Aktivitas Fisik Kerangka Konsep Penelitian

2.2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot dan sistem penunjangnya. Selain untuk metabolisme tubuh, selama aktivitas fisik berlangsung otot membutuhkan energy untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru membutuhkan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa ekskresi dari seluruh tubuh. Jumlah energi yang dibutuhkan tergantung pada banyaknya otot yang bergerak, lama dan beratnya pekerjaan yang dilakukan Almatsier, 2003. Dalam proses kehidupan selalu diperlukan aktivitas fisik yang meliputi gerak tubuh untuk berjalan dan gerakan lainnya. Pada karyawan sebaiknya lebih banyak bergerak dan lebih sering menggunakan tangga daripada lift. Selain itu, olahraga yang teratur juga dibutuhkan untuk mengurangi risiko osteoporosis. Olahraga yang baik untuk tulang misalnya jogging, bersepeda, berenang dan olahraga yang menggunakan beban. 2.3. Tulang 2.3.1. Mekanisme Pembentukan Tulang Pembentukan tulang manusia dimulai pada saat masih janin dan umumnya akan tumbuh dan berkembang terus samai umur 30 sampai 35 tahun pertumbuhan tulang akan berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Pada usia 0 – 3035 tahun, disebut modeling tulang karena pada masa ini tercipta atau terbentuk model tulang seseorang. Pada usia 30 – 35 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling yaitu proses pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda Anonim, 2010. Universitas Sumatera Utara Secara alami setelah pembentukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Tingkat kepadatan tulang tidak lagi berupa garis yang berjalan menanjak, namun sudah bergerak turun. Irama remodeling tulang tidak lagi seimbang. Penghancuran tulang jauh lebih cepat dibandingkan dengan proses pembentukan tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan kalsium setelah tercapainya puncak massa tulang Hartono, 2001. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurwahyuni 2009, yang membuktikan pada wanita pasca menopause bahwa kalsium berhubungan positif dengan kepadatan tulang. Vitamin D merupakan hormon yang dibutuhkan untuk penyerapan kalsium di usus Dalimartha, 2002. Sebagian besar vitamin D terdapat di bawah kulit dalam bentuk non-aktif, namun sekitar 10 harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi Fox-Spencer, 2007. Dengan bantuan sinar matahari pagi sebelum pukul 9 selama 10-15 menit terutama sinar ultraviolet, vitamin D di bawah kulit tersebut diaktifkan, karena paparan sinar matahari dapat merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini berfungsi sebagai pembuka kalsium masuk ke dalam darah, sampai akhirnya bersatu dengan tulang .Karena itu, dianjurkan tubuh terutama lengan dan wajah terpapar sinar matahari minimal selama 15 menit tiga kali seminggu sambil berlatih olahraga Waluyo, 2009. Tanpa vitamin D, hanya 15 kalsium dan 60 fosfat yang dapat diserap, dibandingkan dengan penyerapan melalui vitamin D yang meningkatkan absorbs kalsium menjadi 30-40 dan fosfat sebesar 80 Deluca, 2004. Di samping itu, kekurangan vitamin D berdampak negatif pada kekuatan otot karena mempengaruhi Universitas Sumatera Utara maturasi sel dan adanya reseptor vitamin D pada pada sel otot yang membutuhkan vitamin D untuk aksi optimal Holick, 2006. Di samping itu, hasil penelitian Kosnayani 2007 juga membuktikan pada wanita pasca menopause bahwa ada hubungan positif yang kuat dan bermakna antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang responden. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, tidur, dan pada waktu senggang. Setiap orang melakukan aktivitas fisik, atau bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain bergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya Julianty, 1995. Aktivitas fisik yang cukup serta olahraga teratur juga mempengaruhi tingkat kepadatan tulang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Zhang 1992 yang membuktikan pada wanita pramenopouse bahwa wanita dengan aktivitas fisik tinggi memiliki kepadatan tulang secara signifikan lebih tinggi di tulang belakang daripada wanita pramenopouse dengan aktivitas fisik yang rendah. Use them or lose them, demikian pendapat para ahli tulang di Barat, artinya gunakan dan aktifkan tulang Anda dengan berolahraga bila tidak ingin ‘kehilangan’ tulang menjadi keropos Waluyo, 2009. Hal ini sesuai dengan penelitian Mussolino 2001 yang membuktikan pada pria bahwa jogging berhubungan positif dengan tingkat kepadatan tulang, pria yang melakukan jogging 9 kali sebulan memiliki kepadatan tulang yang lebih tinggi daripada yang melakukan jogging 1-8 kali sebulan. Warisan genetika yang kuat dapat memberikan harapan hidup yang lebih lama, tetapi yang paling penting yaitu kekuatan, kesehatan yang baik, dan kualitas hidup bersama dengan usia hidup yang panjang Ludington, 2002. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Kepadatan Tulang

Kepadatan tulang adalah jumlah kandungan mineral tulang dalam setiap cm 2 tulang yang diukur dengan alat bone densimeter Seya, 2010. Dalam masa pertumbuhan ukuran tulang, kandungan kalsium dan kebutuhan kalsium meningkat. Setelah pertumbuhan terhenti, kemungkinan fase dimana penambahan jumlah tulang dan kalsium puncak penambahan massa tulang peak bone mass akan tetap bertambah sampai usia sekitar 30 tahun Syafiq, 2007. Pada osteoporosis, osteoklas sel tulang yang berfungsi menghancurkan tulang bekerja lebih aktif dibandingkan dengan osteoblas sel tulang yang berfungsi membentuk tulang baru. Akibatnya, kepadatan tulang berkurang karena kehilangan banyak kalsium dan menyebabkan kerapuhan tulang. Tulang yang rapuh ini menjadi mudah patah karena tidak tahan terhadap benturan, walaupun benturan ringan sekalipun Dalimartha, 2002. Seorang wanita yang ibunya pernah mengalami patah tulang terutama di bongkol leher tulang paha pada usia kurang dari 45 tahun memiliki risiko osteoporosis empat kali lebih besar dibandingkan wanita sebaya yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang sama Hartono, 2001. Dengan mengonsumsi kalsium yang cukup dan sesuai dengan DKGA, proses pembentukan tulang akan berjalan baik sampai tercapai puncak massa tulang. Selain itu, aktivitas fisik yang teratur dan olahraga yang cukup pada masa anak-anak dan remaja juga mempengaruhi proses pembentukan tulang. Setelah puncak massa tulang tercapai, terjadi proses remodeling tulang yang juga membutuhkan asupan kalsium untuk menjaga keseimbangannya. Aktivitas fisik yang cukup pada masa dewasa dapat menjadikan tulang kuat dan padat. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Tes Kepadatan Tulang

Oleh karena penyediaan DEXA Dual Energy X-ray Absorbsimetry dan pemeriksaan laboraturium masih sangat terbatas, maka untuk menegakkan diagnosis osteoporosis pemeriksaan klinis berupa anamnesis yang luas dan pemeriksaan fisik yang teliti masih merupakan pegangan South, 2001. Anamnesis meliputi keadaan kesehatan, aktivitas sehari-hari, pemakaian obat- obatan, riwayat merokok dan minum alkohol dan penyakit-penyakit sebagai faktor predisposisi misalnya penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit endokrin defisiensi vitamin D atau kurang terpapar sinar matahari, penyakit saluran cerna, penyakit reumatik, riwayat haid menopause. Pemeriksaan fisik dengan melihat pada tulang vertebra, dengan melihat adanya deformitas kiposis, nyeri, tanda-tanda fraktur, adanya fraktur, penurunan tinggi badan dan adanya tanda-tanda penyakit yang dijumpai pada anamnesis South, 2001. Ada tiga cara mendiagnosis penyakit osteoporosis, yaitu menggunakan alat densitometer Lunar, pemeriksaan di laboraturium, dan radiografi menggunakan densitometer USG Waluyo, 2009.

1. Densitometer Lunar mengukur massa tulang secara kuantitatif. Jika massa

tulang rendah, berarti tulang sudah keropos sehingga mudah patah. Inilah cara pengukuran yang paling akurat gold standard diagnosis dalam hal mengukur kepadatan tulang. Ada beberapa teknik yang memungkinkan, yaitu dual x-ray absorptionmetry, quantitative CT-scan, dan ultrasonografi.

2. Laboratorium di sini dilakukan pemeriksaan osteoclacin, dioksipiridinolin, dan

CTx C-Telopeptide. Universitas Sumatera Utara

3. Densitometer USG merupakan pemeriksaan dengan alat radiografi. Dengan alat

ini osteoporosis baru dapat dideteksi setelah kehilangan massa tulang lebih dari 30. Namun menurut Ichramsjah A. Rachman, sebenarnya ada cara mudah untuk diagnosis awal osteoporosis, yaitu tinggi badan yang berkurang lebih dari 3 cm. Hasil tes kepadatan tulang dinamakan nilai T. Nilai T pada dasarnya membandingkan kepadatan mineral tulang dengan hasil pengukuran rata-rata yang diambil dari orang-orang dewasa muda pada jenis kelamin yang sama. Nilai T menurut WHO tahun 1992 yaitu : Tabel 2.3. Hasil tes kepadatan tulang yang dinyatakan dengan nilai T Keparahan Nilai T Risiko Fraktur Normal Lebih dari -1 Rendah Osteopenia Kurang dari -1, namun lebih dari -2,5 Di atas rata-rata Osteoporosis Kurang dari -2,5 tinggi Sumber : Fox-Spencer, R, dan Brown, P, 2007. Osteoporosis. Erlangga, Jakarta.

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Untuk mengetahui gambaran konsumsi kalsium dan aktivitas fisik terhadap kepadatan tulang karyawan PT. Indosat Tbk dapat disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Kepadatan Tulang Aktivitas Fisik Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan bahwa jenis dan frekuensi konsumsi sumber kalsium akan menentukan kecukupan kalsium, selanjutnya akan menentukan kepadatan tulang dan aktivitas fisik juga akan menentukan kecukupan kalsium serta kepadatan tulang. Konsumsi Sumber Kalsium : - Jenis - Frekuensi Kecukupan Kalsium Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional yang menggambarkan konsumsi kalsium dan aktivitas fisik serta kepadatan tulang karyawan PT. Indosat Tbk.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Indosat Tbk yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 39, Kelurahan Sidorame Barat 1, Kecamatan Medan Perjuangan, yang dimulai dari tanggal 28 Maret sampai 18 April 2011. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan pada umumnya karyawan sudah bekerja dalam waktu lama dan sebagian karyawan bekerja dengan kurang bergerak sedangkan sebagian lagi lebih banyak bekerja di luar gedung dan memiliki banyak aktivitas. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Indosat Tbk yang berjumlah 128 orang.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Notoadmodjo, 2005. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Imbalan Finansial Dan Non Finansial Dengan Kinerja Karyawan PT Indosat Tbk - Medan

1 34 107

Efektivitas Komunikasi Majalah “Shout!” PT Indosat Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pelanggan Di Kota Medan (Studi Deskriptif Mengenai Media Eksternal PT Indosat).

0 24 139

Analisis Perbedaan Price Earning Ratio Dan Harga Pasar Saham (Studi Kasus Pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dan PT Indosat, Tbk. Serta PT Excelcomindo Pratama, Tbk.)

0 36 85

Pengaruh pemberian susu terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria

0 5 17

Analisis Aktivitas Fisik, Konsumsi Sayur, Buah Dan Kopi, Serta Sindrom Metabolik Karyawan Di Pt Indocement Citeureup

0 4 36

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk Analisis Transaksi Kombinasi Bisnis Dengan Konvergensi IFRS Pada PT Indosat Tbk Periode 2011-2012.

0 2 12

ANALISIS TRANSAKSI KOMBINASI BISNIS DENGAN KONVERGENSI IFRS PADA PT INDOSAT Tbk Analisis Transaksi Kombinasi Bisnis Dengan Konvergensi IFRS Pada PT Indosat Tbk Periode 2011-2012.

0 0 16

PERBANDINGAN KADAR KALSIUM SERUM DAN KEPADATAN TULANG BERDASARKAN LAMA PENGOBATAN OBAT ANTIEPILEPSI PADA ANAK EPILEPSI.

0 2 15

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA USIA 30-50 TAHUN - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 24

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA MODAL PADA PT XL AXIATA Tbk DAN PT INDOSAT Tbk PERIODE 2011-2013 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15