Konsep Kualitas Hidup TINJAUAN PUSTAKA

2010 kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai laki- laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan standart hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini dipadukan secara lengkap mencakup kesehatan fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan mereka dengan segi ketenangan dari lingkungan mereka. Menurut Suhud 2009 kualitas hidup adalah kondisi dimana pasien kendati penyakit yang dideritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosial maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagian dirinya maupun orang lain. Kualitas hidup tidak terkait dengan lamanya seseorang akan hidup karena bukan domain manusia untuk menentukannya. Untuk dapat mencapai kualitas hidup perlu perubahan secara fundamental atas cara pandang pasien terhadap penyakit gagal ginjal terminal GGT itu sendiri. 2. Kualitas Hidup dari Berbagai Aspek Kualitas hidup bisa dipandang dari segi subjektif dan objektif. Dari segi subjektif merupakan perasaan enak dan puas atas segala sesuatu secara umum, sedangkaan secara objektif adalah pemenuhan tuntutan kesejahteraan materi, status social dan kesempurnaan fisik secara social atau budaya Trisnawati, 2002 dalam Fatayi, 2008. Menurut Cella 1994, dalam Fatayi, 2008, penilaian kualitas hidup penderita gagal ginjal dapat dilihat pada aspek kesehatan fisik, kesehatan mental, fungsi sosial, role function dan perasaan sejahtera. Menurut Ventegodt 2003, dalam Desita, 2010 kualitas hidup dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik, yaitu : a. Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu secara personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka. b. Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan. c. Kualitas hidup objektif yaitu bagaiman hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya. 3. Dimensi Kualitas Hidup Menurut WHOQoL The World Health Organization Quality of Life group Yuliaw, 2010 kualitas hidup terdiri dari 4 bidang. Keempat bidang dari WHOQoL BREF meliputi : a. Kesehatan fisik berhubungan dengan kesakitan dan kegelisahan, ketergantungan pada perawatan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur dan istirahat, aktifitas kehidupan sehari-hari, dan kapasitas kerja. b. Kesehatan psikologis berhubungan dengan pengaruh positif dan negatif spiritual, pemikiran pembelajaran, daya ingat dan konsentrasi, gambaran tubuh dan penampilan, serta penghargaan terhadap diri sendiri. c. Hubungan sosial terdiri dari hubungan personal, aktifitas seksual dan hubungan sosial. d. Dimensi lingkungan terdiri dari keamanan dan kenyamanan fisik, lingkungan fisik, sumber penghasilan, kesempatan memperoleh informasi, dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi, atau aktifitas pada waktu luang. 4. Komponen Kualitas Hidup Ada tiga macam komponen utama kualitas hidup Yuwono, 2000 yaitu kapasitas fungsional, persepsi, dan keluhan penderita akibat penyakit yang dideritanya. Kapasitas fungsional atau status fisiologis meliputi kemmpuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, fungsi sosial, sungsi intelektual, dan fungsi emosional. Kapasitas fungsional merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukannya. Elemen terpenting adalah mobilitas, ketidaktergantungan dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi intelektual meliputi kapabilitas mental seperti memori dan ketajaman perhatian, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan membuat keputusan. Status emosional dan kesehatan mental termasuk perubahan perasaan hati, marah, rasa bersalah, rasa permusuhan, kecemasan, depresi. Universitas of Toronto pada tahun 2004 dalam Desita, 2010; Diana, 2010 menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu : a. Kesehatan Kesehatan dalam kualitas hidup dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu secara fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal hiegine, nutrisi, olah raga, pakaian dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi, standar-standar pribadi dan kepercayaan spiritual. b. Kepemilikan Kepemilikan hubungan individu dengan lingkungannya dalam kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian yaitu secara fisik dan social. Secara fisik terdiri dari rumah, tempat kerja sekolah, tetangga lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat dengan orang lain, keluarga, teman rekan kerja, lingkungan dan masyarakat. c. Harapan Merupakan keinginan dan harapan yang akan dicapai sebagai perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai prestasi dan aspirasi individu sehingga individu tersebut merasa berharga atau dihargai di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya melalui suatu tindakan nyata yang bermanfaat dari hasil karyanya.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal

Kronis Avis 2005, dalam Desita, 2010 menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dimana faktor ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama adalah sosio demografi yaitu jenis kelamin, umur, suku etnik, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinan. Bagian kedua adalah medis yaitu lama menjalani hemodialisa, stadium penyakit, dan penatalaksanaan medis yang dijalani. Penelitian Yuliaw 2010 menemukan bahwa karakateristik individu yang terdiri dari terdiri dari pendidikan, pengetahuan, umur dan jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. Yuwono 2000 dalam penelitiannya mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal adalah umur, jenis kelamin, etiologi gagal ginjal, cara terapi pengganti, status nutrisi dan kondisi komorbid. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK menurut Avis 2005, dalam Desita, 2010, Yuliaw 2010, Yuwono 2000 yaitu : 1. Umur Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh karena biasanya kondisi fisiknya yang lebih baik dibanding yang berusia tua. Penderita yang dalam usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi, sebagai tulang punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu, akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis. Usia juga erat kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun Indonesiannursing, 2008. 2. Jenis Kelamin Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding perempuan dan semakin lama menjalani hemodialisa akan semakin rendah kualitas hidup penderita. 3. Etiologi gagal ginjal terminal Penderita gagal ginjal terminal karena nefropati diabetik mempunyai kualitas hidup yang lebih jelek dibanding dengan penderita gagal ginjal terminal karena sebab lain Bergstrom, 1985. Hanya 20 penderita non DM yang tidak mempu merawat dirinya sendiri dibanding dengan 50 penderita DM. 4. Status nutrisi Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering mengalami protein kalori malnitrisi. Malnutrisi akan menyebabkan defisiensi respon imun, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan septikemia. Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal.