BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara, hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan
wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor – sektor produktif. Ketika pasar modal Indonesia
diaktifkan kembali, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai. Pertama, untuk memobilisasi dana di luar sistem perbankan. Kedua, untuk memperluas distribusi
kepemilikan saham terutama untuk pemodal-pemodal kecil atau dengan adanya perusahaan yang go public berarti memberikan kesempatan bagi masyarakat kecil
untuk memiliki saham dan menikmati keuntungan atau meratakan pendapatan masyarakat. Ketiga, untuk memperluas dan memperdalam sektor keuangan.
Menurut Husnan 1998: 47 para pemodal menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, pilihan investasi tidak dapat hanya dengan mengandalkan pada tingkat
keuntungan yang diharapkan. Apabila pemodal mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung resiko yang tinggi pula.
Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi. Artinya, pemodal dapat dengan mudah menyebar dan melakukan
Universitas Sumatera Utara
diversifikasi investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Oleh karena itu, perlu dipahami tentang proses investasi mulai dari ekuitas apa yang akan dipilih, berapa
banyak, dan kapan investasi tersebut akan dilakukan. Investor akan menanamkan investasinya pada perusahaan yang dianggap dapat memberikan keuntungan. Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI akan selalu dinilai perkembangannya oleh investor dan calon investor. Para investor dan calon investor dapat menilai apakah
perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik di masa depan atau tidak. Harga saham merupakan indikator adanya keberhasilan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola
usahanya. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk
berinvestasi pada emiten tersebut semakin kuat. Menurut teori, semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka akan menaikkan harga saham emiten
tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi, dan hal ini menaikkan nilai
emiten. Sebaliknya, jika harga saham selalu mengalami penurunan terus -menerus berarti akan menurunkan nilai emiten di mata investor atau calon investor.
Menurut Sutojo dan Suprapto dalam Anoraga 2001: 87, pasar modal Indonesia memiliki bentuk efisiensi pasar yang lemah dimana harga-harga kurang mencerminkan
semua informasi yang ada pada catatan harga di waktu yang lalu, yang memiliki implikasi bahwa analisis sekuritas didasarkan atas perubahan harga di masa yang lalu
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat memprediksi harga di masa yang akan datang. Oleh karena itu, investor melakukan pendekatan fundamental dalam menilai suatu saham, yaitu pendekatan yang
didasarkan pada informasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang go public. Dalam hal ini yang dinilai investor adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan
keuntungan yang diperoleh investor tercermin pada laba bersih per saham. Harga saham pada perusahaan barang konsumsi mengalami perkembangan yang
berfluktuasi dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Kondisi tersebut dapat terlihat dari data harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada tahun 2007
sampai 2009 pada Tabel 1.1
Tabel 1.1 Besarnya CR, DAR,DER, ROE, ROA, EPS dan Perubahan Harga Saham
Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2007 – 2009
Tahun CR DAR DER ROA ROE EPSRp Perubahan Saham
2007 356,48
41 90
12,98 23,67
798,88 30
2008 319,09
41 85
14,23 26,44
1257,40 10
2009 300,07
40 105
16,51 43,34
1790,97 31
Sumber: data diolah
Perubahan harga saham rata-rata per tahun pada perusahaan barang konsumsi selalu mengalami fluktuasi. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa perubahan harga saham
sangat dipengaruhi oleh besarnya CR, DAR,DER, ROE, ROA dan EPS. Pada tahun 2007 besarnya CR sebesar 356,48, DAR sebesar 0,41, DER sebesar 90, ROA
sebesar 12,98 , ROE sebesar 23,67 , EPS sebesar Rp 798,88 dan perubahan harga saham menunjukkan 30. Pada tahun 2008, besarnya CR menurun menjadi
319.09, DAR sebesar 0,41, DER menurun menjadi sebesar 85, ROA meningkat
Universitas Sumatera Utara
menjadi 14,23 , ROE meningkat menjadi 26,44 , EPS meningkat sebesar Rp 1257,40 dan perubahan harga saham menunjukkan peningkatan 10. Pada tahun
2009, besarnya CR menurun menjadi 300,07, DAR menurun menjadi sebesar 40, DER meningkat menjadi sebesar 105, ROA meningkat menjadi 15,51, ROE
meningkat menjadi 43,34, EPS meningkat sebesar Rp 1790,97 dan perubahan harga
saham menunjukkan peningkatan 30. Dari keterangan tersebut jelas bahwa
besarnya perubahan harga saham sangat dipengaruhi oleh besarnya CR, DAR, DER,
ROE, ROA, dan EPS.
Untuk memilih sekuritas mana yang akan dipilih dan perusahaan mana yang cocok untuk berinvestasi, investor harus mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham. Menurut Arifin 2001: 116–125, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham antara lain adalah kondisi fundamental perusahaan,
hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dana asing di bursa, indeks harga saham, news and rumors, deviden, laba perusahaan, dan faktor
lain. Faktor-faktor fundamental merupakan faktor yang berkaitan dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Harga suatu sekuritas akan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan tingkat penjualan dan laba usaha. Kinerja perusahaan itu sendiri akan dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara umum. Dalam penelitian
ini penulis hanya membatasi pada kondisi fundamental perusahaan saja yaitu rasio keuangan yang terdiri atas likuiditas, leverage, dan profitabilitas.
Penelitian yang meneliti tentang pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham pernah dilakukan oleh Aziz 2005, Handoko 2008, Susi dan Setiawan
Universitas Sumatera Utara
2003 dan Sasongko dan Wulandari 2003 namun penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali yang berhubungan dengan penelitian terdahulu. Perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009 dengan judul penelitian
“Analisis Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.”
B. Perumusan Masalah