2.3. Agitasi Pada Skizofrenia
Agitasi merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-pasien dengan skizofrenia akut atau bipolar mania dan jika semakin parah dapat
menimbulkan perilaku yang agresif atau kasar.
14
Pasien-pasien skizofrenik yang kasar mempunyai lebih banyak simtom positif dan perilaku aneh yang
lebih menonjol dan mungkin bertindak sesuai dengan waham mereka, terutama jika waham mereka menimbulkan distressing menyusahkan
membingungkan bagi mereka. Pasien yang mengalami halusinasi perintah untuk mencederai orang lain juga sering menjadi kasar.
15
Gejala-gejala inti dari agitasi meliputi kegelisahan yang menonjol, permusuhan, perilaku agresif, penyerangan, kekerasan atau perilaku perusakan
fisik, memaki, sikap atau bicara yang mengancam. Keadaan agitasi termasuk kedalam kegawat daruratan psikiatri yang membutuhkan pendekatan
pengobatan yang cepat dan efektif untuk mengurangi risiko perilaku yang tidak diinginkan atau mencederai dan untuk melindungi baik pasien dan
pengasuh dari kemungkinan cedera.
16
Pada tahun 2004, American Psychiatric Association Steering Committee on Practice Guidelines
menegaskan bahwa meskipun hanya sedikit dari pasien skizofrenik yang bertindak kasar violent, bukti-bukti
menunjukkan bahwa pasien skizofrenik berhubungan dengan meningkatnya risiko berperilaku agresif. Dalam studi retrospektif yang dilakukan di Eropa
dengan mengevaluasi data seluruh pasien skizofrenik yang masuk ke rumah sakit di Munich disimpulkan bahwa 14 menunjukkan perilaku agresif
Universitas Sumatera Utara
sewaktu masuk ke rumah sakit. Dalam studi ini, perilaku agresif paling banyak dijumpai pada pasien skizofrenik pria, pasien dengan subtipe skizofrenia yang
disorganized dan pasien psikotik yang memperlihatkan gejala waham dan
berpikir yang kacau. Dalam studi yang lain, didapati bukti-bukti bahwa pasien yang kasar lebih banyak dijumpai pada skizofrenia terutama bila komorbid
dengan penyalahgunaan zat.
2
Didalam sampel komunitas, sejumlah studi-studi epidemiologi telah menunjukkan kekonsistenannya bahwa pasien skizofrenik memiliki risiko
lebih tinggi terlibat dalam tindakan kekerasan dibandingkan gangguan mental lain.
17
Pasien skizofrenik berisiko tinggi berperilaku kasar bila memiliki kecurigaan dan permusuhan, halusinasi yang parah, insight yang buruk
terhadap wahamnya, mengalami gangguan berpikir yang lebih menonjol dan kemampuan mengontrol impuls agresifnya yang buruk dibandingkan pasien
yang tidak berperilaku kasar. Secara keseluruhan, keadaan tersebut merupakan alasan bagi keluarga untuk merawat pasien dengan skizofrenia.
2
Ada bukti yang menyarankan bahwa skizofrenia berhubungan dengan meningkatnya risiko perilaku yang agresif. Faktor risiko menjadi agresif pada
skizofrenia adalah pria, miskin, tidak punya pekerjaankeahlian unskilled, tidak berpendidikan uneducated atau tidak menikah dan mempunyai riwayat
pernah ditahan atau riwayat kekerasan sebelumnya.
15
Dasar neuroanatomi dan neurokimia agitasi masih belum banyak diketahui. Agitasi sering sebagai bagian dari suatu episode psikotik akut dan
kebanyakan terkait dengan domain simtom positif. Sistem neurotransmitter
Universitas Sumatera Utara
yang mendasari dalam patofisiologi simtom psikotik telah diimplikasikan pada pathway
dopaminergik, serotonergik, GABAergik dan glutamatergik.
18
Obat- obat yang menurunkan dopaminergik atau noradrenergik, atau meningkatkan
serotonergik dan GABAergik akan melemahkan agitasi.
17,18
Neurotransmisi glutamatergik di striatum mempunyai peran utama dalam regulasi fungsi
psikomotor.
18
Psikosis akut mungkin dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu sindrom diskoneksi mesokortikal disebabkan karena hiperaktif dopaminergik
di limbik dengan terputusnya modulasi glutamatergik dari neurotransmisi dopaminergik dengan mereduksi inhibisi GABAergik dimana akan
menurunkan aktifitas prefrontal kortikal, simtom positif dan negatif, dan simtom kognitif. Oleh sebab itu fokus dari antiagitasi adalah antagonis
dopaminergik oleh antipsikotik dengan bermacam variasi profil binding reseptor dopamin-2 D
2
dan 5-hydroxytryptamine type 2 5-HT
2
. Obat yang secara spesifik mempunyai afinitas ikatan reseptor D
2
dan afinitas yang tinggi pada reseptor 5HT
2
akan meminimalkan gejala ekstrapiramidal, dan tambahan kualitas sedasi diperoleh dari afinitas yang tinggi histamin-1 H
1
dibutuhkan untuk tujuan meredakan agitasi.
18
Agitasi pada psikotik akut sering dijumpai di unit gawat darurat. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan gambaran perilaku berupa perilaku
mengancam dan disforik yang dapat dihubungkan dengan penyebab dasar yang bervariasi sehingga membutuhkan intervensi yang cepat untuk mengurangi
gejala-gejala dan mencegah pasien mencederai diri sendiri atau orang lain.
4
Universitas Sumatera Utara
Simtom positif menjadi prioritas target utama untuk distabilkan pada pasien- pasien psikosis akut yang dihospitalisasi. Agitasi dan permusuhan, sering
berkaitan dengan simtom positif, sering juga menjadi prioritas utama untuk distabilkan pada pasien psikosis akut yang dihospitalisasi terutama pada hari
pertama penatalaksanaan. Untuk alasan inilah dalam memilih regimen pengobatan dipertimbangkan yang memiliki efikasi terhadap simtom positif,
agresi pada psikotik dan agitasi pada psikotik.
19
2.4. Farmakoterapi Pada Agitasi