DASAR DASAR BIOLOGIS KEPRIBADIAN

(1)

DASAR-DASAR BIOLOGIS KEPRIBADIAN

A. Pengertian Temperamen

Temperamen masih berhubungan erat dengan konstitusi jasmaniah dan bentuk lain. Kata ”temperamen” berarti ”campuran” dari hasil cairan yang terdapat pada badan manusia karenanya ia termasuk konstitusi psikis manusia. Menurut para ahli, temperamen dapat diartikan sebagai sifat-sifat kehidupan perasaan manusia yang umum dan formal yang timbul dalam reaksi, gerak tindak, dan sebagainya.

Temperamen merupakan perbedaan inidividu dalam mood atau kualitas respon emosi. Menurut Buss dan Polmin, temperamen merupakan seperangkat ciri-ciri kepribadian yang berasal dari dalam kehidupan dan memiliki komponen biologis substansial (genetik), tempramen dibawa oleh faktor genetik. Menurut Kagan, temperamen adalah suatu kualitas yang berbeda secara emosional dan perilaku yang ada pada masa anak-anak dan dipengaruhi oleh bawaan biologis termasuk perbedaan dalam neurokimia otak.

Menurut Allport, temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan. Sedangkan menurut G. Ewald, temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Disini peranan keturunan memainkan peranan penting, sedangkan pengaruh pendidikan dan lingkungan tidak ada.

B. Profil Tingkah Laku Temperamen: Inhibited dan Unhibited

Profil tingkah laku dari temperamen dibagi menjadi dua, yaitu inhibited dan unhibited. Inhibited adalah tipe anak saat menghadapi orang asing atau suatu kejadian akan menghindar dan merasa tertekan, anak tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk bisa merasa nyaman pada situasi yang baru serta memiliki ketakutan yang tidak


(2)

umum secara berlebihan atau phobia. Unhibited adalah tipe anak saat menghadapi orang asing atau suatu kejadian akan lebih spontan pada situasi baru, anak dengan tipe ini lebih mudah tersenyum dan tertawa.

C. Kestabilan Temperamen

Menurut Kagan, temperamen cenderung menjadi stabil sepanjang perkembangan individu. Dijelaskan pada suatu hipotesis dimana sang bayi mewarisi perbedaan fungsi biologis yang mengarahkannya kepada reaktivitas tang lebih tinggi atau lebih rendah terhadap hal-hal baru, dan berbagai perbedaan bawaan ini cenderung menjadi stabil sepanjang perkembangan. Menurut hipotesis, bayi yang lahir dengan amat reaktif terhadap sesuatu yang baru akan menjadi anak yang terhambat sedangkan mereka yang lahir dengan reaktivitas yang rendah seharusnya berkembang menjadi anak yang tidak terhambat.

D. Shared Environment dan Unshared Environment

Pengalaman lingkungan yang terbagi (shared environment) adalah pengalaman saudara kandung yang umum atau setiap anak mendapat perlakuan yang sama, status sosial-ekonomi keluarga, dan lingkungan dimana mereka tinggal.

Pengalaman lingkungan yang tidak terbagi (unshared environment) adalah pengalaman unik anak, baik di dalam maupun luar keluarga, yang tidak dibagi dengan saudara kandungnya atau setiap anak mendapatkan perlakuan yang berbeda. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti jenis kelamin dan umur. Contohnya, orang tua terkadang berinteraksi secara berbeda dengan anak perempuan dan anak laki-laki mereka atau orang tua lebih memanjakan anak perempuan mereka dibandingkan anak laki-laki.

E. Efek dari Unshared Environment

Penelitian akhir-akhir ini memusatkan pada proses keterkaitan genetik, keluarga, pengaruh sosial pada perkembangan kepribadian selama tahun-tahun


(3)

penting dari remaja. Penelitian memusatkan pada relasi unik antara orang tua dan masing-masing remaja kandung pada situasi konflik dan negativistik, kehangatan dan dukungan, dan lain-lain. Penelitian ini memisahkan efek dari pola pengasuhan yang sama yang diberikan pada anak-anak kandung dalam keluarga dengan efek dari pola pengasuhan yang unik pada masing-masing anak kandung.

Hasilnya menunjukkan bahwa pengasuhan yang unik pada masing-masing, ditentukan oleh karakteristik genetik dari anak-anak tersebut. Cara orang tua yang berbeda saat memperlakukan masing-masing anak bergantung atau ditentukan pada tingkah laku yang berbeda yang dimunculkan anak saat mendapatkan perlakuan tertentu dari orang tua. Anak-anak dari keluarga yang sama bertumbuh atau berkembang secara berbeda karena adanya perbedaan genetik yang menyebabkan mereka diperlakukan secara berbeda oleh orang tuanya.

F. Keterkaitan Dominansi Hemisphere Kiri dan Kanan dengan Emosi

Dari hasil penelitian tampak bahwa dominansi oleh hemisphere (belahan otak) otak kiri atau kanan memainkan peran dalam emosi. Dominansi dari aktivitasi bagian depan dari otak kiri dihubungkan dengan pembangkitan approach-related (khususnya yang positif) dari emosi dan dominansi dari aktivitasi bagian depan otak kanan dihubungkan dengan pembangkitan withdrawal-related (khususnya yang negatif) dari emosi.

Menurut Davidson (1998), perbedaan individual dalam lateralisasi dihubungkan dengan perbedaan dalam general mood dan kecenderungan berespon pada stimuli dengan emosi positif atau negatif. Lateralisasi adalah proses pengkhususan atau lokalisasi fungsi pada bagian otak kiri atau otak kanan. Jadi, individu dengan dominansi hemisphere yang berbeda, general mood dan respon emosi pada stimulinya akan berbeda pula.

Dalam sebuah penelitian, subjek diperlihatkan tayangan film yang akan menimbulkan emosi positif atau emosi negatif. Hasilnya adalah individu dengan prefrontal (bagian anterior atau depan otak) sebelah kiri yang lebih teraktivasi lebih


(4)

memberikan afek positif pada tayangan film positif dan individu dengan prefrontal sebelah kanan yang lebih teraktivasi lebih memberikan afek negatif pada tayangan film yang negatif.

Dalam kaitannya dengan gangguan emosional, individu dengan kerusakan bagian anterior (depan) otak kiri kemungkinan menjadi depresi, sedangkan individu dengan kerusakan bagian anterior otak kanan kemungkinan menjadi panik.

Dalam sebuah penelitian pada bayi, terlihat hubungan antara perbedaan individual saat mengukur aktivasi prefrontal dan reaktivitas afek. Bayi yang mengalami lebih besar tekanan karena berpisah dengan ibunya memperlihatkan aktivasi prefrontal kanan yang lebih besar, dibandingkan bayi yang memperlihatkan tekanan lebih kecil pada situasi yang sama. Sejalan dengan ini, Kagan (1994) melaporkan bukti anak inhibited memperlihatkan reaktivitas yang lebih besar pada hemisphere kanan dan anak unhibited memperlihatkan reaktivitas yang lebih besar pada hemisphere kiri.

G. Model Temperamen dari Clark dan Watson dalam Hubungannya dengan Emosi, Lifestyle, dan Biologis

Menurut model Clark dan Watson, perbedaan individual dalam temperamen dapat diringkas dalam tiga istilah super faktor besar, yaitu NE (negative emotionally), PE (positive emotionally), dan DvC (disinhibition versus constraint). Individu dengan faktor NE tinggi mengalami peningkatan dalam level emosi negatif dan melihat dunia sebagai tempat yang mengancam, penuh dengan masalah dan tekanan, sedangkan NE rendah dalam trait tenang, emosinya stabil, dan puas diri.

Faktor PE berhubungan dengan keinginan individu untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan skor tinggi (seperti ektraversi) maka mereka senang bersama-sama orang lain dan aktif dalam menghadapi hidup, energetik, ceria, dan antusias. Sedangkan skor rendah (seperti introversi) pendiam, suka menyendiri, menjauhi pergaulan, rendah dalam energi dan rasa percaya diri. Walaupun NE dan PE memiliki kualitas yang nampak berlawanan, namun keduanya independen satu


(5)

dengan lainnya. Hal ini karena keduanya berada pada kontrol sistem internal biologis yang berbeda.

Faktor ketiga adalah DvC, tidak meliputi tone atau irama afektif. Individu dengan skor DvC tinggi adalah impulsive, nekad atau berani, dan berorientasi pada perasaan dan sensasi dari kejadian. Sedangkan dengan skor rendah, individu hati-hati, dikontrol oleh implikasi jangka panjang dari tingkah lakunya, dan menghindari resiko atau bahaya.

Emotional dan Lifestyle berhubungan dengan PE, NE, dan DvC

Individu dengan NE tinggi dilaporkan sebagai individu yang keadaan emosinya negatif seperti takut, sedih, marah, rasa bersalah, dan benci. Sedangkan individu dengan PE tinggi dilaporkan sebagai individu dengan perasaan positif, seperti gembira, interest, perhatian, antusias, dan bangga atau rasa harga diri (pride).

Kedua faktor tersebut kedudukannya independen. Jadi ada individu yang mengalami level tinggi untuk kedua kondisi mood tersebut, positif dan negatif atau kedua-duanya rendah. Faktor DvC menggambarkan gaya tentang regulasi afektif. Individu dengan skor tinggi pada DvC cenderung memperoleh nilai rendah di sekolah dan memperoleh nilai rendah juga dalam unjuk kerja. Individu dengan skor tinggi DvC biasanya lebih banyak minum alkohol, menghisap marijuana, dan aktivitas seksual dibandingkan dengan individu yang skor DvCnya rendah.

Faktor DvC juga mempengaruhi pola tidur. Individu dengan skor DvC tinggi cenderung seperti “burung hantu” yang tidur jauh malah dan bangun siang, sedangkan individu dengan skor PE tinggi cenderung seperti “burung yang suka menyanyi di pagi hari” yang tidur lebih awal dan bangun pagi juga.

Hubungan PE, NE, dan DvC dengan Biologis

Menurut model yang dipengaruhi oleh Depue, PE diasosiasikan dengan aski dari dopamine, yaitu kimia “feel good”. Perbedaan dalam laterisasi hemisphere, maka skor yang tinggi dari PE dihubungkan dengan hemisphere kiri yang dominan.


(6)

Menurut Clark dan Watson, dasar biologis dari DvC adalah serotonin. Menurut mereka, individu dengan neurotransmitter serotonin yang rendah cenderung menjadi agresif. Alkoholisme juga dikaitkan dengan penurunan fungsi serotonin. Hamer (1997) menghubungkan neurotransmitter dopamine dengan mencari hal-hal yang menggetarkan hati, impulsivitas, dan bebas (tidak terhambat). Ada bukti bahwa hormon testosterone yang tinggi dihubungkan dengan keinginan untuk berkompetisi dan agresivitas, keduanya dikaitkan dengan skor DvC yang tinggi.

Clark dan Watson juga menggambarkan kurangnya pengetahuan tentang neurobiologi yang mendasari NE. Terdapat relasi antara tingkat serotonin yang rendah pada sinaps neuron dengan depresi, anxiety, dan simptom-simptom (gejala-gejala) obsesi kompulsi. Hamer dan Copeland (1998) menghubungkan tingkat serotonin yang dengan dengan “pandangan yang kelabu” tentang dunia, yang analog dengan pandangan Galen tentang temperamen melancholic.

H. Plastisitas dari Sistem Neurobiologis

Terdapat kecenderungan untuk berpikir tentang proses biologis sebagai yang tertentu dan menentukan kepribadian emosi dan tingkah laku, sepertinya biologis penyebab dan kepribadian adalah akibat, dan sedikit ruang untuk berubah. Memang benar bahwa perbedaan individu dalam biologis dihubungkan dengan kecenderungan temperamen yang stabil dan berperan mempengaruhi bentangan dari kepribadian. Juga terdapat bukti tentang plastisitas dalam system, yaitu potensi untuk berubah dalam sistem neurobiologis sebagai hasil dari pengalaman. Plastisitas dalam fungsi neurobiologis menjadi jelas dalam hubungan neurotransmitter dan hormon, seperti hubungan antara testosterone dan agresi atau kompetitif, adalah dua arah. Testosterone yang tinggi memudahkan agresi yang lebih besar dan kompetitif, namun kompetisi dan agresi juga membawa pada level produksi yang tinggi dari testosterone.


(7)

I. Komponen Jasmani Primer

Sheldon membagi aspek jasmani individu menjadi komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Dalam komponen jasmani primer, menurut Sheldon terdapat tiga komponen atau dimensi jasmaniah antara lain endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada proses pembentukan fetus (janin) manusia (endoderm, mesoderm, dan ectoderm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu. Maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok jasmani manusia, yaitu:

a. Endomorphy

Orang yang endomorphynya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (sistem pencernaan) sangat berperan penting. Jika dilihat dari luar, orang-orang pada tipe ini cenderung bersikap lembut, gemuk, dan tinggi badan relatif kurang atau rendah. Orang tipe ini juga selalu tenang atau rileks, menyukai hiburan, gemar makan, tidur dengan nyenyak, dan jika ada masalah selalu tergantung orang lain dalam menyelesaikannya. Mereka kurang mandiri dan tidak percaya diri atas kemampuannya.

b. Mesomorphy

Orang yang bertipe mesomorphy, komponen mesomorphynya tinggi sedangkan komponen yang lain lagi rendah, bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain, seperti otot-otot dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang bertipe ini tampak kukuh, keras, otot tampak bersegi-segi, dan tahan terhadap penyakit. Orang dengan tipe ini memiliki sikap gagah perkasa, energik, suka berterus terang, bersuara lantang, dan kebutuhan untuk bergerak sangat banyak.Sebagai contoh, olahragawan, pengelana, dan tentara.


(8)

c. Ectomorphy

Orang-orang yang termasuk golongan tipe ini, organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang atau dominan, yaitu kulit, sistem saraf. Orang dengan tipe ini memiliki ciri-ciri jangkung, dada pipih, lemah, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang. Mereka memiliki otak dan sistem saraf pusat yang terbesar dibandingkan dengan besar keseluruhan tubuhnya. Orang dengan tipe ini bersikap kurang gagah, ragu-ragu, kurang bergaul (sosiofobia), tidak berani berbicara di depan orang banyak, hidup dengan teratur, sukar tidur, dan bila menghadapi masalah lebih senang mengasingkan diri.

J. Komponen Jasmani Sekunder

Komponen jasmani sekunder terdiri atas: a. Dysplasia

Dengan meminjam istilah dari Kretchmer, istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer pada berbagai daerah pada tubuh.

b. Gynandromorphy

Gynandromorphy menunjukkan sejauh mana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan huruf “g”. Jadi, orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci. c. Texture

Texture adalah komponen yang menunjukkan bagaimana orang itu tampak dari luar.


(9)

K. Komponen Temperamen

Terdapat tiga komponen temperamen, antara lain: a. Viskerotonia

Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral atau digestif (sistem pencernaan). Orang yang viskerotonia mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar. Sifat-sifat komponen ini ialah bersikap tidak tegang (relaxed), menyukai hiburan, gemar makan, besar kebutuhannya akan orang lain, tidur dengan nyenyak, dan bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain. b. Somatotonia

Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotonia aktivitas otot-ototnya lebih dominan. Orang yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi maskuler, suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, dan suka mendapatkan pengalaman fisik. Sifat-sifat komponen ini ialah sikapnya gagah, perkasa (energetic), kebutuhan bergerak besar, suka berterus terang, bersuara lantang, nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya, dan bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan.

c. Serebrotonia

Sebenaranya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena diperkirakan bahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah sikapnya kurang gagah, ragu-ragu, reaksinya cepat, kurang berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia), kurang berani berbicara di depan banyak orang, kebiasaan-kebiasaanya tetap, hidup teratur, suara kurang bebas, tidur kurang nyenyak, nampak lebih muda dari yang sebenarnya, dan bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.


(10)

L. Hubungan Komponen Jasmani Primer dengan Komponen Temperamen Menurut Sheldon, hubungan antara komponen jasmani primer dan komponen temperamen adalah bentuk fisik merupakan yang utama berpengaruh dari tingkah laku manusia dengan landasan bahwa faktor-faktor keturunan biologis sangat penting dalam menentukan perilaku. Sheldon juga mengatakan bahwa ada suatu struktur bilogis hipotesis, yaitu morfogenotipe yang sangat penting dalam menentukan perkembangan jasmani yang nampak dan dalam menentukan perkembangan perilaku. Morphogenotipe adalah proses perkembangan organ atau jaringan dan diferensiasi yang terjadi sesuai yang dilakukan oleh organ atau jaringan, seperti:

a. Organ yang berasal dari endoderm (sistem digestif).

b. Organ yang berasal dari mesoderm (otot-otot, pembuluh darah, dan jantung). c. Organ yang berasal dari ectoderm (kulit dan sistem saraf)

Shaldon juga berpendapat bahwa terdapat hubungan pada keduanya dan dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Orang sakit jiwa

 Penderita manis-depresif, yaitu yang temperamennya dari sifat manis (giat atau buas) ke sifat depresif (lemah dan tidak berdaya), kembali ke manis lagi lalu menjadi depresif danseterusnya. Jasmaninya, yaitu piknis (gemuk).

Schizomaprenia, yaitu melepaskan kontak dari masyarakat mengubah diri seolah-olah hidup sendiri. Jasmaninya, yaitu leptosom (badan kurus), atletis, dan displastis (tidak gemuk dan tidak kurus).

b. Orang normal

Cyclothym, yaitu mudah beradaptasi, mudah bergaul, dan tubuhnya cenderung piknis.

Schizothym, yaitu sukar bergaul, menjauhkan diri, tubuhnya leptosom, atletis, dan displastis.


(1)

dengan lainnya. Hal ini karena keduanya berada pada kontrol sistem internal biologis yang berbeda.

Faktor ketiga adalah DvC, tidak meliputi tone atau irama afektif. Individu dengan skor DvC tinggi adalah impulsive, nekad atau berani, dan berorientasi pada perasaan dan sensasi dari kejadian. Sedangkan dengan skor rendah, individu hati-hati, dikontrol oleh implikasi jangka panjang dari tingkah lakunya, dan menghindari resiko atau bahaya.

Emotional dan Lifestyle berhubungan dengan PE, NE, dan DvC

Individu dengan NE tinggi dilaporkan sebagai individu yang keadaan emosinya negatif seperti takut, sedih, marah, rasa bersalah, dan benci. Sedangkan individu dengan PE tinggi dilaporkan sebagai individu dengan perasaan positif, seperti gembira, interest, perhatian, antusias, dan bangga atau rasa harga diri (pride).

Kedua faktor tersebut kedudukannya independen. Jadi ada individu yang mengalami level tinggi untuk kedua kondisi mood tersebut, positif dan negatif atau kedua-duanya rendah. Faktor DvC menggambarkan gaya tentang regulasi afektif. Individu dengan skor tinggi pada DvC cenderung memperoleh nilai rendah di sekolah dan memperoleh nilai rendah juga dalam unjuk kerja. Individu dengan skor tinggi DvC biasanya lebih banyak minum alkohol, menghisap marijuana, dan aktivitas seksual dibandingkan dengan individu yang skor DvCnya rendah.

Faktor DvC juga mempengaruhi pola tidur. Individu dengan skor DvC tinggi cenderung seperti “burung hantu” yang tidur jauh malah dan bangun siang, sedangkan individu dengan skor PE tinggi cenderung seperti “burung yang suka menyanyi di pagi hari” yang tidur lebih awal dan bangun pagi juga.

Hubungan PE, NE, dan DvC dengan Biologis


(2)

Menurut Clark dan Watson, dasar biologis dari DvC adalah serotonin. Menurut mereka, individu dengan neurotransmitter serotonin yang rendah cenderung menjadi agresif. Alkoholisme juga dikaitkan dengan penurunan fungsi serotonin. Hamer (1997) menghubungkan neurotransmitter dopamine dengan mencari hal-hal yang menggetarkan hati, impulsivitas, dan bebas (tidak terhambat). Ada bukti bahwa hormon testosterone yang tinggi dihubungkan dengan keinginan untuk berkompetisi dan agresivitas, keduanya dikaitkan dengan skor DvC yang tinggi.

Clark dan Watson juga menggambarkan kurangnya pengetahuan tentang neurobiologi yang mendasari NE. Terdapat relasi antara tingkat serotonin yang rendah pada sinaps neuron dengan depresi, anxiety, dan simptom-simptom (gejala-gejala) obsesi kompulsi. Hamer dan Copeland (1998) menghubungkan tingkat serotonin yang dengan dengan “pandangan yang kelabu” tentang dunia, yang analog dengan pandangan Galen tentang temperamen melancholic.

H. Plastisitas dari Sistem Neurobiologis

Terdapat kecenderungan untuk berpikir tentang proses biologis sebagai yang tertentu dan menentukan kepribadian emosi dan tingkah laku, sepertinya biologis penyebab dan kepribadian adalah akibat, dan sedikit ruang untuk berubah. Memang benar bahwa perbedaan individu dalam biologis dihubungkan dengan kecenderungan temperamen yang stabil dan berperan mempengaruhi bentangan dari kepribadian. Juga terdapat bukti tentang plastisitas dalam system, yaitu potensi untuk berubah dalam sistem neurobiologis sebagai hasil dari pengalaman. Plastisitas dalam fungsi neurobiologis menjadi jelas dalam hubungan neurotransmitter dan hormon, seperti hubungan antara testosterone dan agresi atau kompetitif, adalah dua arah. Testosterone yang tinggi memudahkan agresi yang lebih besar dan kompetitif, namun kompetisi dan agresi juga membawa pada level produksi yang tinggi dari testosterone.


(3)

I. Komponen Jasmani Primer

Sheldon membagi aspek jasmani individu menjadi komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Dalam komponen jasmani primer, menurut Sheldon terdapat tiga komponen atau dimensi jasmaniah antara lain endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada proses pembentukan fetus (janin) manusia (endoderm, mesoderm, dan ectoderm). Dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu. Maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok jasmani manusia, yaitu:

a. Endomorphy

Orang yang endomorphynya tinggi, sedangkan kedua komponen lainnya rendah ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (sistem pencernaan) sangat berperan penting. Jika dilihat dari luar, orang-orang pada tipe ini cenderung bersikap lembut, gemuk, dan tinggi badan relatif kurang atau rendah. Orang tipe ini juga selalu tenang atau rileks, menyukai hiburan, gemar makan, tidur dengan nyenyak, dan jika ada masalah selalu tergantung orang lain dalam menyelesaikannya. Mereka kurang mandiri dan tidak percaya diri atas kemampuannya.

b. Mesomorphy

Orang yang bertipe mesomorphy, komponen mesomorphynya tinggi sedangkan komponen yang lain lagi rendah, bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain, seperti otot-otot dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat, jantung juga dominan. Orang bertipe ini tampak kukuh, keras, otot tampak bersegi-segi, dan tahan terhadap penyakit. Orang dengan tipe ini memiliki sikap gagah perkasa, energik, suka berterus terang, bersuara lantang, dan kebutuhan untuk bergerak sangat banyak.Sebagai contoh, olahragawan, pengelana, dan tentara.


(4)

c. Ectomorphy

Orang-orang yang termasuk golongan tipe ini, organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama berkembang atau dominan, yaitu kulit, sistem saraf. Orang dengan tipe ini memiliki ciri-ciri jangkung, dada pipih, lemah, dan otot-otot hampir tidak tampak berkembang. Mereka memiliki otak dan sistem saraf pusat yang terbesar dibandingkan dengan besar keseluruhan tubuhnya. Orang dengan tipe ini bersikap kurang gagah, ragu-ragu, kurang bergaul (sosiofobia), tidak berani berbicara di depan orang banyak, hidup dengan teratur, sukar tidur, dan bila menghadapi masalah lebih senang mengasingkan diri.

J. Komponen Jasmani Sekunder

Komponen jasmani sekunder terdiri atas: a. Dysplasia

Dengan meminjam istilah dari Kretchmer, istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer pada berbagai daerah pada tubuh.

b. Gynandromorphy

Gynandromorphy menunjukkan sejauh mana jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan huruf “g”. Jadi, orang laki-laki yang memiliki komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Seseorang yang memiliki komponen “g” ini maksimal adalah banci. c. Texture

Texture adalah komponen yang menunjukkan bagaimana orang itu tampak dari luar.


(5)

K. Komponen Temperamen

Terdapat tiga komponen temperamen, antara lain: a. Viskerotonia

Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral atau digestif (sistem pencernaan). Orang yang viskerotonia mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar. Sifat-sifat komponen ini ialah bersikap tidak tegang (relaxed), menyukai hiburan, gemar makan, besar kebutuhannya akan orang lain, tidur dengan nyenyak, dan bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain. b. Somatotonia

Komponen ini kelompok sifat-sifatnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotonia aktivitas otot-ototnya lebih dominan. Orang yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi maskuler, suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, dan suka mendapatkan pengalaman fisik. Sifat-sifat komponen ini ialah sikapnya gagah, perkasa (energetic), kebutuhan bergerak besar, suka berterus terang, bersuara lantang, nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya, dan bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan.

c. Serebrotonia

Sebenaranya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena diperkirakan bahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah sikapnya kurang gagah, ragu-ragu, reaksinya cepat, kurang berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia), kurang berani berbicara di depan banyak orang, kebiasaan-kebiasaanya tetap, hidup teratur, suara kurang bebas, tidur kurang nyenyak, nampak lebih muda dari yang sebenarnya, dan bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.


(6)

L. Hubungan Komponen Jasmani Primer dengan Komponen Temperamen Menurut Sheldon, hubungan antara komponen jasmani primer dan komponen temperamen adalah bentuk fisik merupakan yang utama berpengaruh dari tingkah laku manusia dengan landasan bahwa faktor-faktor keturunan biologis sangat penting dalam menentukan perilaku. Sheldon juga mengatakan bahwa ada suatu struktur bilogis hipotesis, yaitu morfogenotipe yang sangat penting dalam menentukan perkembangan jasmani yang nampak dan dalam menentukan perkembangan perilaku. Morphogenotipe adalah proses perkembangan organ atau jaringan dan diferensiasi yang terjadi sesuai yang dilakukan oleh organ atau jaringan, seperti:

a. Organ yang berasal dari endoderm (sistem digestif).

b. Organ yang berasal dari mesoderm (otot-otot, pembuluh darah, dan jantung). c. Organ yang berasal dari ectoderm (kulit dan sistem saraf)

Shaldon juga berpendapat bahwa terdapat hubungan pada keduanya dan dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Orang sakit jiwa

 Penderita manis-depresif, yaitu yang temperamennya dari sifat manis (giat atau buas) ke sifat depresif (lemah dan tidak berdaya), kembali ke manis lagi lalu menjadi depresif danseterusnya. Jasmaninya, yaitu piknis (gemuk).

Schizomaprenia, yaitu melepaskan kontak dari masyarakat mengubah diri seolah-olah hidup sendiri. Jasmaninya, yaitu leptosom (badan kurus), atletis, dan displastis (tidak gemuk dan tidak kurus).

b. Orang normal

Cyclothym, yaitu mudah beradaptasi, mudah bergaul, dan tubuhnya cenderung piknis.

Schizothym, yaitu sukar bergaul, menjauhkan diri, tubuhnya leptosom, atletis, dan displastis.