Predator Metisa plana Tanaman inang Parasitoid dan Predator Metisa plana

- Parasitoid dewasa tidak melakukan aktivasi parasitasi, akan tetapi hanya pada stadia pradewasa, sedangkan parasit seluruh stadia melakukan parasitasi. - Parasitoid hanya berkembang pada satu inang dalam siklus hidupnya, sedangkan parasit tidak Wagiman, 2006.

2.5. Predator Metisa plana

Predator adalah binatang yang memakan binatang lain mangsa yang lebih kecil atau lemah. Sycanus dichotomus merupakan predator yang umum ditemukan di perkebunan kelapa sawit. Kemampuan untuk menyerang pada tahapan larva dari ulat api membuat serangga ini cocok untuk pengendalian biologi dari ulat api Norman et al., 1998. Spesies lain dari Sycanus yang dilaporkan menyerang Mahasena corbetti adalah S. macracanthus De Chenon, 1989 dalam Tiong, 1996. Sycanus dichotomus dilaporkan juga menyerang ulat api seperti Setotosea asigna dan Darna trima De Chenon 1989, dalam Singh 1992, tetapi bukan merupakan kandidat yang baik, karena daya memakan yang lambat. Predator ini menghabiskan 4 – 5 hari untuk memakan 1 larva dewasa De Chenon et al, 1989. Telur S. asigna tersebar secara mengelompok dan terikat satu sama lain dan permukaannya tertutup oleh sejenis silinder plastik. Telur berwarna coklat dan selalu dalam bentuk ukuran yang seperti ini yang tepat.pada arah mendatar. Betina dari serangga ini menghasilkan 3 kelompok telur selama hidupnya. Larva mengalami 5 tahapan sebelum mencapai dewasa. Larva yang baru menetas berwarna kuning pada kepala, dan perut. Kakinya berwarna coklat dengan warna yang lebih pekat pada Universitas Sumatera Utara pertemuan tulang kaki dan paha. Serangga dewasa betina dan jantan bisa dibedakan dari ukuran badan dan perut. Serangga dewasa yang baru berwarna hitam dan tetap tidak bergerak selama 15 – 20 menit. Beberapa serangga dewasa mati pada masa ini Zulkifli et al, 2004. Beberapa publikasi terdahulu menyebutkan bahwa serangga ini hidup pada tanaman pelindung. Oleh sebab itu populasinya cenderung dibatasi oleh tanaman kelapa sawit muda. Observasi selama terjadinya ledakan hama ulat kantong memperlihatkan bahwa S. dichotomus meletakkan telurnya pada helaian daun kelapa sawit, membuat lebih mudah untuk menemukan makanan pada pelepah yang lebih tinggi De Chenon et al, 1989.

2.6. Tanaman inang Parasitoid dan Predator Metisa plana

Sistem monokultur perkebunan kelapa sawit menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung bagi peningkatan laju reproduksi dan laju kelangsungan hidup hama pemakan daun. Hal ini menjadi pemicu ledakan hama ulat api seperti S. asigna, S. bisura, D. trima dan S. nitens Singh, 1992. Beberapa penelitian telah menyarankan penggunaan tanaman yang berguna untuk pengembangan musuh alami atau serangga yang menguntungkan. Leius 1967 melaporkan bahwa karbohidrat dari nektar tanaman Umbelliferae sangat dibutuhkan pada keadaan normal dan daya tahan dari tiga spesies Ichneumonid. Di Puerto Rico, Walcot, 1942 dalam Basri et al, 1999 melaporkan keberhasilan pengembangan parasitoid yang diintroduksi, Larra americana untuk mengendalikan hama dari Universitas Sumatera Utara kehadiran dua gulma, Borreria verticillata dan Hyptis atrorubens. Tanaman ini menyediakan nektar untuk serangga dewasa. Menurut Syed dan Syah 1977 ada kerjasama antara tanaman menguntungkan dan musuh alami. Dijelaskan bahwa pengembangan secara besar dari Euphorbia heterophylla untuk pengembangan parasitoid dan predator di perkebunan kelapa sawit. Mereka menemukan bahwa penggunaan herbisida secara intensif membunuh E. geniculata dan E. Prunifolium menyebabkan ledakan dari Pteroma pendula dan Setothosea asigna. Pengembangan tanaman yang menguntungkan di sepanjang pinggiran jalan, bukan jalur panen dan tempat kosong di antara lahan. Usaha yang berani ini perlu didukung oleh bukti langsung dari kegunaan berbagai jenis tanaman sebagai tanaman menguntungkan Basri et al., 1999.

2.7. Klasifikasi Beberapa Tanaman Bawah yang Terdapat di Sekitar Perkebunan Sawit