11. . BENTENG PANJAITAN, SH 2009 sd Sekarang
C. Wacana dan Aspirasi Masyarakat Asahan Atas Pembentukan 1 satu
Daerah Baru
Dalam proses pemekaran daerah pertama sekali haruslah diawali dari aspirasi masyarakat di daerah tempat pemekaran tersebut akan dilaksanakan. Seperti yang
diatur dalam ketentuan pasal 16 a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan
Pengabungan daerah yang menyatakan bahwa Pembentukan daerah kabupaten atau kota dimulai dengan adanya aspirasi masyarakat untuk melakukan pemekaran
daerah. Aspirasi masyarakat ini juga akan menjadi pedoman bagi para anggota DPR RI dalam membahas dan mensyahkan Rancangan Undang – Undang tentang
Pemekaran Tentang Pemekaran Kabupaten Asahan dalam sidang paripurna DPR. Jadi yang menjadi pertanyaan, bagaimana wacana masyrakat masyarakat
asahan atas keinginan pemekaran daerah. Disini akan dijelaskan bagaimana sejarah awal gerakan masyarakat atas keinginann tersebut dan proses
mewujudkannya hingga terjadi pemekaran. Sejarah Perjuangan Pembentukan Kabupaten Batubara berawal dari
keinginan masyarakat di wilayah eks Kewedanan Batubara untuk membentuk sebuah kabupaten Otonom. Upaya dimaksud sudah dirintis sejak tahun 1957,
namun akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an 1969 masyarakat Batubara kembali mengaspirasikan bergabungnya 5 lima kecamatan
yang ada dalam sebuah kabupaten Batu Bara, maka dibentuklah Panitia
Pembentukan Otonom Batubara PPOB yang di prakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini
berkedudukan di jalan Merdeka Kecamatan Tanjung Tiram. Karena Undang - undang Otonomi daerah belum di keluarkan oleh Pemerintah, perjuangan ini pun
tertunda Tetapi, ketika Indonesia memasuki Era Reformasi seperti sekarang ini, maka
di tahun 1999 terbentuklah panitia pemekaran yaitu Gerakan Masyarakat menuju Kabupaten Batubara GEMKARA Badan Pekerja Persiapan Pembentukan
Kabupaten Batubara BP3KB. Tujuan dibentuknya panitia pemekaran tersebut adalah untuk mewujudkan daerah otonom kabupaten sesuai dengan isyarat
Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang sekarang berubah menjadi UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Gerakan masyarakat Batubara
untuk menuju pemekaran ini menunjukkan jati diri dan melakukan berbagai upaya yang dimulai pada tahun 1999 dan tahun 2000.
Awalnya dibentuk GEMKARA dengan membawa visi yang menjadikan dan membentuk Kabupaten Batubara. Dimana GEMKARA dijadikan sebagai wadah
aspirasi masyarakat yang menginginkan terjadinya pemekaran. Melalui misi dengan merekrut seluruh masyarakat Batubara dari segala elemen, guna
bergabung untuk bersama – sama memiliki satu tujuan agar Batubara berpisah dari Kabupaten Asahan dan membentuk diri sebagai Kabupaten sendiri.
“Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Batubara” adalah program dari
perjuangan GEMKARA. Perjuangan tersebut juga menjadi misi mereka. Pemekaran ini bukan suatu hal yang dianggap hanya untuk menyikapi adanya
otonomi daerah yang muncul pada UU No.22 Tahun 1999, karena jika melihat dari sejarah sebelumnya muncul Undang – Undang Otonomi Daerah, masyarakat
Batubara memang telah memiliki keinginan ini. GEMKARA juga memiliki prinsip yang menjadikan misi mereka dalam
perwujudan Kabupaten Batubara, yaitu “Batubara Sejahtera Berjaya”.
Ungkapan itu yang kemudian akan menjadi langkah selanjutya bagi GEMKARA periode kedua, yaitu mensejahterakan rakyat Batubara dengan tujuan akan
menjadikan Batubara sebagai Daerah yang Berjaya. Perjuangan yang dilakukan GEMKARA – BP3KB untuk mewujudkan
Kabupaten Batubara cukup panjang dan berliku, penuh onak dan duri. Tidak sedikit halangan dan rintangan yang dihadapi GEMKARA untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat Batubara tersebut. Perjuangan tersebut menunjukkan titik terang pada tahun 2005 yang lalu yang mendapatkan respon positif dari DPR-RI.
Berdasarkan surat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor PW.0061538DPR-RI2005 tanggal 3 maret 2005 Perihal Tindak Lanjut
Pembentukan Kabupaten Batubara yang ditujukan kepada pimpinan Komisi II
DPR-RI bahwa Proses Kabupaten Batubara di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara telah diproses Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia yang telah diusulkan Presiden Repblik Indonesia lewat inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Repibliok Indonesia.
48
48
Majalah Bias No. 99 Tahun ke-IV , Edisi Januari 2007, hlm 12
Dan juga berdasar pada surat Gubernur Sumatera Utara yang diterbitkan pada tanggal 29 januari 2004 Nomor 135S492004 yang ditujukan kepada Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap dengan DPRD Kabupaten
Asahan yang telah tidak keberatan dengan pembentukan Kabupaten Batubara, dan DPRD Sumatera Utara juga telah merekomendasikan serta mendukung
Pembentukan Kabupaten Batubara. Maka sesuai PP 129 Tahun 2000 peraturan yang berlaku pada saat itu diharapkan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
DPOD dapat segera melaksanakan observasi ke daerah calon Kabupaten Batubara.
Sehubungan dengan sangat urgensinya usaha perjuangan pembentukan Kabupaten Batubara, banyak dinamika yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat
yang tergabung dalam GEMKARA-BP3KB dalam perjuangannya mewujudkan Kabupaten Batubara. Usaha pembentukan Kabupaten telah memasuki kurun
waktu lima tahu sejak dicetuskannya kembali ada tahun 1999, yang sebelumnya sudah pernah diperjuangkan pada tahun 1957, pasca reformasi kuru waktu 1999
sampai dengan 2001 aspirasi tersebut mncul kembali. Aspirasi sebagai cerminan demokrasi tersebut disambut dengan tidak
harmonis dengan dikeluarkannya suatu produk Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2001 Tentang Program Pembangunan Daerah Properda yang bertentangan
dengan aspirasi masyarakat dan peraturan pemerintah yang lebih tinggi. Isi Properda tersebut tertuang pada dua angka kegiatan pokok program pemangunan
daerah meyebutkan “Upaya rasionalisasi pola berpikir masyarakat melalui
pendekatan persuasif, khususnya terhadap provokasi memisahkan diri dari wilayah Kabupaten Asahan. Serta sosialisasi kepada masyarakat Asahan bahwa
sampai pada tahun 2005 tidak ada pemekaran Kabupaten Asahan.” Pada tanggal 19 oktober 2001, sekretariat DPR-RI mengeluarkan surat Nomor
PW.0065297DPR-RI2001 yang menjelaskan bahwa “pimpinan Komisi II DPR- RI harus menindaklanjuti kunjungan wakil ketua DPR-RI ke Kabupaten Asahan
dan calon Kabupaten Batubara yang ditindaklanjuti dengan kedatangan delegasi GEMKARA-BP3KB yang menyerahkan Naskah Pengkajian Teknis Pemekaran
Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara diteruskan sebagai masukan pada rapat dengan pasangan kerja Komisi II,
khususnya Menteri Dalam Negeri RI. Pada tangal 5 Desember 2001, Gubernur Sumatera Utara mengeluarkan surat
Nomor 13619727 yang ditujukan kepada Bupati Asahan menerangkan bahwa pada dasarnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak keberatan dengan
aspirasi masyarakat Batubara dalam usaha pembentukan Kabupaten Batubara sepanjang tidak bertentangan dengan Undang – Undang dan peraturan yang
berlaku. Perlawanan pun terjadi dari yang tidak senang dengan Pembentukan
Kabupaten Batubara. Pada tanggal 24 mei 2002, DPRD Kabupaten Asahan berdasarkan Perda Pemerintah Kabupaten Asahan Nomor 6 tahun 2001 menolak
aspirasi masyarakat Batubara dengan mengeluarkan surat Keputusan Nomor 05KDPRD2002 tentang ketetapan penolakan tidak menyetujui pemekaran
Kabupaten Asahan terhadap pembentukan Kabupaten Batubara.
Tetapi di tangal 30 Juni 2002 surat yang bersifat penting ditujukan kepada pimpinan DPR-RI perihal penyampaian usulan RUU inisiatif DPR-RI tentang
pembentukan Kabupaten Luwu Timur, Mamuju Utara, Humbang Hasundutan, Serdang Berjaya, Samosir, dan Kabupaten Batubara. Pernyataan inisiatif itu
diajukan oleh 57 orang pengusul anggota DPR-RI dan selanjutnya, keluarlah Rancangan Undang – Undang Republik Indonesia tanpa Nomor tahun 2003
tentang pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir, Serdang Jaya, dan Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatera Utara.
Dalam prinsip hukum, sebuah produk peraturan tidak boleh bertentangan dengan peraturan – peraturan danatau undang – undang yang lebih tinggi di
atasnya. Kehadiran Perda Pemkab Asahan Nomor 6 tahun 2001 bertentangan dengan UU No.22 Tahun 1999 dan PP 129 Tahun 2001, sehinga pada 17
Sepetember 2002 Departemen Dalam Negeri RI menerbitkan surat Nomor 188.342SJ kepada Bupati Asahan yg isinya Depdagri berpendapat Perda Nomor 6
tahun 2001 khususnya angka 2 pada kegiatan pokok PROPERDA bertentangan dengan kepentingan umum, karena aspirasi masyarakat pada khsususnya
masyarakat Batubara bukanlah ancaman tetapi merupakan kehidupan demokrasi yang perlu dibina dan diarahkan. Sebab, pemekaran daerah bertujuan untuk
pendekatan pelayanan kepada masyarakat. Karena hal tersebut diminta kepada Bupati Asahan untuk mencabut merevisi Perda tersebut.
Pada tanggal 23 September 2003 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2003 tentang pembatalan
angka 2 pada kegiatan pokok program pembangunan daerah Peraturan Daerah
Kabupaten Asahan Nomor 6 Tahun 2001 Tentang Pembangunan Daerah Properda. Berselang seminggu dari KepMenDagRi No.76 tersebut, Bupati
Asahan menyatakan keberatan atas putusan Menteri Dalam Negeri, melalui surat Nomor 1808376, Bupati Asahan menyatakan keberatannya. Tetapi MenDagRi
membalas surat tersebut dan menolak permohonan Bupati Asahan untuk mempertimbangkan Kepututsan MenDagRi No.76 Tahun 2003 itu. Surat
permohonan Bupati ditujukan kepada Mahkamah Agung sebagai permohonan judicial review. Tetapi Mahkamah Agung melalui KMA354VI2004 menyatakan
bahwa Mahkamah Agung tidak memiliki kompetensi, mengenai pembentukan Kabupaten, sedangkan surat yang dilayangkan oleh Bupati Asahan adalah salah
alamat. Kehadiran KepMenDagRi No.76 Tahun 2003 telah merubah pendirian
anggota DPRD kabupaten Asahan, sehingga lahirlah jadwal paripurna khusus DPRD Kabupaten Asahan, sehingga lahirlah jadwal paripurna khusus DPRD
Kabupaten Asahan yang tertuang dalam surat DPRD Kabupaten Asahan Nomor 0052822 tentang undangan untuk menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kabupaten
Asahan dengan agenda pengajuan usul pernyataan pendapat 21 orang anggota DPRD Kabupaten Asahan akan menjadi perwakilan suara untuk menolak atau
menerima keputusan dari seluruh anggota DPRD Kabupaten Asahan. Dalam rapat Paripurna Khusus yang telah dijadwalkan mengalami kekisruhan
yang disebabkan munculnya kelompok – kelompok yang menghalangi jalannya sidang Paripurna tersebut. Adanya terror, intimidasi dan juga penyanderaan
terhadap 21 orang perwakilan DPRD Kabupaten Asahan dilakukan untuk
menggagalkan sidang Paripurna itu. Akibat terror tersebut, 21 anggota DPRD Kabupaten Asahan mengadukan permasalahan ini kepada Gubernur Sumatera
Utara, Departemen Dalam Negeri, dan Komisi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Komisi II DPR-RI dengan Komsi IV DPRD Sumatera Utara dan
anggota DPRD Kabupaten Asahan dengan melaporkan adanya persoalan intimidasi dalam menjalankan proses demokratisasi.
Hasil dari surat yang ditujukan tersebut, maka DPR-RI mengeluarkan surat yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara yang menyatakan bahwa DPR-
RI merespon secara positif keinginan masyarakat Batubara untuk melakukan Pemekaran. Untuk Kabupaten Asahan, Gubernur Sumatera Utara harus
mengambil langkah – langkah preventif guna menghindari terjadinya konflik horizontal yang disebabkan adanya masyarakat yang pro dan kontra.
Melihat konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Asahan berkenaan dengan aspirasi masyarakat Batubara maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
menerbitkan surat tanggal 22 oktober 2002 Nomor 9528sekX2002 yang ditujukan kepada Bupati Asahan bahwa Bupati Asahan agar mengupayakan
terpeliharanya iklim yang kondusif, mencegah terjadinya bentrokan massa serta akses – akses yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuasaan massa berkaitan pro
dan kontra pembentukan Kabupaten Batubara. Sejalan dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, DPRD Sumatera Utara
juga mengambil langkah tegas melalui surat Nomor 659718sek ditujukan kepada DPR-RI dan Mentri Dalam Negeri perihal Pemekaran Kabupaten Asahan , bahwa
DPRD provinsi Sumatera Utara setelah mempelajari. Maka prinsipnya DPRD
Sumatera Utara tidak keberatan dan mendukung sepenuhnya terhadap usul pembentukan Kabupaten Batubara.
Berdasarkan aspirasi masyarakat Batubara dan keamanan politik Pemerintah Kabupaten Asahan dan DPRD Kabupaten Asahan maka dicantumkanlah biaya
Pembentukan Kabupaten Batubara yang diangap dalam APBD Kabupaten Asahan tahun 2005. Sikap inkonsistensi DPRD Kabupaten Asahan terhadap masyarakat
Batubara dalam usaha mewujudkan Kabupaten Batubara terobati dengan dibentuknya Panitia Khusus Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan DPRD
Kabupaten Asahan. Data dan administratif yang perlu dilengkapi dalam rangka pemekaran
wilayah Kabupaten Asahan untuk pembentukan Kabupaten Batubara seagaimana yang telah diisyaratkan oleh DepDagRi dan 12 syarat yang harus dipenuhi telah
terlengkapi, yaitu sebagai berikut : • Adanya aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Batubara yang
disampaikan oleh GEMKARA-BP3KB surat Nomor 11BP3KB.III2002 tanggal 11 Maret 2002.
• Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan No.23KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005 perihal persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten
Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara. • Surat usulan pemkaran wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten
Asahan dan Batubara No.1304634 tanggal 11 juli 2005.
• Surat Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No.11K2005 tanggal 18 Oktober 2005 perihal Persetujuan Pemekaran wilayah Kabupaten Asahan
menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara. • Surat usulan pemekaran wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten
Asahan dan Kabupaten Batubara oleh Gubernur Sumatera Utara oleh Gubernur Sumatera Utara No.1307186 tanggal 27 Oktober 2005.
• Kajian pemekaran wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara oleh Pemerintah Kabupaten Asahan.
• Perda Kabupaten Induk Kabupaten Asahan tentang Pembentukan Kecamatan No.28 Tahun 2000.
• Peta wilayah Kabupaten Batubara sebagai calon Kabupaten yang dibentuk dan dilegalisir oleh pemerintah Kabupaten Asahan dan Kabupaten kota
yang berbatasan dengan calon Kabupaten. • Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang penetapan Ibukota
Kabupaten Batubara No.24KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005 • Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang kesanggupan
dukungan dana dari Kabupaten induk selama 3 tiga tahun berturut – turut No.25KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005.
• Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara untuk mengalokasikan dana bantuan kepada Kabupaten yang baru dibentuk Kabupaten Batubara
pada APBD provinsi selama 3 tiga tahun berturut – turut No.9032650.K2005 tanggal 20 Desember 2005. Dan
• Formulir isian data kelengkapan calon Daerah Otonom Baru yang diisi oleh pemerintah Kabupaten dan ditandatangani oleh Bupati dan ketua
DPRD. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan GEMKARA-BP3KB tahun 2001 dan
didukung oleh kajian pemekaran wilayah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan tahun 2005, total skor rata – rata tertimbang yang diperoleh
calon Kabupaten Batubara adalah 4,4 empat koma empat yang berarti skor tersebut berada di atas skor minimal kelulusan skor 4. Skor rata – rata yang
diperoleh tersebut dilihat dari beberapa kriteria, diantaranya kriteria kemampuan ekononmi, kriteria potensi daerah, kriteria sosial budaya, kriteria sosial politik,
kriteria jumlah penduduk, kriteria luas wilayah, dan juga kriteria lain – lainnya. Tabel
Rata – rata seluruh indikator bagi pembentukan kabupaten batubara Kriteria
Bobot Skor Tertimbang
Potensi Ekonomi 25
4,40 Potensi Daerah
20 3,50
Potensi Sosial Budaya 10
3,50 Potensi Sosial Politik
10 4,50
Jumlah Penduduk 15
6,00 Luas Daerah
15 4,33
Pertimbangan Lain 5
4,80
Skor Rata-rata 4,44
Sumber : Majalah Bias No. 99 Tahun ke-IV, edisi januari 2007, hal.10.
Hasil penyajian dan pengolahan data sebagai analisis perkriteria yang dilakukan oleh tima ahli Universitas Islam Sumatera Utara UISU, dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu : • Kriteria kemampuan ekonomi calon Kabupaten Batubara memiliki
skor 625, Kabupaten induk Asahan 500. Hal ini menunjukkan dari segi kemampuan ekonomi, skor calon Kabupaten Batubara berada
tepat pada kelulusan minimal yaitu sebesar 625. • Kriteria potensi daerah skor calon Kabupaten Batubara adalah 1580
dan skor untuk Kabupaten Induk 1670. Keduanya berada diatas skor minimal sebesar 1380.
• Kriteria sosial budaya skor calon Kabupaten Batubara 150 dan Kabupaten Induk 140. Keduanya juga berada diatas skor kelulusan
minimal 120. • Kriteria sosial politik skor calon Kabupaten Batubara dan
Kabupaten Induk masing – masing 70. Keduanya juga berada diatas skor kelulusan minimal 60.
• Kriteria jumlah penduduk, skor calon Kabupaten Batubara 90 dan Kabupaten Induk 75. Keduanya berada diatas skor kelulusan
minimal 45. • Kriteria luas wilayah, skor calon Kabupaten Batubara 90, sedangkan
skor Kabupaten Induk 120. Dan calon Kabupaten Batubara tepat pada skor kelulusan minimal yaitu 90.
• Kriteria – kriteria lain, skor calon Kabupaten Batubara 125 dan Kabupaten Induk 150. Keduanya berada diatas skor kelulusan
minimal sebesar 75.
49
Dari uraian diatas, dengan mengacu pada persyaratan yang tertera di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 yaitu suatu daerah dikatakan lulus menjadi daerah otonom apabila daerah induk maupun calon daerah
yang akan dibentuk mempunyai skor sama atau lebih besar dari skor kelulusan minimal
.
50
D. Batubara Sebagai Daerah Otonom Baru