Dari data Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2007 didapatkan prevalensi Nasional Buta Warna adalah 0,7 berdasarkan keluhan responden.
Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi buta warna di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Buta warna dapat didiagnosa dengan menggunakan beberapa tes, diantara
nya adalah Ishihara Colour Blind Test, Hardy Rand Rittler, City University, Farnsworth Munsell Colour Blind Test, namun yang paling sering digunakan
adalah Ishihara Colour Blind Test dan Farnsworth Munsell Colour Blind Test. Ishihara Colour Blind Test merupakan tes untuk mengetahui adanya defek
penglihatan warna, didasarkan pada penentuan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna yang ditentukan dengan waktu 3-10 detik
Ilyas, 2012. Sedangkan Farnsworth Munsell Colour Blind Test adalah tes yang terdiri dari beberapa warna yang berukuran seperti kancing yang kemudian
disusun berdasarkan degradasi warna. Menurut penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa orang yang salah dalam pembacaan Ishihara Colour Blind Test lebih dari
60 persen akan dilanjutkan dengan pemeriksaan Farnsworth Munsell Colour Blind Test untuk menentukan klasifikasi defisiensi warna yang didapatnya
Augusta,2001. Dari hal tersebut penulis tertarik untuk melihat perbandingan yang lebih
efektif antara Ishihara Colour Blind Test dengan Farnsworth Munsell Colur Blind Test dari segi waktu dan ketepatan jika sampel yang digunakan adalah orang yang
tidak mengalami defisiensi warna.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan efektivitas antara Ishihara Colour Blind Test dengan Farnsworth Munsell Colour Blind Test dari segi waktu dan ketepatanp
pada pemeriksaan buta warna.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah untuk mengetahui perbandingan efektivas Ishihara Test dan Farnsworth Munsell Colour Blind Test pada pemeriksaan buta warna.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rata-rata waktu yang digunakan subjek penelitian pada pemeriksaan Ishihara Colour Blind Test.
2. Mengetahui rata-rata waktu yang digunakan subjek penelitian pada pemeriksaan Farnsworth Munsell Colour Blind Test .
3. Mengetahui ketepatan hasil yang didapat dari Ishihara Colour Blind Test. 4.
Mengetahui ketepatan hasil yang didapat dari Farnsworth Colour Blind Test.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Menambah pengetahuan tentang tes buta warna.
2. Dapat digunakan sebagai pertimbangan uji tes buta warna yang tepat pada pemeriksaan buta warna sesuai dengan kebutuhan.
3. Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut. 4. Dapat meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang penelitian serta
melatih kemampuan analisis peneliti.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Buta Warna
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan yang disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut cone cell pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya Karina, 2007. Abnormalitas penglihatan warna tidak banyak mempengaruhi kehidupan
awal manusia seperti pada masa kanak-kanak, karena tidak disertai oleh kelainan tajam penglihatan. Abnormalitas penglihatan warna mulai mempengaruhi ketika
seseorang dihadapkan pada persyaratan untuk masuk jurusan tertentu yang buta warna menjadi salah satu kriteria seperti kedokteran, teknik, desain grafis, dan
lain-lain. Oleh karena hal tersebut, identifikasi dini kelainan buta warna perlu dilakukan untuk membimbing anak dalam menentukan jenjang pendidikannya
kelak Ilyas,2012.
2.2. Etiologi Buta Warna
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna adalah OPN1LW Opsin 1 Long Wave, yang menyandi pigmen merah dan OPN1MW
Opsin 1 Middle Wave, yang menyandi pigmen hijau Deeb dan Motulsky, 2005. Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf optik. Pada
kelainan retina ditemukan cacat relatif penglihatan warna biru dan kuning,sedang pada kelainan saraf optik kelainan yang didapat adalah melihat warna merah dan
hijau Ilyas, 2012. Buta warna merah-hijau adalah kelainan genetik yang timbul hampir hanya pada laki-laki. Gen-gen pada kromosom X perempuan menyandi
untuk masing-masing sel kerucut. Namun buta warna hampir tidak pernah terjadi pada perempuan karena setidaknya satu dari dua kromosom X hampir selalu
memiliki gen normal untuk setiap jenis sel kerucut. Karena laki-laki hanya memiliki satu kromosom X, gen yang hilang dapat menyebabkan buta warna.
Universitas Sumatera Utara
Karena kromosom X pada laki-laki selalu diturunkan dari ibu, dan tidak pernah dari ayahnya, buta warna diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya dan ibu tersebut
dikatakan sebagai carrier buta warna. Keadaan tersebut terjadi pada sekitar 8 persen dari seluruh perempuan Guyton, 2008.
Gambar 2.1 Bagan X-linked Dikutip dari : Howard Hughes Medical Institute,2006. Colour Blindness: More
Prevalent Among Males. Available from: http:hhmi.orgsensesb130.html
.
2.3. Anatomi Retina