EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

(1)

Desi Trihandayani Chandra

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Oleh

Desi Trihandayani Chandra

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan mata pelajaran matematika berbasis kompetensi. Pada umumnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP masih rendah. Penelitian ini menguji keefektifan penggunaan strategi TTW ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun 2011/2012. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster sampling. Berdasarkan analisis data diperoleh : a) persentase ketuntasan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada kelas eksperimen belum mencapai 50 % atau tidak mencapai KKM,


(2)

Desi Trihandayani Chandra b) kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis diperoleh dari strategi pembelajaran langsung lebih baik dari kemampuan siswa yang diperoleh dari strategi TTW.


(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

DESI TRIHANDAYANI CHANDRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

(Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Oleh

DESI TRIHANDAYANI CHANDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(6)

vi DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar ... 10

B. Efektivitas Pembelajaran ... 12

C. Strategi Pembelajaran Think Talk Write ... 14

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 19

E. Faktor-faktor dalam upaya menumbuhkan kemampuan pemcehan masalah ... 22

F. Kerangka Pikir ... 23

G. Anggapan Dasar ... 25

H. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 27

B. Desain Penelitian ... 27 Halaman


(7)

vii

C. Data Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Prosedur Penelitian ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Analisis Data ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 29

3.2 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 31

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 35

3.4 Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ... 35

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 36

3.6 Daya Beda Tes Uji Coba ... 36

3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Postes ... 37

4.1 Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 42

4.2 Pencapaian Indikator Pemecahan Masalah Kelas Kontrol... 43

4.3 Persentase Siswa Tuntas Belajar ... 44

4.4 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor, dan Simpangan Baku ... 44

4.5 Nilai Chi Kuadrat Data Kemampuan Pemecahan Masalah ... 45

4.6 Hasil Uji Coba Normalitas dengan SPSS 16,0... 45

4.7 Nilai Varians Data Kemampuan Pemecahan Masalah... 46

4.8 Data Uji Proporsi ... 46

4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 47


(9)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN

STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

Nama Mahasiswa : DESI TRIHANDAYANI CHANDRA Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021006

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Tina Yunarti, M.Si Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19660610 199111 2 001 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tina Yunarti, M.Si. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(11)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta

kasihku kepada:

Ayahanda Ujang Chandra dan Ibunda Hartini yang telah membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku

semangat dan nasehat, serta mencurahkan doa dan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Uni ku tersayang Any Oktarina Chandra dan

Megawati Chandra beserta keluarga kecilnya yang senantiasa memberikan keceriaan, doa,

semangat dan dukungan.

Para pendidik yang dengan ketulusan dan kesabaran dalam mendidikku.


(12)

Motto

“Janganlah berputus asa dan mengeluh,

karena itu tidak akan berarti ”.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Jaya pada tanggal 7 Desember 1990, merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ujang Chandra dan Ibu Hartini. Penulis dibesarkan di rumah yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 92 Desa Tanjung Jaya, Kec. Bangun Rejo, Kab. Lampung Tengah.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 1 Tanjung Jaya yang selesai pada tahun 2002, SMP Negeri 2 Bangun Rejo yang selesai pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Kalirejo yang selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bumi Agung Kab. Way Kanan. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai KADIV Sosial dan Wakil Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Penelitian (UKM P) berturut-turut periode 2009/2010 dan 2010/2011.


(14)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Strategi Think Talk Write (TTW) Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung T.P 2011/2012)”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung;

4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku pembimbing utama dan Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;


(15)

5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan, dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

6. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi;

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyele-saikan studi;

8. Bapak Sudjasman, S.H. selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian;

9. Ibu Nurbaiti, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian;

10.Ayah, Ibu, Uni, dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan semangat;

11.Siswa-siswi SMPN 8 Bandar Lampung atas kebersamaannya;

12.Teman-teman seperjuangan (angkatan 2008 reguler): Aan, Arifan, Bill, Astri, Hefna, Nicky, Yunita M, Yunita D, Nerri, Adi, Angga, April, Ayu, Rovi, Dody, Eka, Erika, Erma, Farida, Fenty, Feny, Herlangga, Ika, Indah, Laras, Lukman, Putty, Niki, Herlin, Novita, Priska, Ratna, Shintia, Dirman, Sutrisno, Tomi, Ummi, Vina, dan Yayan, atas semua bantuan yang telah diberikan; 13.Teman-teman angkatan 2008 Mandiri, kakak tingkat angkatan 2006 dan 2007

serta adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan 2011 atas kebersamaannya;

14.Rekan-rekan mahasiswa KKN dan Praktikan PPL Alex, Fikha, Elsa, Burhan, Resti, Indah A, Indah S, Ardi, dan Tanti Di SMA Negeri 1 Bumi Agung Kab. Way Kanan.


(16)

15.Teman-teman Asrama Ijo Ambar, Sarah, Ricka, dan Reni atas kebersamaannya.

16.Almamater yang telah mendewasakan penulis;

17.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis,


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat sampai saat ini masih menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Hal ini cukup beralasan melihat karak-teristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus. Marpaung (dalam Gunowibowo : 2008) mengungkapkan pendidikan matematika kita selama ini tidak berhasil mening-katkan pemahaman matematika yang baik pada siswa, tetapi menumbuhkan perasaan takut, persepsi terhadap matematika sebagai ilmu yang sukar dikuasai, tidak bermakna, membosankan, menyebabkan stres pada diri siswa. Ini menun-jukkan bahwa pembelajaran matematika belum mampu mengarahkan pada ranah afektif dan kognitif yang lebih baik.

Martin et al (dalam Noer : 2011) menunjukkan bahwa kemampuan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dalam memecahkan masalah matematis masih belum memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Secara internasional studi ini adalah salah satu studi yang merupakan indikator hasil belajar matematika. Hasil yang diperoleh yakni Indonesia masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang berkaitan dengan menetapkan kebenaran atau pembuktian, pemecahan


(18)

2 masalah yang memerlukan penalaran matematis, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Indonesia relatif lebih baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur. Akibatnya, pada studi TIMSS 2007 posisi prestasi belajar anak-anak Indonesia berada pada urutan 36 dari 48 negara peserta.

Saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan disusun berbasis kompetensi. Yamin, ansari (2009 : 125) mengatakan bahwa dalam KTSP didefinisikan siswa dikatakan memiliki kom-petensi berarti memiliki tiga hal yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang ditunjukkan dalam perilaku. Berdasarkan Depdiknas (2006) implementasi dari KTSP sendiri yaitu : 1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; 2) berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman; 3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; 5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang berbasis kompetensi. Adapun salah satu tujuan dari belajar matematika dalah kemam-puan pemecahan masalah. Hal ini ditegaskan pada kurikulum KTSP yang memberi penekanan pada penguasaan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam pembelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan.


(19)

3 Sementara itu, Wahyudin (dalam Ibrahim : 2008) menyatakan bahwa pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar matematika, tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukannya. Serta merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi dalam pembuatan keputusan secara baik dalam kehidupannya.

Ibrahim (2008 : 90) mengatakan bahwa fakta yang ada di dalam maupun di luar Indonesia menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah, baik di tingkat pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Hal ini didasarkan pada beberapa hasil penelitian, yaitu tidak kurang dari lima belas hasil penelitian tingkat nasional dan internasional yang mengungkapkan bahwa secara klasikal ke-mampuan pemecahan masalah matematis belum mencapai taraf yang memuaskan. Suryadi (dalam Napitupulu : 2008) mene-gaskan bahwa kelemahan siswa SMP yaitu dalam menemukan pola atau bentuk umum dan dalam perumuman. Hal ini jelas menggambarkan betapa pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam kurikulum serta pengaplikasiannya dalam kelas.

Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting sebagaimana dikatakan oleh Branca (dalam Firdaus, 2009 : 1), kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, serta penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam pelajaran matematika.


(20)

4 Berkaitan dengan ini, Ruseffendi, 1991b (dalam Firdaus, 2009 : 1), menge-mukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa, 1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif; 2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain) diisyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat per-nyataan yang benar; 3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan baru; 4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; 5) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; 6) merupakan ke-giatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

Situasi pembelajaran matematika dengan kemampuan pemecahan masalah rendah juga terjadi di SMPN 8 Bandar Lampung khususnya untuk kelas VIII. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VIII, diperoleh informasi bahwa dalam praktik pembelajaran matematika di kelas seringkali guru dihadapkan pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah berupa soal rutin maupun soal non rutin yang diberikan. Siswa tidak berani menanyakan hal yang menjadi kesulitannya. Hal ini menunjukkan lemahnya interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan selama ini masih menggunakan strategi pembelajaran langsung dengan menjelaskan materi dan contoh soal secara langsung karena strategi pembelajaran ini masih dianggap sebagai strategi


(21)

5 pembelajaran yang efektif. Anggapan tersebut diperkuat dengan memperhatikan karakteristik dari siswa sendiri yang masih belum mampu untuk mengorganisir ilmu pengetahuan yang sudah atau yang akan diperolehnya. Dalam kegiatan yang terjadi di dalam kelas, siswa hanya aktif menerima pelajaran. Meskipun terdapat diskusi, biasanya hanya melibatkan siswa tertentu.

Secara umum karakteristik siswa yang ada pada kelas VIII di SMPN 8 Bandar Lampung dapat digolongkan sebagai berikut : 1) siswa pendiam yakni siswa ini tidak banyak aktivitas fisiknya, tetapi ia selalu menurut perintah guru, karena dia cenderung diam, dan juga tidak suka bertanya. Walaupun selalu mengikuti perintah guru namun bersifat pasif sehingga guru tidak bisa mengidentifikasinya; 2) siswa perenung yakni siswa yang suka melamun dan tidak berkonsentrasi. Pandangan ke depan namun sebenarnya tidak memperhatikan penjelasan guru; 3) siswa super aktif yakni siswa yang super aktif dan bersifat negatif yang mengganggu kondisi belajar temannya di kelas dan merusak konsentrasi. Siswa tersebut berperilaku seperti menarik perhatian guru dan temannya; 4) siswa malas yakni siswa yang tidak mau bertanya, jarang mengerjakan tugas, pekerjaan rumah, dan tidak berani mengutarakan pendapat selama pembelajaran.

Karakteristik siswa sebagaimana diuraikan diatas, menyebabkan pembelajaran yang ada belum memberikan hasil yang baik untuk pelajaran matematika sendiri. Maka dipilihlah strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran yang ada dan melihat karakteristik siswa me-nyebabkan ketidakmampuan siswa dalam mengaitkan pengetahuan yang telah di-miliki dengan pengetahuan baru yang sedang diterima. Salah satu penyebab


(22)

6 adalah kurangnya aktivitas siswa dalam menulis. Sebagaimana pendapat Kadarwati (2009 : 57) yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika yang menekankan pada kegiatan menulis matematis dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam mengungkapkan gagasan matematis secara tertulis. Menulis dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu memudahkan siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Salah satu strategi pembelajaran matematika yang diduga dapat memberikan hasil pada kemampuan pemecahan masalah matematis adalah strategi Think Talk Write (TTW). Stategi ini diawali dengan bagaimana siswa memikirkan materi yang telah dipersiapkan oleh guru, membangun dan mengorganisasikan ide-ide dari apa yang telah dibaca (tahap think). Kemudian apa yang telah dibangun dalam pe-mikiran siswa didiskusikan untuk merefleksi ide-ide yang telah disepakati (tahap talk). Dan pada akhirnya siswa menuliskan rangkuman dari hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write).

Tahap-tahap dalam strategi yang digunakan pada pembelajaran membimbing siswa untuk mengungkapkan ide-ide matematisnya dan belajar menulis melalui kegiatan merangkum pada akhir pembelajaran. Mac. Gegor (dalam Kadarwati, 2009 : 62) menyimpulkan bahwa kecakapan bahasa berhubungan dengan prestasi dalam matematika. Kadarwati (2009:62) mengatakan bahwa kegiatan berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis rangkuman (write) mendorong siswa memahami konsep-konsep dan menggunakan konsep tersebut untuk menyelesaikan tugas.


(23)

7 Dari uraian di atas, dipilihlah suatu penelitian dengan judul : Efektivitas Penggunaan Strategi TTW ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis bagi siswa dalam proses selanjutnya, maka masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa perlu diupayakan pemecahannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penggunaan strategi Think Talk Write (TTW) efektif pada pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian secara rinci sebagai berikut:

1. Apakah lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen tuntas belajar (memiliki nilai lebih dari 68)?

2. Apakah rata-rata nilai pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) lebih baik daripada rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Strategi Think Talk Write (TTW) ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.


(24)

8 D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan keilmuan bidang pembelajaran

matematika.

2. Secara spesifik hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui penggunaan hal-hal yang diketahui siswa, yang akrab dan ada di lingkungan siswa.

E. Ruang Lingkup

Sebagai lingkup kajian penelitian ini adalah mencakup hal-hal berikut:

1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes kemampuan pemecahan ma-salah matematis. Pembelajaran dikatakan efektif apabila :

a. Minimal lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen tuntas belajar (memiliki nilai lebih dari 68).

b. Rata-rata nilai pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi Think Talk Write (TTW) lebih baik dibandingkan dengan pemecahan masalah siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.


(25)

9 2. Strategi Think Talk Write (TTW) adalah strategi pembelajaran yang didasari oleh berpikir (think) dengan membuat catatan, berbicara (talk), dan menulis (write).

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Dalam kemampuan pe-mecahan masalah matematis siswa terdiri dari 4 indikator pencapaian yaitu 1) merumuskan masalah / menyusun model matematika; 2) merencanakan strategi penyelesaian; 3) menerapkan strategi penyelesaian masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ini diukur dari nilai tes akhir matematika siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pokok bahasan.

4. Materi pembelajaran dibatasi pada : mengindentifikasi sifat-sifat prisma dan limas, membuat jaring-jaring, dan menghitung luas permukaan dan volume dari prisma dan limas.


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menje-laskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep. Dalam hal ini, ibrahim (2008 : 93) mengatakan teori yang paling luas diterima adalah teori konstruktivisme, yakni menyarankan cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonsruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu. Dengan kata lain, siswa harus berperan aktif dalam mengembangkan pema-hamannya tentang konsep matematika. Teori konstruktivisme memberi wawasan tentang bagaimana siswa belajar matematika dan membimbing untuk meng-gunakan strategi pembelajaran yang dimulai dengan memperhatikan kondisi siswa.

Ibrahim (2008 : 94) mengatakan prinsip dasar dari konstruktivisme adalah siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Selanjutnya, prinsip-prinsip umum teori


(27)

11 konstruktivisme kebanyakan didasarkan pada proses asimilasi dan akomodasi dari Piaget serta interaksi sosial dari Vygotsky. Vygotsky percaya bahwa proses ber-pikir berada di antara orang-orang di dalam lingkungan sosial dan dari lingkungan ini siswa memperoleh ide-ide.

Ibrahim juga mengatakan bahwa Vygotsky memandang ide-ide yang berada di kelas, di dalam buku-buku, dan dari guru atau sumber lain, berbeda dengan ide-ide yang dikonstruksi oleh siswa. Berdasarkan pandangan ahli konstruktivisme seperti Piaget dan Vygotsky tentang pembelajaran, dapat diperoleh seperti, 1) siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka, dengan kata lain kita tidak dapat mentransfer ide kepada siswa yang pasif; 2) pengetahuan dan pemahaman memiliki sifat yang unik bagi setiap siswa; 3) pembelajaran supaya efektif, penting dimulai dengan ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sehingga dapat menstimulasi, menantang, dan melibatkan siswa untuk berpikir; 4) ling-kungan sosial budaya dari sebuah komunitas belajar matematika berinteraksi dengan ide matematika awal siswa dan sekaligus meningkatkan perkembangan ide matematika tersebut; 5) siswa belajar matematika adalah hasil dari proses pemecahan masalah, sehingga ide-ide matematika adalah hasil dari pengalaman memecahkan masalah dan bukan bagian yang harus diajarkan sebelumnya penye-lesaian soal atau memecahkan masalah; 6) model-model untuk ide-ide matematika membantu siswa dalam mengungkap, mendiskusikan, dan mungkin untuk meng-kritisi ide-ide matematika; 7) pengajaran yang efektif merupakan kegiatan yang terpusat pada siswa (studentcenter).


(28)

12 Yamin dan Ansari ( 2009 : 95) menyimpulkan bahwa menurut teori kons-truktivisme, belajar adalah keterlibatan anak secara aktif membangun penge-tahuannya melalui berbagai jalur, seperti membaca, berpikir, mendengar, ber-diskusi, mengamati, dan melakukan eksperimen terhadap lingkungan serta mela-porkannya. Dengan demikian, ciri-ciri pembalajaran yang berbasis kons-truktivisme sangat sesuai dengan strategi pembelajaran TTW, sehingga peranan guru dalam strategi ini sebagai stimulation of learning benar-benar dapat mem-bantu siswa dalam mengkonstruk pengetahuan.

B. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sedangkan pembelajaran menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Steers (dalam Muhidin 2010 : 1) bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti kemampuan sebuah lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut di desain dalam suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.

Pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada siswa yang di dalamnya terdapat upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap


(29)

ke-13 mampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika agar terjadi interaksi optimal antara siswa dengan siswa serta guru dengan siswa. Hal ini berdasarkan pendapat Suyitno (2004 : 2) bahwa pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

Hamalik (2004: 171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Penyediaan kesempatan untuk belajar secara mandiri ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami makna pembelajaran yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran yang efektif nuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan me-motivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran, mengelola kelas agar tertib dan teratur. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman konsep yang baik.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa terhadap pembelajaran.


(30)

14

C. Strategi Pembelajaran Think Talk Write

Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran, diantaranya dipaparkan oleh Uno (2009 : 1) seperti : 1) Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu; 2) Gerlach dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu; 3) Gropper (1990) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Berdasarkan beberapa pengertian strategi pembelajaran yang dijelaskan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan me-mahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat di-kuasainya diakhir kegiatan belajar. Hudoyo (1990 : 11) mengatakan bahwa strategi mengajar menyangkut pemilihan cara yang dipilih guru dalam menen-tukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi matematika kepada siswa di depan kelas. Hal senada juga dinyatakan oleh Sanjaya (2008 : 126) bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pem-belajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.


(31)

15 Salah satu strategi yang diharapkan efektif dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW). Strategi ini adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar yang didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi ini mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan dengan suatu topik. Strategi TTW juga digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum menuliskannya serta memperkenankan siswa untuk mem-pengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuliskannya. Anonimmous (1999 : 1) Strategi TTW juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur.

Arnawa (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa pembelajaran dengan strategi TTW memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan berpikir, merefleksikan dan menyusun ide-ide, serta menguji ide-ide itu sebelum memulai menulisnya. Hal senada juga di-jelaskan oleh Huinker dan Laughlin (Kadarwati 2009 :59) bahwa strategi TTW memungkinkan semua siswa mengungkapkan ide yang melatarbelakangi gagasan mereka sebelum mereka menuliskannya.

Yamin dan Ansari (2009 : 84) menjelaskan strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada dasarnya dibangun melalui tiga tahapan, yaitu tahap berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Strategi ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum


(32)

16 menulis. Suasana dalam pembelajaran yakni dibentuknya kelompok yang heterogen terdiri dari 3-5 orang siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta untuk membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar dan membagi ide bersama kemudian menuangkan pada tulisan.

1. Tahap pertama, Berpikir (Think), Siswa diminta untuk membaca suatu teks matematika atau bacaan dimulai dari soal-soal kontekstual yang diberi panduan sebelum siswa membuat catatan kecil apa yang telah dibaca secara individu baik dari apa yang diketahui maupun yang tidak diketahui untuk dibawa pada forum diskusi di tahap berbicara (talk). Dalam tahap ini siswa secara individu memi-kirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil ten-tang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Yamin dan Ansari (2009 : 85).

Robinson et al (Slavin 2008 : 254) menyatakan bahwa pembuatan catatan dan pengkajian setelah membaca dapat meningkatkan pembelajaran siswa. Sementara itu, Wiederhold (Yamin dan Ansari 2008 : 85) menyatakan bahwa membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajar rutin membuat / menulis catatan setelah membaca me-rangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat catatan mempertinggikan siswa, bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.

2. Tahap kadua, Berbicara (Talk), Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, rnenyusun, serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam


(33)

17 kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. Selanjutnya ber-komunikasi atau dialog baik antara siswa maupun dengan guru dapat me-ningkatkan pemahaman. Yamin dan Ansari (2009 : 87).

Yamin dan Ansari (2008 : 86) menjelaskan mengapa “Talk” penting dalam matematika, karena 1) Matematika adalah bahasa yang spesial dibentuk untuk mengomunikasikan bahasa sehari-hari; 2) Pemahaman matematis dibangun melalui interaksi dan percakapan antar individu; 3) Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, definisi, dan strategi solusi melalui fase talk; 4) Dalam proses ini terjadi pembentukan ide yang dirumuskan maupun direvisi; 5) Talking membantu guru mengetahui tingkat pe-mahaman siswa dalam belajar matematika sehingga dapat mempersiapkan per-lengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

3. Tahap ketiga, Menulis (Write), Siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan Slavin (2008 :88-89) bahwa menulis dapat memperlihatkan ide yang dibentuk dari mereka sendiri dengan menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri.

Klein (Slavin 2008 : 255) menyatakan bahwa makin banyak himpunan bukti mendukung gagasan yang dijelaskan siswa secara tertulis isi yang mereka pelajari maka siswa terbantu memahami dan mengingatnya. Hal ini menjelaskan bahwa


(34)

18 proses menulis membantu siswa untuk memahami dan mengingat apa yang telah dipelajari oleh siswa. Yamin dan Ansari (2008 : 87), yaitu menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pe-mahaman siswa mengenai materi atau konsep yang ia pelajari.

Masih menurut Yamin dan Ansari (2008:88) mengemukakan aktivitas siswa selama tahap “Write” seperti, 1) Menulis solusi terhadap masalah / pertanyaan yang diberikan; 2) Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya menggunakan grafik, diagram, atau table agar mudah dibaca atau ditindaklanjuti; 3) Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pe-kerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan; 4) Meyakini bahwa pepe-kerjaannya yang terbaik, yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW menurut Yamin dan Ansari (2008 : 90) yaitu : 1) Guru membagi teks bacaan berupa lembar kerja siswa yang memuat masalah dan petunjuk beserta prosedur pengerjaannya; 2) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara Individual, untuk kemudian dibawa ke forum diskusi (talk); 3) Siswa berinteraksi dan ber-kolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar; 4) Siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).

Dalam hal ini peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW ini dikemukakan oleh Silver dan Smith (dalam Yamin dan Ansari, 2008 : 90) sebagai berikut, 1) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang men-datangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa berpikir; 2) Mendengarkan


(35)

19 secara hati-hati ide siswa; 3) Meminta siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan; 4) Memutuskan apa yang digali dan dibawa dalam diskusi; 5) Me-mutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalanpersoalan, meng-gunakan model, membimbing, dan membiarkan siswa berjuang dalam kesulitan; 6) Memonitor dan menilai pertisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.

Berdasarkan uraian diatas, strategi TTW memiliki perbedaan dengan pembel-ajaran yang lain, seperti : 1) Melibatkan siswa secara langsung dalam tahap pembelajaran yang terdiri dari berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) yang dapat me-ningkatkan kemampuan komunikasi dan pemahaman matematis. 2) Mengonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil berpikir secara individu yang akan dibawa pada tahap berdiskusi antar kelompok. 3) Strategi TTW ini dibentuk dalam kolompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang akan berkelompok pada tahap “talk”. 4) Dalam pembelajaran ini guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. 5) Aktivitas siswa yang terjadi dengan tahap berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) membantu guru untuk memantau kesalahan siswa, miskonsepsi, dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari masalah sehingga kita dituntut untuk memecahkan masalah tersebut. Masalah yang hadir tidak hanya


(36)

20 dalam kehidupan sehari-hari melainkan dalam pembelajaran seperti halnya pem-belajaran matematika. Sujono (1988) menjelaskan bahwa masalah matematika sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan pe-mikiran yang asli dan imajinasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka suatu masalah belum tentu menjadi masalah bagi orang lain atau merupakan hal yang rutin saja.

Ruseffendi,1991a (Firdaus 2009:1) mengatakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: 1) persoalan itu tidak dikenalnya; 2) siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun penge-tahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya; 3) sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya. Sementara Hudojo (2001 : 163) mengatakan syarat suatu masalah bagi seorang siswa adalah sebagai berikut : 1) pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan bagi siswa tersebut untuk menjawabnya; 2) pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa.

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan masalah. Berkaitan dengan ke-mampuan pemecahan masalah matematis sebagaimana di dalam prinsip-prinsip NCTM (2000) menyatakan bahwa ada empat indikator pemecahan masalah matematis, yaitu : 1) siswa membangun pengetahuan matematis baru melalui pe-mecahan masalah; 2) siswa menyelesaikan masalah yang muncul dalam


(37)

21 matematika dan dalam bidang lain; 3) siswa menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan masalah; 4) siswa me-ngamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematis.

Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tun-tutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai. Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah merupakan komponen penting dalam mem-pelajari matematika sehingga dengan sendirinya siswa mampu dan memiliki kemampuan dasar yang kemudian siswa dapat membuat strategi dalam me-mecahkan masalah yang lebih efektif.

Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting sebagaimana dikatakan oleh Branca (dalam Firdaus, 2009 : 1), kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, serta penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam pelajaran matematika.

Berkaitan dengan ini, Ruseffendi, 1991b (dalam Firdaus, 2009 : 1), menge-mukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa, 1) dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif; 2) disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain) diisyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat


(38)

22 pernyataan yang benar; 3) dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan baru; 4) dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya; 5) mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan untuk membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya; 6) merupakan ke-giatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

Berdasarkan uraian diatas, kemmpuan pemecahan masalah matematis merupakan komponen penting dalam mempelajari matematika yang meliputi metode, prosedur, dan strategi penyelesaian.

E. Faktor-faktor dalam upaya menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah

Ibrahim (2008 : 99) dalam makalahnya mengatakan bahwa faktor-faktor yang dianggap penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah faktor kemampuan awal, kualifikasi sekolah, perbedaan gender, dan tingkat kece-masan, karena faktor-faktor ini diduga kuat ikut berinteraksi. Adapun faktor kemampuan awal, ibrahim (2008 : 97) menyatakan bahwa faktor kemampuan matematika siap pakai atau kemampuan matematika sebelumnya yang dimiliki siswa perlu menjadi perhatian. Hal ini disebabkan oleh adanya hubungan antara intervensi yang harus dipersiapkan guru dengan materi prasyarat serta penge-tahuan matematika siap pakai tersebut yang dapat menunjang proses pemahaman


(39)

23 materi yang disajikan. Maka kemampuan awal perlu diperhatikan mengingat kemampuan siswa tergolong dalam kelompok atas, sedang, dan bawah.

Faktor kualifikasi sekolah juga berpengaruh secara signifikan dalam kemampuan pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada makalah Ibrahim 2008, dalam hal ini peringkat sekolah atau kualifikasi sekolah mempengaruhi dalam menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Faktor perbedaan gender, dalam hal ini sebagaimana didasarkan pada laporan hasil penelitian Kadarwati, 2009; yang menyatakan kemampuan dalam matematika siswa perempuan lebih baik dibandingkan dengan kemampuan dalam matematika siswa laki-laki. Ibrahim (2008 : 98) menyatakan bahwa perbedaan perilaku, cara berpikir, dan sikap antara siswa laki-laki dan siswa perempuan memberikan pengaruh yang berbeda ter-hadap hasil belajaranya.

Faktor tingkat kecemasan juga berpengaruh terhadap hasil belajar, berdasarkan Ibrahim (2008 : 99) bahwa kecemasan siswa bertambah pada saat menghadapi tes. Hal ini disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas. Dengan demikian tingkat kecemasan siswa dalam melakukan tes perlu menjadi perhatian.

F. Kerangka Pikir

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Indikator kemampuan pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) merumuskan masalah / menyusun model matematika; 2) merencanakan strategi penyelesaian; 3) menerapkan


(40)

24 strategi penyelesaian masalah; dan 4) menguji kebenaran jawaban (looking back). Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa perlu dilakukan strategi pembelajaran secara maksimal.

Hal yang memperhatikan dalam kegiatan pembelajaran matematika dialami pada SMPN 8 Bandar Lampung, guru menyampaikan materi secara langsung, siswa hanya aktif menerima pelajaran, meskipun terdapat diskusi, diskusi tidak berjalan dengan baik, yaitu diskusi yang terjadi biasanya hanya melibatkan siswa tertentu. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan hasil belajar yang kurang optimal.

Salah satu strategi pembelajaran yang membawa alam pikiran siswa ke dalam pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif adalah strategi TTW. Dengan pembelajaran ini membantu siswa untuk memikirkan dan mengonstuksi ide-ide yang terjadi pada tahap ”think” dan memungkinkan siswa untuk terampil ber-bicara dan berkomunikasi dalam matematik yang terjadi pada tahap ”talk” baik antara siswa maupun dengan guru serta menuliskan hasil dari tahap ”think” dan ”talk” dimana menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Aktivitas menulis pada tahap ”write” ini dapat membantu guru dalam memantau kesalahan dan miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa. Dengan pembalajaran ini siswa tidak hanya mudah dalam menguasai konsep dan materi pelajaran namun juga tidak mudah lupa terhadap konsep yang telah diperolehnya tersebut.

Dengan strategi TTW ini siswa diberikan teks bacaan yang dimulai dengan soal-soal kontekstual dengan diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan


(41)

25 kecil. Dalam penerapannya di kelas, siswa terbagi dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan tahap kedua yaitu ”talk”. Dalam pembelajaran ini guru ber-peran sebagai fasilitator. Dan interaksi yang tercipta dengan strategi TTW adalah multi arah, yaitu dari guru ke siswa, siswa ke guru, dan siswa ke siswa.

Dengan adanya rasa ketertarikan pada diri siswa terhadap pelajaran matematika, maka siswa akan terlibat secara aktif di dalam pembelajaran yang berlangsung. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran akan berdampak pada pemahaman dan keberagaman dalam menyelesaikan soal matematika. Dengan begitu guru akan mengetahui masing-masing tingkat ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran matematika, sehingga dapat melakukan pembelajaran selanjutnya dengan menyesuaikan ke-mampuan tersebut.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII semester genap SMPN 8 Bandar Lampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti pada tiap siswa dianggap mem-berikan kontribusi yang sama besar dan kemampuan kognitif setiap siswa di-asumsikan homogen.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Lebih dari atau sama dengan 50% siswa dalam kelas eksperimen tuntas belajar (memiliki nilai lebih dari 68).


(42)

26 2. Rata-rata nilai pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti

pembela-jaran dengan Stretegi TTW lebih baik daripada rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran langsung.


(43)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII berjumlah 254 orang siswa yang terdistribusi dalam 7 kelas VIIIA-VIIIG dengan kemampuan siswa merata di dalam setiap kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Cluster sampling. Menurut Sukardi (2003 : 61) pengambilan sampel ini yakni memilih sampel bukan didasarkan pada individual tetapi didasarkan pada kelompok, daerah, ataupun kelas yang secara alami berkumpul bersama. Berdasarkan cara pengambilan tersebut terpilih siswa kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIIIC sebagai kelas kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan strategi pembelajaran TTW dan pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan strategi pembelajaran langsung.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa melalui strategi TTW. Strategi ini diawali dengan bagaimana siswa memikirkan materi yang telah dipersiapkan oleh guru, membangun dan meng-organisasikan ide-ide dari apa yang dibaca (tahap think). Kemudian apa yang


(44)

28 telah dibangun dalam pemikiran siswa didiskusikan untuk merefleksikan ide-ide yang telah disepakati (tahap talk). Dan akhirnya siswa menuliskan rangkuman dari hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write). Sebagaimana desain ini dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3.1Desain Strategi Pembelajaran TTW

Dimodifikasi dari desain pembelajaran oleh Yamin dan Ansari (2008 : 89)

Guru memberikan arahan tentang penjelasan strategi TTW

Diberikan bacaan dan masalah yang berkaitan dengan materi

pembelajaran.

Think, membangun keterampilan

dasar berpikir kritis

 Siswa membaca teks dan petunjuk pada LKS

Talk, interaksi antar individu secara kelompok untuk membahas catatan kecil.

 Siswa membuat catatan kecil secara individu

Write, siswa mengonstruksi pengetahuan hasil dari think talk secara individu

Guru meminta perwakilan siswa dalam kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusinya.

Pengambilan kesimpulan dilakukan siswa disertai penguatan oleh guru.

Memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis


(45)

29 Desain penelitian yang digunakan yaitu Posttest only control group design dengan satu macam perlakuan. Desain ini didasari asumsi bahwa kelompok eksperimen dan kelompok pembanding yang diambil sudah benar-benar ekuivalen. Desain ini menurut Furchan (1982 : 355) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Postest Only Control Group Design

Kelas Perlakuan Postest

E X X1

P C X2

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen P : Kelas Kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW)

C : Perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan strategi pembelajaran langsung

X1 : Skor post-test pada kelas eksperimen X2 : Skor post-test pada kelas kontrol

Untuk mengetahui efektivitas penggunaan strategi Think Talk Write (TTW) tinjau kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, penelaahan penelitian di-lakukan pada sekolah yang masih menggunakan pembelajaran langsung khususnya di SMPN 8 Bandar Lampung.


(46)

30 C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa yang dilakukan setelah perlakuan. D. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan kegiatan penting dalam suatu penelitian. Dengan adanya data-data itulah peneliti menganalisisnya untuk kemudian dibahas dan di-simpulkan dengan panduan serta referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa.

b. Metode Tes

Metode tes adalah metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir dari suatu perlakuan. Untuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam mengerjakan soal matematika. Tes diberikan sesudah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes ini terdiri dari 3 soal yang masing-masing soal memuat kriteria tes yang mampu mengukur ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa seperti pada tabel berikut :


(47)

31 Tabel 3.2

Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal / masalah Skor Merumuskan masalah /

menyusun model matematika

 Tidak memahami masalah / tidak menjawab

 Tidak memperhatikan syarat-syarat soal / interpretasi soal kurang tepat

 Merumuskan masalah / menyusun model matematika dengan baik.

0 1 2 Merencanakan strategi

penyelesaian  Tidak ada rencana strategi Strategi yang direncanakan kurang relevan

 Menggunakan satu strategi tetapi mengarah pada jawaban yang salah

 Menggunakan satu strategi tetapi tidak dapat dilanjutkan

 Menggunakan beberapa strategi yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar

0 1 2 3 4 Menerapkan strategi

penyelesaian masalah  Tidak ada penyelesaian Ada penyelesaian tetapi prosedur tidak jelas

 Menggunakan satu prosedur dan mengarah pada jawaban benar

 Menggunakan satu prosedur yang benar tetapi salah menghitung

 Menggunakan satu prosedur dan jawaban yang benar 0 1 2 3 4 Menguji kebenaran

jawaban (looking back)  Tidak ada pengujian jawaban Pengujian hanya pada jawaban

 Pangujian hanya pada proses

 Pengujian pada proses dan jawaban

0 1 2 3 Sumber : Agnes, 2011 E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti

banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa. 2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian.


(48)

32 4. Pembuatan instrumen penelitian.

5. Uji coba instrumen penelitian. 6. Melakukan validasi instrumen. 7. Melaksanakan perbaikan instrumen.

8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen.

9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kelas kontrol. 10.Menganalisis data.

11.Membuat kesimpulan.

F. Instrumen Penelitian dan Pengembangan

Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Instrumen dalam penelitian ini adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Sebelum digunakan, perangkat tes yang telah disusun oleh peneliti dilakukan uji coba. Namun sebelum diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan validasi untuk me-ngukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas butir soal yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat


(49)

33 mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya di-ujikan.

Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa perangkat tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji coba dilakukan diluar sampel penelitian namun masih dalam populasi yang sama yaitu siswa kelas VIIIA. Setelah diadakan uji coba selanjutnya melakukan validitas butir soal menggunakan SPSS (lampiran B.4) dari hasil tersebut soal tes dinyatakan valid. Selanjutnya melakukan analisis hasil uji coba untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

1. Reliabilitas

Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hasil belajar siswa. Tes yang digunakan diujicobakan diluar sampel, dimaksudkan


(50)

34 untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes. Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2001) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

dimana:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Si2 = Jumlah varians skor dari tiap butir item

Si2 = Varian total

Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau lebih dari 0,70. Dari hasil uji coba diperoleh reliabilitas soal yakni r11 = 0,782, maka soal tersebut memiliki relibilitas yang tinggi.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes diakatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono (dalam Noer, 2010:23) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal

               

2

2

11 1 1 Si

Si n n r T T I J TK


(51)

35 Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

15 . 0 00

.

0 TK  Sangat Sukar

30 . 0 16

.

0 TK  Sukar

70 . 0 31

.

0 TK  Sedang

85 . 0 71

.

0 TK  Mudah

00 . 1 86

.

0 TK  Sangat Mudah

Sudijono (dalam Noer, 2010:23)

Dari perhitungan tes uji coba yang dilakukan didapatkan perhitungan tingkat kesukaran soal sebagai berikut :

Tabel 3. Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba No. Soal Tingkat Kesukaran

1. 0,6971 ( Sedang )

2. 0,6041 ( Sedang )

3a. 0,6912 ( Sedang )

3b. 0,6618 ( Sedang )

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Karno To (dalam Noer, 2010) mengungkapkan menghitung daya pembeda diten-tukan dengan rumus :

IA JB JA


(52)

36 Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

10 . 0

 DP

Negatif Sangat Buruk

19 . 0 10

.

0  DP  Buruk

29 . 0 20

.

0  DP  Agak baik, perlu revisi 49

. 0 30

.

0  DP  Baik

50 . 0 

DP Sangat Baik

To (dalam Noer, 2010)

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan didapatkan perhitungan daya beda soal sebagai berikut :

Tabel 3.5 Daya Beda Tes Uji Coba

No Soal Daya Pembeda

1 0,48 (Baik)

2 0,30 (Baik)

3a 0,63 (Sangat baik)

3b 0,65 (Sangat baik)

Berdasarkan perhitungan diatas, rekapitulasi hasil uji coba soal postes diperoleh data validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang disajikan pada tabel 3.6.


(53)

37 Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Postes.

No Soal Validitas Reliabilitas Kesukaran Tingkat Daya Pembeda

1 Valid

0,782 (Tinggi)

0.69 (Sedang) 0,48 (Baik)

2 Valid 0,60 (Sedang) 0,31(Baik)

3a Valid 0,69 (Sedang) 0,63 ( Sangat Baik)

3b Valid 0,66 (Sedang) 0,65 ( Sangat Baik)

Berdasarkan rekapitulasi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi yaitu 0,782. Setelah dilakukan uji coba instrumen, soal nomor 1 mengalami revisi keterbacaan agar siswa dapat memaknai soal dengan baik.

G. Analisis Data

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil posttest dianalisis. Data yang digunakan adalah data nilai kemampuan pemecahan masalah matematis kelas VIII. Data dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata untuk menguji ke-benaran hipotesis yang diajukan.

1. Uji Normalitas

Setelah mendapat data hasil kemampuan pemecahan masalah yaitu berupa nilai posttest pokok bahasan prisma dan limas, maka data tersebut diuji kenormalannya yaitu berfungsi untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chikuadrat dan SPSS 16.0 for wndows. Uji Chikuadrat menurut Sudjana (2005: 273) sebagai berikut:


(54)

38 Hipotesis :

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval

Kriteria pengujian, jika X2hitungX2tabel dengan dk = k – 3, dan taraf signifikan 5 %, maka data berdistribusi normal. Kriteria uji kenormalan dengan SPSS 16.0 for wndows yaitu data berdistribusi normal jika nilai sig pada kolom Kolmogrov-Smirnov > 0,05.

Berdasarkan uji yang telah dilakukan didapat bahwa data berdistribusi normal, sehingga uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji ini untuk mengetahui seragam tidaknya varians yang diambil dari populasi yang sama (Arikunto, 2005:318). Untuk menguji kesamaan varians dari k buah kelas (k≥2) populasi, digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).

Hipotesis :

H0 : 2

2 2 1 

  (kedua populasi bersifat homogen)

H1 : 2

2 2 1 

  (kedua populasi bersifat tidak homogen)

   k i Ei Ei Oi X 1 2


(55)

39 Persamaan Uji: terkecil Varians terbesar Varians F

Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika ≥ ( , ), dengan ( , ) diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang , sedangkan − 1 adalah dk pembilang, dan − 1 adalah dk penyebut (Sudjana, 2005 : 250).

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kedua populasi bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.

3. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut. H0 :

< 0,50 (persentase siswa tuntas belajar < 50%) H1 :

≥ 0,50 (persentase siswa tuntas belajar ≥ 50%) Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

n n x zhitung ) 50 , 0 1 ( 50 , 0 50 , 0    Keterangan:

x : banyaknya siswa tuntas belajar n : jumlah sampel

0,50 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5 diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α). Sudjana (2002: 234).


(56)

40 4. Uji Hipotesis

Karena data berdistribusi normal dan kedua kelompok data homogen, maka statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesisi adalah uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut

2 1 1 2 1 : :       H Ho 1

 = rata-rata skor posstest dengan Strategi pembelajaran TTW 2

 = rata-rata skor posstest dengan strategi pembelajaran langsung.

Karena = tetapi tidak diketahui maka statistik yang digunakan adalah: = ̅ ̅ dengan = ( ) ( )

Keterangan:

̅ = rata-rata nilai posttest kelas eksperimen ̅ = rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= simpangan baku

= banyak peserta didik kelas eksperimen = banyak peserta didik kelas kontrol = varians kelas eksperimen

฀22 = varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5% terima Ho jika -t 1 – 1/2α < t < 1 – 1/2α.. (Sudjana, 2005: 239).


(57)

41 Hx= <

Hy = >


(58)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Bandar lampung ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis masih belum memberikan hasil yang optimal baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hal ini berarti Strategi Think Talk Write

(TTW) tidak efektif bila ditinjau dari Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berikut ini yang mendasari kesimpulan di atas :

1. Persentase siswa tuntas belajar pada kelas eksperiemen kurang dari 50% atau tidak mencapai KKM yaitu 68.

2. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Saran

Mengingat kemampuan pemecahan masalah matematis sangat diperlukan dalam pelajaran matematika dikemukakan saran-saran sebagai berikut.


(59)

53 1. Guru diharapkan dapat mengenalkan dan melatihkan keterampilan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga siswa terbiasa dengan soal-soal non rutin.

2. Diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP dan LKS untuk lebih memperkenalkan konsep pelajaran yang lebih baik.

3. Dalam pemilihan strategi pembelajaran hendaknya guru benar-benar memahami karakteristik siswa dan karakter dari materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga akan mampu memberikan hasil yang optimal.

4. Faktor kemampuan awal, kualifikasi sekolah, perbedaan gender, dan tingkat kecemasan perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran.

5. Perlu dilakukan observasi dan pemberian angket terhadap siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran yang diberikan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, Tia. 2011. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open Ended

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011) . Bandar Lampung. Unila.

Anonimous. 1999. Think, Talk, Write. Online. Tersedia :

http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curriculum-03/writing/ think_talk_write.html. 7 Desembr 2011.

Arnawa, I M. 2003. Pengembanganperangkat pembelajaran berdasarkan strategi

think talk write untuk meningkatkan kualitas perkuliahan aljabar abstrak. Portal Penelitian Universitas Andalas. Online. http://lpua@unand.ac.id. 7 Desember 2011.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematika. Online.

Tersedia : http://Kemampuan%20Pemecahan%20Masalah%20Matematika %20«%20Ahmad%20Firdaus's%20Blog.html

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha

Nasional.

Gunowibowo, Pentatito. 2008. Efektivitas pendekatan realistik dalam

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dan sikap terhadap matematika ditinjau dari kemampuan awal Siswa kelas iv sd di kecamatan purworejo Kabupaten purworejo. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Ibrahim. 2008. Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa sekolah menengah atas. Makalah Seminar Peningkatan kualitas penelitian dan pembelajaran matematika untuk mencapai world class university. Universitas Negeri Yogyakarta. 28 November 2008.


(61)

Kadarwati, Sri dkk . 2009. Implementasi strategi think talk write (TTW) pada pembelajaran menulis dan pemahaman matematis. Jurnal pendidikan Vol 10, No.2 September 2009. LPPM_UT.

Muhidin, Sambas Ali. 2009. Konsep Efektivitas Pembelajaran. Online. Tersedia :

http://konsep-efektivitas-pembelajaran.html. 6 Januari 2012

Napitupulu, E. Elvis. 2008. Peran penalaran dalam pemecahan masalah

matematik. Makalah Seminar Peningkatan kualitas penelitian dan pem-belajaran matematika untuk mencapai world class university. Universitas Negeri Yogyakarta. 28 November 2008

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila.

Bandar Lampung.

______________. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif,

Dan Reflektif (K2r) Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi. Bandung : UPI Bandung. Online. Tersedia :

www.repository.upi.ac.id . 7 Desember 2011.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Slavin, E. Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta : PT.

Indeks.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.: Raja Grafindo

Persada.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram. NTP Pres.

Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.

Universitas Negeri Semarang.

Syaban, Mumun. 2008. Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis

Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi. Online. Tersedia http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1. 12 mei 2011

Uno, Hamzah B. 2009. Model pembelajaran menciptakan proses belajar

mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Yamin, H. M. dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan


(1)

40

4. Uji Hipotesis

Karena data berdistribusi normal dan kedua kelompok data homogen, maka statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesisi adalah uji-t, dengan hipotesis sebagai berikut

2 1 1 2 1 : :       H Ho 1

 = rata-rata skor posstest dengan Strategi pembelajaran TTW

2

 = rata-rata skor posstest dengan strategi pembelajaran langsung.

Karena = tetapi tidak diketahui maka statistik yang digunakan adalah:

= ̅ ̅ dengan = ( ) ( )

Keterangan:

̅ = rata-rata nilai posttest kelas eksperimen ̅ = rata-rata nilai posttest kelas kontrol

= simpangan baku

= banyak peserta didik kelas eksperimen = banyak peserta didik kelas kontrol = varians kelas eksperimen

฀22 = varians kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%

terima Ho jika -t 1 – 1/2α < t < 1 – 1/2α.. (Sudjana, 2005: 239).


(2)

41

Hx= <

Hy = >


(3)

52

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Bandar lampung ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis masih belum memberikan hasil yang optimal baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hal ini berarti Strategi Think Talk Write (TTW) tidak efektif bila ditinjau dari Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berikut ini yang mendasari kesimpulan di atas :

1. Persentase siswa tuntas belajar pada kelas eksperiemen kurang dari 50% atau tidak mencapai KKM yaitu 68.

2. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas

kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Saran

Mengingat kemampuan pemecahan masalah matematis sangat diperlukan dalam pelajaran matematika dikemukakan saran-saran sebagai berikut.


(4)

53 1. Guru diharapkan dapat mengenalkan dan melatihkan keterampilan dalam kemampuan pemecahan masalah matematis sehingga siswa terbiasa dengan soal-soal non rutin.

2. Diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP dan LKS untuk lebih memperkenalkan konsep pelajaran yang lebih baik.

3. Dalam pemilihan strategi pembelajaran hendaknya guru benar-benar

memahami karakteristik siswa dan karakter dari materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga akan mampu memberikan hasil yang optimal.

4. Faktor kemampuan awal, kualifikasi sekolah, perbedaan gender, dan tingkat

kecemasan perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran.

5. Perlu dilakukan observasi dan pemberian angket terhadap siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran yang diberikan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agnesia, Tia. 2011. Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011) . Bandar Lampung. Unila.

Anonimous. 1999. Think, Talk, Write. Online. Tersedia :

http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curriculum-03/writing/ think_talk_write.html. 7 Desembr 2011.

Arnawa, I M. 2003. Pengembanganperangkat pembelajaran berdasarkan strategi think talk write untuk meningkatkan kualitas perkuliahan aljabar abstrak. Portal Penelitian Universitas Andalas. Online. http://lpua@unand.ac.id. 7 Desember 2011.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan pemecahan masalah matematika. Online.

Tersedia : http://Kemampuan%20Pemecahan%20Masalah%20Matematika %20«%20Ahmad%20Firdaus's%20Blog.html

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

Gunowibowo, Pentatito. 2008. Efektivitas pendekatan realistik dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita dan sikap terhadap matematika ditinjau dari kemampuan awal Siswa kelas iv sd di kecamatan purworejo Kabupaten purworejo. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Ibrahim. 2008. Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa sekolah menengah atas. Makalah Seminar Peningkatan kualitas penelitian dan pembelajaran matematika untuk mencapai world class university. Universitas Negeri Yogyakarta. 28 November 2008.


(6)

Kadarwati, Sri dkk . 2009. Implementasi strategi think talk write (TTW) pada pembelajaran menulis dan pemahaman matematis. Jurnal pendidikan Vol 10, No.2 September 2009. LPPM_UT.

Muhidin, Sambas Ali. 2009. Konsep Efektivitas Pembelajaran. Online. Tersedia : http://konsep-efektivitas-pembelajaran.html. 6 Januari 2012

Napitupulu, E. Elvis. 2008. Peran penalaran dalam pemecahan masalah matematik. Makalah Seminar Peningkatan kualitas penelitian dan pem-belajaran matematika untuk mencapai world class university. Universitas Negeri Yogyakarta. 28 November 2008

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila. Bandar Lampung.

______________. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, Dan Reflektif (K2r) Matematis Siswa Smp Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi. Bandung : UPI Bandung. Online. Tersedia : www.repository.upi.ac.id . 7 Desember 2011.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Slavin, E. Robert. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta : PT. Indeks.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta.: Raja Grafindo Persada.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram. NTP Pres. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.

Universitas Negeri Semarang.

Syaban, Mumun. 2008. Menumbuhkembangkan Daya Dan Disposisi Matematis Siswa Sma Melalui Model Pembelajaran Investigasi. Online. Tersedia http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1. 12 mei 2011

Uno, Hamzah B. 2009. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Yamin, H. M. dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI SIKAP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 18 60

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 54

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 33

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada kelas VIII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 14 56

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

5 41 61

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Kautsar Bandar Lampung T.P.2014/2015)

2 7 45