.
85
Ibid, h.123
86
Tuanku Luckman Sinar Basyarsyah II. S.H. Sultan Negeri Serdang Dan Wan Syaifuddin, M.A. Dosen Universitas Sumatera Utara, Ibid, h. 88
87
Jurnal Ilmiah , Ibid, h. 9
C. Sumber Data