Latar Belakang Perbandingan Efektivitas Ishihara Colour Blind Test dan Farnsworth Munsell Colour Blind Test di Fakuktas di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu. Seseorang dengan buta warna disebut sebagai cacat atau lemah warna karena seseorang dengan buta warna masih dapat mengenal warna. Buta warna bisa disebabkan karena faktor genetis maupun faktor lain seperti karena Shaken Baby Syndrome, cedera, atau trauma pada otak dan retina, maupun pengaruh sinar UV Ilyas,2012. Buta warna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 20:1. Buta warna mempengaruhi 13 populasi umum. Saat ini, di Eropa sekitar 8-12 pria dan 0,5-1 wanita menderita buta warna. Penelitian lain menyatakan 1 dari 12 orang pria menderita buta warna. Sedangkan wanita hanya 1 dari 200 orang saja yang menderita buta warna Rahmadi, 2009. Di Australia buta warna terjadi pada 8 laki-laki dan hanya sekitar 0,4 pada perempuan. Sekitar 8 wanita pembawa sifat buta warna color blindness carrier. Kelainan buta warna didapat buta warna biru kuning memiliki pengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Di Iran dari populasi anak-anak usia 12-14 tahun yang mengalami defek penglihatan warna 8,18 laki-laki dan 0,43 perempuan, tidak didapatkan adanya penyakit sistemik, penyakit mata, pengobatan kronis, dan tidak terdapat kelainan fundus dengan visus 2020 emmetropia. Sedangkan di Amerika Serikat, sekitar 7 dari penduduk laki-laki atau sekitar 10,5 juta orang dan 0,4 persen dari populasi wanita tidak dapat membedakan warna merah dari hijau, atau melihat merah dan hijau dalam persepsi yang berbeda Howard Hughes Medical Institute, 2006. Universitas Sumatera Utara Dari data Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2007 didapatkan prevalensi Nasional Buta Warna adalah 0,7 berdasarkan keluhan responden. Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi buta warna di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Buta warna dapat didiagnosa dengan menggunakan beberapa tes, diantara nya adalah Ishihara Colour Blind Test, Hardy Rand Rittler, City University, Farnsworth Munsell Colour Blind Test, namun yang paling sering digunakan adalah Ishihara Colour Blind Test dan Farnsworth Munsell Colour Blind Test. Ishihara Colour Blind Test merupakan tes untuk mengetahui adanya defek penglihatan warna, didasarkan pada penentuan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna yang ditentukan dengan waktu 3-10 detik Ilyas, 2012. Sedangkan Farnsworth Munsell Colour Blind Test adalah tes yang terdiri dari beberapa warna yang berukuran seperti kancing yang kemudian disusun berdasarkan degradasi warna. Menurut penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa orang yang salah dalam pembacaan Ishihara Colour Blind Test lebih dari 60 persen akan dilanjutkan dengan pemeriksaan Farnsworth Munsell Colour Blind Test untuk menentukan klasifikasi defisiensi warna yang didapatnya Augusta,2001. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk melihat perbandingan yang lebih efektif antara Ishihara Colour Blind Test dengan Farnsworth Munsell Colur Blind Test dari segi waktu dan ketepatan jika sampel yang digunakan adalah orang yang tidak mengalami defisiensi warna.

1.2. Rumusan Masalah