Hubungan Faktor Psikologis Dan Faktor Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja SMP Negeri Di Kecamatan Percut Sei Tuan

(1)

HUBUNGAN FAKTOR PSIKOLOGIS DAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SMP NEGERI

DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

Oleh Rusyadi Abror

121121042

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, Ibu Evi Karota S.Kp, MNS , dan Bapak Ikhsanudin Ahmad Harahap S.Kep, Ns, MNS selaku Pembantu Dekan 1, 2, dan 3 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini.

4. Ibu Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Fatwa Imelda S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji 1 dan 2.

5. Kepala Sekolah SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan serta Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga yang memberikan bantuan dalam pelaksanakan penelitian.


(4)

6. Orang tua saya tercinta yang selalu memberikan bantuan dukungan material dan moral, tanpa mereka saya tidak akan mampu mengerjakan skripsi ini dengan baik.

7. Silmi Kaffah, Abdul Aziz, dan Abdul Rahman selaku adik-adik saya yang selalu mendoakan dan memberi semangat kepada saya.

8. Sahabat terbaik saya Khairunisa yang selalu menyemangati saya.

9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan profesi keperawatan.

Medan, Februari 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ………..………... i

Prakata ……….……….. ii

Daftar Isi ……… iv

Daftar Tabel ………... vii

Daftar Skema ……….……….... viii

Abstrak ……….. ix

Bab 1. Pendahuluan …..………... 1

1. Latar Belakang ………... 1

2. Perumusan Masalah ………... 3

3. Tujuan Penelitian ………... 4

4. Manfaat Penelitian ………... 4

4.1 Manfaat Pendidikan ………...…. 4

4.2 Manfaat Penelitian ……….. 5

4.3 Manfaat Pelayanan ……….. 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ……….. 6

1. Rokok ....………... 6

1.1 Kandungan Rokok ……….. 6

1.2 Efek Merokok ……….. 7

2. Remaja ………. 8

2.1 Pengertian Remaja …..……….. 8

2.2 Ciri-ciri Masa Remaja ………... 11

2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja …….………. 12

3. Perilaku Merokok Pada Remaja …….……….. 14

3.1 Perilaku ………..…………... 14

3.2 Perilaku Merokok …...………16

3.3 Faktor-faktor Resiko Perilaku Merokok Remaja ... 18

3.3.1 Faktor Psikologis……….. 18

3.3.2 Faktor Lingkungan …….……...………. 21

3.3.3 Faktor Biologis …….……….………… 23

3.3.4 Faktor Regulatori ……..……….... 23

Bab 3. Kerangka Penelitian ……… 25

1. Kerangka Konseptual …..……….………. 25

2. Defenisi Operasional ……..……….. 26

3. Hipotesa Penelitian …..………. 27

Bab 4. Metode Penelitian …………,,,…..……… 28


(6)

2. Populasi dan Sampel Penelitian ……… 28

2.1 Populasi Penelitian …………...…….……… 28

2.2 Sampel Penelitian ………. 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 30

4. Pertimbangan Etik ……….………. 30

5. Instrumen Penelitian ……….. 31

6. Validitas Dan Reliabilitas ……….. 33

6.1 Uji Validitas …………..……….…. 33

6.2 Uji Reliabilitas ………..………. 33

7. Prosedur Pengumpulan Data ……….…. 34

8. Analisa Data ………..……….. 35

Bab 5. Hasil Dan Pembahasan ……….….………... 37

1. Hasil Penelitian ……… 37

1.1 Karakteristik Responden ………. 37

1.2 Perilaku Merokok Remaja ……….. 38

1.3 Faktor Psikologis ………. 39

1.3 Faktor Lingkungan ……….. 39

1.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Remaja SMP Negeri Keca- matan Percut Sei Tuan ………. 40

2. Pembahasan ……… 41

2.1 Perilaku Merokok Remaja ……… 41

2.2 Faktor Psikologis ………. 43

2.3 Faktor Lingkungan ……….. 44

2.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ………. 45

2.4.1 Hubungan Faktor Psikologis Dengan Perilaku Merokok Remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ……… 45

2.4.2 Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ……… 46

3. Keterbatasan Penelitian ………. 47

Bab 6. Kesimpulan Dan Rekomendasi ……… 49

1. Kesimpulan ……… 49

2. Rekomendasi ……….. 50

2.1 Untuk Pendidikan ………... 50

2.2 Untuk Penelitian ………. 50

2.3 Untuk Pelayanan ………. 51

Daftar Pustaka ……….. 52


(7)

Inform Consent Kuesioner Penelitian Uji Reliabilitas Hasil Penelitian

Surat Uji Reliabilitas Kuesioner

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Reliabilitas dari PGRI-9 Percut Sei Tuan

Surat Pengambilan Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan Surat Pengambilan Data Penelitian dari Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Deli Serdang

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 3 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 5 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SMP Negeri 7 Percut Sei Tuan


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi operasional untuk variabel dependen dan den penelitian ……… 26 Tabel 4.1. Kriteria penafsiran korelasi ………....….. 36 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik

responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan .... 38 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku merokok respon-

den SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ………. 38 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor psikologis respon-

den SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ………… 39 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor lingkungan respon-

den SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ……… 39 Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor

lingkungan dengan prilaku merokok responden SMP Negri Kecamatan Percut Sei Tuan ……….. 41


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

Judul : Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Nama : Rusyadi Abror NIM : 121121042

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya, diajari merokok oleh teman-temannya dan setelah melihat iklan rokok di televisi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sampel penelitian berjumlah 196 responden yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden didapatkan bahwa faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kedalam kategori sedang (53,06%), sedangkan sebagian besar responden didapatkan bahwa faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kedalam kategori sedang (68,37%). Faktor psikologis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (r = 0,30, p-value = 0,07), sedangkan faktor lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (r = 0,96, p-value = 0,003). Sementara itu sebagian besar responden termasuk dalam kategori perilaku merokok ringan (87,25%). Direkomendasikan kepada perawat jiwa – komunitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan, seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.

Kata kunci: Faktor psikologis, faktor lingkungan, perilaku merokok, remaja.


(11)

Title : Relationship between Psychological Factors, Environmental Factors and Smoking Behavior in Adolescents at SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

Name : Rusyadi Abror Student ID Number : 121121042

Program : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

Abstract

Adolescents start smoking because of his own accord, see his friends, taught to smoke by his friends and after seeing cigarette advertising on television. This study used a cross-sectional design with a correlational study approach that aims to determine the relationship between psychological factors, environmental factors and adolescents’ smoking behavior at SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sample was 196 respondents were taken using accidental sampling technique. The result showed that more than half of respondents found that the psychological factors that lead to smoking behavior is included into the medium category (53,06%), while the more than half of respondents found that the environmental factors that lead to smoking behavior is included into the medium category (68,37%). Psychological factors have no significant relationship with smoking behavior (r = 0,30, p-value = 0,07), whereas environmental factors have a significant relationship with smoking behavior (r = 0,96, p-value = 0,003). While the majority of respondents are included in the category of light smoking behavior (87,25). It is recommended that psychiatric and community nurses need to consider doing community outreach that focuses on adolescents to reduce smoking prevalence. Things to consider is the possibility of other factors that influence adolescents smoking behavior in addition to psychological factors and environmental factors, such as personality, family communication patterns, the effect of the activities sponsored by tobacco companies and others.

Keywords: Psychological factors, environmental factors, smoking behavior, adolescent


(12)

Judul : Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

Nama : Rusyadi Abror NIM : 121121042

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2014

Abstrak

Remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya, diajari merokok oleh teman-temannya dan setelah melihat iklan rokok di televisi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sampel penelitian berjumlah 196 responden yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden didapatkan bahwa faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kedalam kategori sedang (53,06%), sedangkan sebagian besar responden didapatkan bahwa faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kedalam kategori sedang (68,37%). Faktor psikologis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (r = 0,30, p-value = 0,07), sedangkan faktor lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku merokok (r = 0,96, p-value = 0,003). Sementara itu sebagian besar responden termasuk dalam kategori perilaku merokok ringan (87,25%). Direkomendasikan kepada perawat jiwa – komunitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan, seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.

Kata kunci: Faktor psikologis, faktor lingkungan, perilaku merokok, remaja.


(13)

Title : Relationship between Psychological Factors, Environmental Factors and Smoking Behavior in Adolescents at SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

Name : Rusyadi Abror Student ID Number : 121121042

Program : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2014

Abstract

Adolescents start smoking because of his own accord, see his friends, taught to smoke by his friends and after seeing cigarette advertising on television. This study used a cross-sectional design with a correlational study approach that aims to determine the relationship between psychological factors, environmental factors and adolescents’ smoking behavior at SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Sample was 196 respondents were taken using accidental sampling technique. The result showed that more than half of respondents found that the psychological factors that lead to smoking behavior is included into the medium category (53,06%), while the more than half of respondents found that the environmental factors that lead to smoking behavior is included into the medium category (68,37%). Psychological factors have no significant relationship with smoking behavior (r = 0,30, p-value = 0,07), whereas environmental factors have a significant relationship with smoking behavior (r = 0,96, p-value = 0,003). While the majority of respondents are included in the category of light smoking behavior (87,25). It is recommended that psychiatric and community nurses need to consider doing community outreach that focuses on adolescents to reduce smoking prevalence. Things to consider is the possibility of other factors that influence adolescents smoking behavior in addition to psychological factors and environmental factors, such as personality, family communication patterns, the effect of the activities sponsored by tobacco companies and others.

Keywords: Psychological factors, environmental factors, smoking behavior, adolescent


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya. Bila telah mengalami ketergantungan akan sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut (Soetjiningsih, 2004). Hasil survei World Health Organization (WHO, 2002 dalam Suhaimi, 2012) rokok yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinya. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data terakhir yang dipublikasikan menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah Cina 1.643 milyar batang rokok tiap tahunnya, Amerika 451 milyar batang rokok tiap tahunnya, Jepang 328 milyar batang rokok tiap tahunnya, dan Rusia 258 milyar batang rokok tiap tahunnya. Menurut Bank Dunia, konsumsi rokok Indonesia setiap tahunnya sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia.

Merokok memiliki dampak negatif yaitu merokok berbahaya bagi kesehatan, merokok perbuatan yang mubadzir, merokok membahayakan perokok dan orang-orang sekitar, merokok suatu kebiasaan buruk serta merokok menghabiskan banyak waktu. Rokok dapat menimbulkan bahaya langsung bagi tubuh dan dapat menimbulkan berbagai penyakit, antara lain


(15)

kanker, penyakit gangguan jantung, TBC, berbagai penyakit mulut, bibir, lidah, gigi, amandel penyakit pencernaan, penyakit saraf dan kandung kencing (Basyir, 2005).

Suatu survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI di Jakarta (1990 dalam Sitepoe, 2000) untuk melihat alasan menjadi perokok dan perilaku para perokok menunjukkan bahwa lebih dari setengah total jumlah pria adalah perokok. Perokok pria semakin bertambah pada usia yang lebih muda, pendidikan yang lebih rendah, golongan yang lebih rendah, dan latar belakang kesehatan yang semakin lemah. Pada laki-laki, rata-rata mulai merokok pada usia 19,2 tahun, dengan estimasi seorang laki-laki mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun (remaja tingkat SMP). Di mana perokok pria dari jumlah keseluruhan perokok tersebut lebih setengahnya adalah perokok ringan (1-10 batang/hari). Jenis rokok yang disukai adalah rokok kretek. Alasan utama merokok adalah menghilangkan rasa jenuh, ketagihan, dan menghilangkan stres.

Di Indonesia, remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat temannya, diajari atau dipaksa merokok oleh teman-temannya dan setelah melihat iklan rokok di televisi. Merokok pada anak-anak remaja karena kemauan sendiri disebabkan ingin menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka bermula dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) lantas menjadi perokok aktif. Semula hanya mencoba-coba kemudian menjadi ketagihan akibat adanya nikotin di dalam rokok (Sitepoe, 2000).


(16)

Sitepoe (2000) menemukan bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sudah merokok. Merokok bagi para remaja khususnya remaja yang masih berusia SMP sudah menjadi hal yang biasa dan dapat membanggakan bagi mereka, bahkan banyak dari mereka sudah menjadi perokok aktif. Menurut Komalasari dan Helmi (2008) menyatakan bahwa perilaku merokok selain disebabkan faktor psikologis juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor psikologis remaja seperti perilaku memberontak dan suka mengambil barang punya seseorang turut mempengaruhi apakah remaja akan mulai merokok dan adapun faktor lingkungan menurut Mu’tadin (2002 dalam Kasfi, 2004) seperti pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh saudara kandung dan pengaruh iklan.

Mengingat banyaknya dampak yang ditimbulkan dari perilaku merokok dan adanya hubungan dengan faktor lingkungan dan psikologis, seharusnya konsumsi rokok pada remaja semakin menurun, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai anak sekolah khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di kecamatan Percut Sei Tuan yang merokok. Dari fenomena tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian di lapangan dengan judul “Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok pada Remaja” khususnya SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.


(17)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, peneliti merumuskan permasalahan: bagaimana hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

3. Tujuan Penelitian 3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1. Untuk mengetahui perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.2.2. Untuk mengidentifikasi faktor psikologis pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.2.3. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan.


(18)

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

4.1 Pendidikan

Sebagai tambahan informasi pengetahuan dan bahan pembelajaran pada mata kuliah keperawatan jiwa-komunitas dalam pembahasan tentang faktor psikologis dan faktor lingkungan yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja serta kaitannya dengan intervensi keperawatan komunitas dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja.

4.2 Penelitian

Sebagai bahan masukan dan sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok dan upaya menurunkan derajat perilaku merokok pada remaja.

4.3 Pelayanan

Untuk meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terutama perawat jiwa-komunitas tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan terhadap perilaku merokok pada remaja sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat untuk menurunkan jumlah perokok pada remaja khususnya dan masyarakat umumnya.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Rokok

1.1 Kandungan Rokok

Bahan kimia yang terdapat dalam rokok dapat memberikan efek mengganggu bagi kesehatan diantaranya nikotin, tar, gas karbon monoksida, dan berbagai logam berat lainnya yang mengakibatkan bila terus menerus merokok akan mengganggu kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya nikotin di hisapan rokok tersebut yang bersifat adiktif sehingga menyebabkan seseorang merokok secara terus-menerus. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan syaraf juga dapat menyebabkan tekanan darah, denyut jantung bertambah, kontraksi otot seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh darah koroner akan bertambah, dan vasokontriksi pembuluh darah perifer (Sitepoe, 2000).

Adapun bahan kimia lain yang terkandung dalam rokok yaitu tar yang mengandung bahan kimia beracun yang bisa menyebabkan kerusakan pada sel paru-paru dan menyebabkan kanker (Sitepoe, 2000). Selain nikotin dan tar, ada kandungan dari rokok yang sangat berbahaya juga bagi tubuh yaitu gas karbon monoksida. Gas karbon monoksida ini dapat mengurangi kemampuan darah dalam mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Gas korbon monoksida ini juga mampu cepat bersenyawa dengan Hemoglobin. Akibatnya, suplai oksigen ke seluruh organ-organ


(20)

tubuh terhambat. Sebagai pentoleransi terhambatnya suplai oksigen ke seluruh organ-organ tubuh, tubuh terpaksa menyerap unsur timah berat yang beracun (Basyir, 2005).

Sedangkan timah hitam (Pb) yang merupakan partikel dari asap rokok ini mengandung 0,5 mikrogram setiap satu batang rokok. Jika kadar timah hitam (Pb) dikonsumsi oleh tubuh lebih dari 2 mikrogram/hari maka akan menimbulkan bahaya bagi tubuh (Sitepoe, 2000). Adapun ammonium karbonat terkandung dalam rokok yang mengakibatkan plak kuning pada permukaan lidah, mengganggu kelenjar makanan dan perasa yang terdapat di permukaan lidah tersebut, menyebabkan batuk, dan membantu tubuh untuk menerima berbagai macam penyakit seperti pilek, radang mulut, tenggorokan serta amandel (Basyir, 2005).

1.2 Efek Merokok

Merokok merupakan aktivitas menghisap rokok atau tembakau dengan berbagai cara, dengan kata lain merokok itu perbuatan dari menyalakan api pada rokok sigaret maupun cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok. Asap dari tembakau maupun bahan sejenis yang terkena api dihisap melalui mulut sehingga masuk kebagian dalam tubuh, lalu dihisap masuk ke dalam rongga dada, lalu dilepaskan keluar melalui hidung atau mulut, maupun melalui keduanya secara bersamaan ke udara (Basyir, 2005). Asap rokok yang dihisap mengandung lebih dari 3040 jenis bahan kimia dengan bermacam jenis daya kerja terhadap tubuh (Sitepoe, 2000).


(21)

Rokok dapat menimbulkan bahaya langsung terhadap tubuh, maupun jadi faktor timbulnya berbagai penyakit. Penyakit yang ditimbulkan oleh rokok diantaranya adalah kanker, berbagai penyakit disaluran cerna (seperti kanker mulut, dan sebagainya), penyakit pernapasan, penyakit pembuluh darah, dan lain sebagainya. Rokok juga dapat mempengaruhi keturunan dan merusak reproduksi, bahkan asapnya saja yang tersebar diudara pun menjadi bahaya bagi orang lain (Basyir, 2005).

Sedangkan bahaya rokok bagi orang lain yang tidak merokok bila terhirup asap dari orang yang merokok tersebut ini sama bahayanya dengan orang yang merokok tersebut bahkan lebih berbahaya orang yang tidak merokok menghirup asap dari orang yang merokok tersebut, dengan istilah perokok pasif. Perokok pasif mempunyai resiko cukup tinggi terhadap penyakit jantung koroner, gangguan pernapasan, dan kanker paru. Bagi anak-anak dibawah umur, terdapat resiko kematian mendadak akibat asap rokok (Basyir, 2005).

2. Remaja

2.1 Pengertian Remaja

Defenisi remaja memang sudah sebagian orang mengetahuinya tapi belum bisa memahami batasan-batasan masih dikatakan remaja. Menurut WHO (1995 dalam Sarwono, 1997) remaja merupakan suatu masa di mana individu berkembang dari pertama kali menunjukkan


(22)

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Sarwono (1997) mengatakan bahwa seringkali orang-orang mendefenisikan remaja sebagai periode masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan maupun dengan perubahan sikap tertentu seperti susah diatur, sensitif dan sebagainya. Papalia dan Olds (2001, dalam Jahja, 2011), mengartikan remaja secara implisit melalui pengertian masa remaja tersebut. Dimana masa remaja itu adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.

Dariyo (2002) mendefenisikan remaja itu adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, psikis, dan psikososial yang berkisar antara usia 12/13 – 21 tahun. Mappire (1892 dalam Ali & Asrori, 2004) menyatakan masa remaja berlangsung antara umur 12 – 21 tahun bagi wanita dan 13 – 22 tahun buat pria.

Remaja juga dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Banyak ahli perkembangan yang


(23)

menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal (early adolescence) yaitu sama dengan masa sekolah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) yaitu setelah usia 15 tahun, serta berminat pada karir, pacaran, dan eksplorasi identitas (Santrock, 2003).

Adapun batasan-batasan remaja menurut Sarwono (1997) untuk masyarakat Indonesia sangatlah sulit, dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai adat, suku, serta tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, sebagai pedoman dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan mempertimbangkan:

1. Usia 11 tahun dimana tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

2. Banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut agama maupun ada, sehingga tidak memperlakukan lagi seperti anak-anak.

3. Usia 11 tahun sudah memiliki atau mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa.

4. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat secara keseluruhan.

5. Batas usia 24 tahun, merupan batas maksimal yaitu untuk memberi kesempatan bagi yang sampai batas usia tersebut masih tergantung


(24)

kepada orang tuanya. Dengan kata lain belum bisa mendapatkan makan sendiri.

2.2 Ciri-ciri Masa Remaja

Jahja (2011) berpendapat masa remaja itu suatu masa perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yaitu: (1) Masa storm and stress, maksudnya peningkatan emosional yang dikarenakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Sementara dari segi sosial, peningkatan emosi merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi yang berbeda dari masa sebelumnya, dimana remaja harus lebih mandiri serta bertanggung jawab. (2) Perubahan secara fisik dan kematangan seksual, masa ini remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuannya. (3) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain, dimana diharapkan remaja untuk dapat mengarahkan ketertarikan pada hal-hal yang lebih penting serta remaja dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. (4) Perubahan nilai, dimana apa yang dianggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa. (5) Sikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi, maksudnya remaja di lain sisi berbeda yang mana di satu sisi remaja menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain remaja takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan, serta meragukan kemampuannya sendiriuntuk memikul tanggung jawab tersebut.


(25)

Remaja akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan, dikarenakan mereka dalam kondisi konflik lantaran mereka binggung di satu pihak masih anak-anak, tetapi di pihak lain harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Dimana disini masa remaja itu merupakan masa yang penuh dengan kesukaran,bukan masa-masa yang indah dan penuh romantika seperti orang-orang lain tanggap (Hidayat, 2009).

Menghadapi remaja bukanlah pekerjaan yang mudah, menurut Adams dan Gallotta (1983 dalam Sarwono, 1997) ada lima aturan dalam membantu remaja menghadapi masalah mereka yaitu: (1) Kepercayaan (trustworthiness), maksudnya kita harus menjalin hubungan saling percaya dengan para remaja yang kita hadapi. (2) Genuineness, maksudnya murni serta tidak berpura-pura. (3) Empaty, maksudnya kemampuan untuk ikut merasakan perasaan-perasaan yang ada pada remaja. (4) Jujur (honesty), kejujuran dalam menanggapi perasaan remaja. (5) Adanya anggapan dan pandangan dari remaja bahwa kita memang memenuhi keempat aturan yang diatas.

Jelaslah menghadapi remaja bukan perkara mudah walaupun empat syarat dari yang lima syarat itu terpenuhi, tapi jika satu syarat saja yang tidak terpenuhi maka remaja akan menganggap kita tidak sungguh-sungguh membantu mereka dan mereka tidak akan mempercayai kita lagi. Oleh sebab itu perkembangan psikologi remaja agar lebih bisa dipahami


(26)

jiwa mereka maka perlu ditinjau dari segi konsep diri, intelegensi, emosi, motif sosial (Sarwono, 1997).

2.3 Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja

Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, dimana remaja itu tidak bisa digolongkan anak-anak tetapi belum juga bisa digolongkan ke orang dewasa. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap serta perilaku kekanak-kanakan dan berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Harlock (1995 dalam Ali & Asrori, 2004) adalah berusaha: (1) Mampu menerima keadaan fisiknya, (2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa, (3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, (4) Mencapai kemandirian emosional, (5) Mencapai kemandirian ekonomi, (6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, (7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua, (8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, (9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan, dan (10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.


(27)

Kay (1999 dalam Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu adalah: (1) Menerima fisiknya sendiri dan keragaman kualitasnya, (2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figure-figur yang mempunyai otoritas, (3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok, (4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya, (5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, (6) Memperkuat self-control atau kemampuan mengendalikan diri atas dasarnilai, prinsip-prinsip, serta falsafah hidup, dan (7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri kekanak-kanakan.

3. Perilaku Merokok Pada Remaja

3.1 Perilaku

Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan dan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Purwanto, 1998). Skinner (1938 dalam Notoatmodjo, 2012) mengatakan perilaku adalah suatu respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar, yang dimana respon itu dapat berbentuk dalam covert behavior (sikap dan penilaian terhadap objek) dan overt behavior ( respon yang berbentuk tindakan).

Notoatmodjo (2012) mendefenisikan perilaku itu dari segi biologis yaitu semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati


(28)

langsung, maupun yang tidak bisa diamati dari luar yang dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan.

Notoatmodjo (2012) mengemukakan perilaku dikembangkan menjadi tiga level yakni: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan atau praktik (practice). Pengetahuan (knowledge), merupakan penginderaan manusia terhadap objek melalui panca indera yang dimilikinya. Pengetahuan dibagi menjadi enam level, yaitu: (a). Tahu (know) yang diartikan sebagai mengingat dan mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. (b). Memahami (comprehension) yang diartikan sebagai kemampuan untuk menginterprestasikan serta menjelaskan suatu objek secara benar. (c). Aplikasi (aplication) yang diartikan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi kondisi yang sebenarnya. (d). Analisis (analysis) yang diartikan kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih dalam bentuk terstruktur. (e). Sintesis (synthesis) artinya kemampuan menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. (f). Evaluasi (evaluation) diartikan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi.

Adapun sikap (attitude) merupakan reaksi yang masih tertutup dan memiliki batasan-batasan dari seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap terdiri dari beberapa level yaitu: (a). Menerima (reciving), diartikan bahwa seseorang itu mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. (b).


(29)

Merespon (responding), artinya memberikan jawaban bila ditanya,mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. (c). Menghargai (valuing), maksudnya mengajak individu lain atau mendiskusikan suatu masalah. (d). Bertanggung Jawab (responsible), maksudnya bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2012).

Tindakan atau praktik (practice), suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata perlu adanya faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas. Tindakan memiliki tingkatan, tingkatannya yaitu: (a). Respon Terpimpin (guided respons), maksudnya dapat melakukan sesuatu tindakan dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. (b). Mekanisme (mechanism), menunjukkan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis. (c). Adopsi (adoption), maksudnya suatu tindakan yang sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2012).

3.2 Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa kemudian asapnya dihembuskan kembali ke udara. Meski semua orang tahu akan bahaya


(30)

yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, sekolahan, maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat dapat dijumpai orang yang sedang merokok (Sitepoe, 2000).

Penelitian Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial (coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily use (perokok harian).

Mu’tadin (2002 dalam Kasfi, 2004), mengkategorikan perilaku merokok individu atas: (1) Perokok ringan, yaitu perokok yang menghabiskan rokok lebih kurang 10 batang rokok perhari dengan waktu mulai merokok rata-rata lebih dari satu jam setelah bangun pagi setiap hari. (2) Perokok sedang, yaitu bila menghabiskan rokok lebih kurang11 - 21 batang perhari dengan waktu mulai merokok rata-rata 31 – 60 menit sesudah bangun pagi tiap hari. (3) Perokok berat, yaitu bila menghabiskan lebihdari 31 batang rokok sehari dan merokok rata-rata 6 – 30 menit setelah bangun pagi tiap hari.

Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005), terdapat empat kategori perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory: (1) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, maksudnya seseorang yang merokok akan merasakan bertambahnya rasa yang positif. (2)


(31)

Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, maksudnya seseorang merokok dikarenakan adanya perasaan cemas, gelisah, dan marah maka rokok akan dianggapnya sebagai penenang. (3) Perilaku merokok yang adiktif atau yang sering disebut kecanduan, maksudnya seseorang yang merokok akan sangat ketergantungan terhadap rokok tersebut. (4) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan, maksudnya seseorang merokok bukan dikarenakan untuk mengendalikan perasaan lagi tetapi merokok memang sudah rutinitasnya sehari-hari.

Tempat merokok mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka penggolongkan tipe perilaku merokok menjadi: (1) Merokok di tempat umum, yang dibagi ke kelompok homogen (sama-sama perokok) secara bersamaan menikmati kebiasaanya tapi kelompok ini masih menghargai orang lain disekitarnya. Kelompok heterogen merupakan kelompok yang merokok ditengah-tengah orang yang tidak merokok yang tergolong orang yang tidak berperasaan, tidak etis, dan tidak punya tata karma. (2) Merokok di tempat pribadi, merokok seperti memilih di kamar tidur pribadi atau di kantor dapat digolongkan sebagai individu yang kurang menjaga kebersihan diri, serta penuh dengan perasaan gelisah yang mencekam. (3) Merokok di toilet, dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi (Basyir, 2005).


(32)

3.3 Faktor-faktor Resiko Perilaku Merokok Remaja

Perilaku merokok merupakan sebuah kelakuan kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan dan adiktif, namun dapat juga menimbulkan dampak buruk terhadap perokok tersebut maupun orang-orang disekitarnya (Soetjiningsih, 2004). Merokok juga memberikan resiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit serta memberikan resiko kematian (Sitepoe, 2000). Seperti penggunaan zat-zat lainnya, terdapat beberapa faktor resiko perilaku merokok remaja sehingga menjadi perokok yaitu faktor psikologis, faktor lingkungan, dan faktor biologis serta faktor regulasi atau peraturan penjualan rokok (Soetjiningsih, 2004).

3.3.1 Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok serta berhubungan dengan aspek perkembangan remaja, merokok pada remaja merupakan sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Adapun faktor psikologis lainnya diantaranya adalah rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang (Soetjiningsih, 2004).


(33)

Seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku merokok yang tampil sebagai pelarian-pelarian karena mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuan terletak dibawah rata-rata dan seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menentang, sikap tidak mudah menerima nasihat-nasihat orang lain, serta sikap kompensatoris (Gunarsa & Gunarsa, 2003). Sedangkan faktor resiko lainnya adalah rasa rendah diri, kurang mampu mengatasi stres, hubungan antar-perorangan yang jelek, sosial ekonomi yang rendah,tingkat pendidikan orang tua yang rendah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Merokok sering dihubungkan dengan remaja putus sekolah, penggunaan alkohol serta obat-obat, absen sekolah, rendah diri dan suka melawan (Soetjiningsih, 2004).

Berhubungan dengan stres dan gambaran diri, penelitian Soewondo (1998 dalam Tandra 2003) dari Fakultas Psikologi UI mengunggkapkan bahwa merokok dianggap dapat menimbulkan ide-ide ataupun inspirasi, mengatasi susah konsentrasi, gelisah, bahkan kegemukan. Temuan yang juga penting adalah bahwa remaja dengan gejala depresi dan kecemasan ternyata menunjukkan resiko yang lebih tinggi akan inisiatif merokok disbanding dengan remaja tanpa gejala serupa.

Mausner dan Platt (1971 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif seseorang merokok pada faktor psikologis adalah: a). Kebiasaan, yang


(34)

mana perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif atau pun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b). Reaksi emosi positif dimana merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. c). Reaksi untuk penurunan emosi, yang mana merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, cemas biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d). Alasan sosial, maksudnya merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan gambaran diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya. e). Leventhal dan Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) juga menyatakan ketagihan atau kecanduan sebagai akibat dari merokok yang mana seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Yang dikarenakan adanya nikotin yang terkandung didalam rokok. Semula hanya mencoba-coba rokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin.

3.3.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan berkaitan erat dengan keadan sekitar remaja serta penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, maupun melihat reklame tembakau. Orang tua merokok memegang peranan terpenting bagi anaknya yang remaja


(35)

menjadi merokok. Sedangkan reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dari pada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat merokok (Soetjiningsih, 2004). Dimana lingkungan tersebut tempat proses remaja bersosialisai. Lingkungan terbagi menjadi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ali & Asrori, 2004).

Menurut Ali dan Asrori (2004) berpendapat bahwa lingkungan keluarga sangat dibutuhkan oleh remaja dalam perkembangan sosialnya adalah suasana kehidupan keluarga yang kondusif (harmonis-tidaknya, intensif-tidaknya interaksi antara anggota keluarga) yang erat hubungannya karena remaja hidup dalam kelompok keluarga yang akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada di dalam keluarga.

Lingkungan sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam keseharian. Sebagaimana dalam lingkungan keluarga yang dituntut kondusif, lingkungan sekolah juga dituntut kondusif (Ali & Asrori, 2004). Menurut Barrow dan Woods (1982 dalam Ali & Asrori, 2004), kondusif tidaknya suasana sekolah bagi perkembangan sosial remaja tergambar dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja serta hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut


(36)

secara favourable dapat mempengaruhi perkembangan sosial remaja meskipun disadaribahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu.

Lingkungan masyarakat, salah satu yang dialami remaja dalam proses sosialisainya adalah tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten terhadap remaja, maksudnya remaja tidak diberikan kesempatan atau peran penuh sebagaimana orang yang sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan, remaja masih sering dianggap anak kecil atau dianggap belum mampu sehingga menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja. Keadaan ini yang seringkali menjadi penghambat perkembangan sosial remaja (Ali & Asrori, 2004).

Usia remaja merupakan masa dimana remaja berupaya untuk mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya. Persahabatan pada remaja dapat mengembangkan dan belajar keterampilan sosial serta menomorsatukan hubungan dengan temannya dibandingkan dengan keluarganya. Namun demikian remaja yang patuh terhadap orang tuannya akan selalu memperhatikan nasihat, bimbingan, dan arahan orang tuanya serta sadar membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam hal ini remaja dikatakan dalam bersikap kritis dan kadang memberontak terhadap nilai-nilai yang dianggap ketinggalan zaman. Maka dari pada itu salah satu ciri perkembangan remaja yaitu selalu bergejolak untuk mencari kemapaman, keseimbangan, dan kedewasaan kepribadiannya (Dariyo, 2002)


(37)

3.3.3 Faktor Biologis

Berikutnya faktor biologi disini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu: (1) Faktor kognitif, efek adiktif dari nikotin dapat dirasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin tersebut buat tubuh. (2) Faktor jenis kelamin, belakangan ini kejadian merokok meningkat pada remaja wanita dikarenakan menjadi percaya diri, merasa cakap, dan suka menentang. (3) Faktor genetik, variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang memetabolisme nikotin yang konsekuensinya meningkatkan resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu (Soetjiningsih, 2004).

Leventhal dan Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) menyatakan mekanisme biologi terhadap nikotin yang terdapat pada rokok yaitu: a) Fixed effects model, maksudnya nikotin telah pasti bercampur dengan seluruh sistem yang ada pada tubuh manusia yang dapat mengakibatkan penyakit. b) Nicotine regulation model, maksudnya jumlah kandungan nikotin yang diperlukan tubuh lama kelamaan akan meningkat dikarenakan pada nikotin adanya zat adiksi.

3.3.4 Faktor Regulatori

Terakhir faktor regulatori yaitu peningkatan harga jual tinggi akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan kawasan bebas rokok diharapkan mengurangi konsumsi. Tapi kenyataannya terdapat peningkatan kejadian


(38)

memulai merokok pada remaja walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegah merokok (Soetjiningsih, 2004).


(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap penggeneralisasian yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konseptual di bawah ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja.

Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Skema 3.1. Faktor resiko perilaku merokok pada remaja

Perilaku Merokok Pada remaja:

• Derajat Merokok Remaja

• Tempat Merokok Remaja

Management of Affect

Faktor Psikologis: bosan, menghadapi stres ataupun tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan,

memicu ide ataupun

inspirasi dan gambaran diri.

Faktor Biologis Faktor Lingkungan:

orang tua ataupun saudara kandung, teman, lingkungan tempat tinggal, dan iklan/reklame di media.

Faktor Regulatori


(40)

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional untuk variabel dependen dan independen penelitian. N O Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Variabel Dependen Perilaku merokok pada remaja

Tingkatan atau jumlah dari tindakan membakar tembakau dan menghirup asap rokok dengan menggunakan alat (pipa) atau langsung dari rokoknya kemudian

menghembuskannya kembali asap ke

udara yang dilakukan di lokasi/tempat

tertentu oleh remaja SMP Negeri di Kec. Percut Sei Tuan.

Kuesio- ner Derajat perilaku merokok : Ringan, dengan skor 10 – 20 Sedang, dengan skor 21 – 30 Berat, dengan skor 31 – 40

Interval

2. Variabel Independen • Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Psikolo- gis Keadaaan atau situasi dalam jiwa

remaja yang menyebabkan

perilaku merokok pada remaja SMP

Negeri di Kecamatan Percut

Sei Tuan yang di lakukan pada saat bosan, menghadapi stres ataupun Kuesio- ner Faktor psikologis : Ringan, dengan skor 0 – 4

Sedang, dengan skor 5 – 7

Berat, dengan skor


(41)

• Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Lingku- ngan tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide/inspirasi dan gambaran diri

Keadaaan atau situasi lingkungan remaja yang menyebabkan

perilaku merokok pada remaja SMP

Negeri di Kecamatan Percut

Sei Tuan yang disebabkan karena orang tua ataupun saudara kandung, teman, dan iklan/reklame di media. Kuesi- oner 8 – 10

Faktor lingkungan: Ringan, dengan skor 0 – 3

Sedang, dengan skor 4 – 6

Tinggi, dengan skor 7 – 8

Interval

3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa null :

3.1 Tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja.

3.2 Tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja.


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa (murid laki-laki) SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 2071 orang siswa. Dimana rincian dari jumlah siswa dari seluruh SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut: a) SMP Negeri 1 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 389 orang. b) SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 556 orang. c) SMP Negeri 3 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 320 orang. d) SMP Negeri 4 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak


(43)

265 orang. e) SMP Negeri 5 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana siswanya sebanyak 204 orang f) SMP Negeri 6 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 289 orang. g) SMP Negeri 7 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 48 orang. Maka jumlah populasi siswanya sebanyak 2071 orang.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Dalam Nursalam (2009) jika jumlah populasi lebih dari 1000 orang maka besar sampel yang diambil 10% - 20% sudah cukup. Jadi dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 20% dari 2071 populasi yaitu 414 orang (digenapkan dari 414,2).

Pelaksanaan penelitian ini sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan (414 orang) karena peneliti mendapatkan kendala yang disebabkan siswa (murid laki-laki) yang masih aktif merokok tidak sampai 414 orang di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, sehingga peniliti mengambil sampel sebanyak 196 orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah accidental sampling, dimana peneliti mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria penelitian dan yang ditemukan pada saat itu tanpa melewati proses randomisasi (Notoatmodjo, 2010). Proses randomisasi tidak dilakukan karena peneliti mengalami kesulitan terutama dalam hal waktu untuk menskrining para siswa yang sesuai dengan kriteria sampel


(44)

penelitian. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah siswa yang masih aktif merokok dari seluruh siswa di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan. Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena belum ada yang meneliti hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan ini sebelumnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober s/d November 2013.

4. Pertimbangan Etik

Melakukan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan proposal ini. Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden dengan menekankan pada masalah yang meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian


(45)

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak mereka.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner data demografi responden, kuesioner faktor perilaku merokok, kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor psikologis, dan kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor lingkungan.


(46)

Kuesioner data demografi berisi: inisial, tanggal, usia, kelas, pertama sekali merokok, dan pertanyaan apakah ada anggota keluarga di dalam keluarga yang merokok.

Kuesioner perilaku merokok terdiri dari 10 pernyataan, perokok berat 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok di tempat umum 3 pernyataan (nomor 2, 3, dan 4), merokok di tempat pribadi 1 pernyataan (nomor 5), merokok di toilet 1 pernyataan (nomor 6), perilaku merokok adiktif 1 pernyataan (nomor 7), perokok ringan 1 pernyataan (nomor 8), dan perokok sedang 1 pernyataan (nomor 9).

Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis terdiri dari 10 pernyataan, yaitu merokok supaya menunjukkan gambaran diri 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok untuk relaksasi ataupun ketenangan 2 pernyataan (nomor 2 dan 4), merokok supaya muncul ide-ide ataupun inspirasi 1 pernyataan (nomor 3), merokok dalam keadaan stres dan dalam tekanan 3 pernyataan (nomor 5, 6 dan 7), merokok dalam keadaan bosan 1 pernyataan (nomor 8), merokok supaya kelihatan gagah 1 pernyataan (nomor 9).

Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor lingkungan terdiri dari 8 pernyataan, yaitu merokok karena orang tua ataupun saudara kandung 1 pernyataan (nomor 1), merokok karena lingkungan tempat tinggal 2 pernyataan (nomor 5 dan 6), merokok karena teman 4 pernyataan (nomor 2, 3, 7 dan 8), merokok karena iklan atau reklame di media 1 pernyataan (nomor 4).


(47)

Penilaian menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala Guttman dengan jawaban “ya” bernilai 1 atau “tidak” bernilai 0 dengan total skor terendah pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 10, dimana 0 – 4 adalah rendah, 5 – 7 adalah sedang, dan 8 – 10 adalah tinggi. Serta pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok; faktor lingkungan dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 8, dimana 0 – 3 adalah rendah, 4 – 6 adalah sedang, dan 7 – 8 adalah tinggi. Skala Likert dengan pilihan jawaban jarang (J) bernilai 1, kadang-kadang (K) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3, selalu (SSL) bernilai 4. Total skor terendah adalah 10, sedangkan skor yang tertinggi adalah 40. Dimana 10 – 20 adalah ringan, 21 – 30 adalah sedang, dan 31 – 40 adalah berat.

6. Validitas dan Reliabilitas 6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunujukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk instrumen baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.


(48)

Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen yang ahli dalam keperwatan jiwa dan keperawatan komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep dan Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes.

6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010) yang mana lokasinya di SMP PGRI-9 Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 50 sampel.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) serta ke Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.

2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan).

3. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menentukan responden sampel penelitian.


(49)

4. Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara mengisi kuisioner.

5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

6. Calon responden yang bersedia, diminta menandatangani informed consent (surat persetujuan) dan pengumpulan data dimulai.

7. Peneliti melakukan pengumpulan data

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan yang dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.


(50)

3. Data Entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

4. Melakukan Teknik Analisis

Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisa univariat yaitu melihat distribusi frekuensi dan persentase untuk faktor psikologis, lingkungan, dan derajat perilaku merokok remaja. Analisa bivariat yaitu menguji hipotesa antara hubungan faktor psikologis dengan derajat perilaku merokok remaja, dan hubungan faktor lingkungan dengan derajat perilaku merokok remaja dengan menggunakan Product Moment Pearson atau biasa disebut Pearson’s r. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara 2 variabel. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan linear.

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Grove (2001).


(51)

Tabel 4.1. Kriteria penafsiran korelasi

Nilai r Penafsiran

-0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah: hubungan negatif dengan interpretasi lemah.

-0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang: hubungan negatif dengan interpretasi memadai.

Di atas -0,5 Korelasi negatif tinggi: hubungan negatif dengan interpretasi kuat.

0,1 sampai 0,3 Korelasi positif rendah: hubungan positif dengan interpretasi lemah.

0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang: hubungan positif dengan interpretasi memadai.

Di atas 0,5 Korelasi positif tinggi: hubungan positif dengan interpretasi kuat.


(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian berdasarkan pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 13 November 2013 di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan terhadap 196 responden. Penyajian data meliputi karakteristik responden, perilaku merokok remaja, faktor psikologis, faktor lingkungan, dan hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

1.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berusia 15 tahun (62,24%) dan merupakan siswa kelas 3 SMP (62,24%). Sebagian besar responden (79,08%) pertama sekali merokok awal masuk SMP. Sementara itu anggota keluarga responden sebagian besar (62,24%) didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang merokok.


(53)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

Karakteristik Responden Frekuensi %

Usia

13 tahun 21 10,72 14 tahun 53 27,04 15 tahun 122 62,24 Kelas

Kelas 1 SMP 21 10,72

Kelas 2 SMP 53 27,04

Kelas 3 SMP 122 62,24 Pertama sekali merokok

Sekolah Dasar (SD) 41 20,92 Awal masuk SMP 155 79,08 Anggota keluarga dalam keluarga

ada yang merokok

Ada 74 37,76

Tidak ada 122 62,24

1.2 Perilaku Merokok Remaja

Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa dari semua responden yang memiliki perilaku merokok aktif, sebagian besar responden (87,25%) dimasukkan pada kategori perilaku merokok ringan.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

Perilaku Merokok Frekuensi %

Ringan 171 87,25

Sedang 23 11,73


(54)

1.3 Faktor Psikologis

Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor psikologis responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

Faktor Psikologis Frekuensi % Ringan 89 45,41

Sedang 104 53,06

Berat 3 1,53

1.4 Faktor Lingkungan

Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk kategori sedang.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor lingkungan responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

Faktor Lingkungan Frekuensi %

Ringan 46 23,47

Sedang 134 68,37

Berat 16 8,16


(55)

1.5 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja. Dari hasil analisa pada hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,30 dimana nilai dapat dibaca berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi memadai (0,3 < r ≤ 0,5 ). Uji hipotesa null antara hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut diterima karena p-value 0.07 (p > 0,05) sehingga bermakna tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

Sedangkan antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r sebesar 0,96 , dimana nilai tersebut berdasarkan tabel kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif dengan interpretasi kuat (r > 0,5). Uji hipotesa null antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut ditolak karena p-value 0.003 (p < 0.05) sehingga bermakna ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.


(56)

Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

Variabel 1 Variabel 2 r p-value Keterangan Faktor Psikologis Perilaku Merokok 0,30 0,07 hubungan

Remaja positif dengan

interpretasi memadai.

Faktor Lingkungan Perilaku Merokok 0,96 0,003 hubungan

Remaja positif dengan

interpretasi

kuat.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

2.1 Perilaku Merokok Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (87,25%) termasuk kategori perilaku merokok ringan yang mana alasan seperti dikemukakan Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) dikarenakan perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh bertambahnya rasa yang positif, remaja merokok dipengaruhi perasaan negatif (seperti cemas, gelisah, dan marah), perilaku merokok yang adiktif, dan perilaku merokok


(57)

yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok remaja dalam penelitian ini diukur berdasarkan frekuensi merokok responden berdasarkan pendapat Mu’tadin (2002 dalam Kasfi, 2004), tempat dimana responden menghisap rokok berdasarkan pendapat Basyir (2005), pengaruh stimulus eksternal responden terhadap perilaku merokok, ketergantungan, serta kebutuhan psikologis yang menyertai konsumsi rokok berdasarkan pendapat Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) untuk dikategorikan atas perilaku merokok yang ringan, sedang dan berat.

Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar responden (79,08%) mencoba merokok pertama sekali pada waktu yang belum lama atau sejak masuk SMP. Perilaku merokok responden dengan mencoba rokok pertama sekali belum terlalu lama atau sejak masuk SMP, akan berada pada derajat perilaku merokok ringan karena penelitian Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial (coba-coba), occasional use (sesekali merokok), dan daily use (perokok harian).

Kemudian sebanyak 20,92% responden mulai merokok pertama sekali saat SD dan 79,08% nya lagi sejak awal masuk SMP mulai merokok. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI di Jakarta (1990 dalam Sitepoe, 2000) dimana laki-laki mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun dan juga sesuai


(58)

pendapat Sitepoe (2000) bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sudah merokok.

2.2 Faktor Psikologis

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Soetjiningsih (2004) mengatakan tentang faktor psikologis yang meliputi rasa ingin tahu untuk mencoba sesuatu yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang akan didapati pada setiap remaja. Sementara itu Gunarsa dan Gunarsa (2003), berpendapat seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku merokok yang tampil sebagai pelarian-pelarian karena mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan bersumber pada kemampuan dasar yang kurang baik, taraf kemampuan terletak dibawah rata-rata dan seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap menentang, sikap tidak mudah menerima nasihat-nasihat orang lain, serta sikap kompensatoris.

Ditinjau dari aspek periode perkembangan remaja (middle adolescence), Hidayat (2009) mengemukakan remaja penuh konflik karena remaja bingung di satu pihak masih anak-anak, tetapi di pihak lain harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan penuh dengan kesukaran,


(59)

bukan masa-masa yang indah serta penuh romantika seperti orang-orang lain tanggapi. Adams dan Galotta (1983 dalam Sarwono, 1997) juga berpendapat tentang cara menghadapi remaja bukanlah pekerjaan yang mudah dalam membantu menyelesaikan masalah mereka.

2.3 Faktor Lingkungan

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Dariyo (2002) menyatakan usia remaja merupakan masa dimana remaja berupaya untuk mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya serta menomorsatukan hubungan dengan temannya dibandingkan dengan keluarganya.

Sebagaimana Soetjiningsih (2004) juga mengatakan bahwa lingkungan berkaitan erat dengan remaja serta penggunaan tembakau antara tiap individu maupun melihat reklame tembakau. Dapat diasumsikan juga bahwa faktor lingkungan ini mengambil faktor resiko supaya responden menjadi merokok.

Dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa sebagian besar responden (62,24%) memiliki anggota keluarga dalam keluarga yang tidak merokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali dan Asrori (2004) bahwa bukan di lingkungan keluarga saja yang menyebabkan remaja hidup dalam kesehariannya dan menjadi terpengaruh merokok, akan tetapi lingkungan


(60)

sekolah serta lingkungan masyarakat juga menjadi lingkungan hidup keseharian remaja yang dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut.

2.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

2.4.1 Hubungan Faktor Psikologis dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa faktor psikologis yang terdiri dari situasi kondisi yang mengakibatkan remaja menghadapi stres, tekanan, ingin kelihatan gagah, saat bosan, tenang, memicu inspirasi, serta gambaran diri dan faktor lingkungan yang terdiri dari situasi kondisi dari orang tua, saudara kandung, teman, serta iklan/reklame di media yang menyebabkan remaja merokok.

Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan hipotesa null diterima, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan diterima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan Soetjiningsih (2004) yang menyatakan remaja akan merokok dikarenakan rasa ingin tahu untuk mencoba yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun


(61)

ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan yang dikemukakan Mausner dan Platt (1971 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif seseorang merokok adalah: a). Kebiasaan, yang mana perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif atau pun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b). Reaksi emosi positif dimana merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. c). Reaksi untuk penurunan emosi, yang mana merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, cemas biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. d). Alasan sosial, maksudnya merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan gambaran diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.

2.4.2 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

Kemudian antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana dapat disimpulkan hipotesa null ditolak, yang mana p < 0,05 artinya


(62)

bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan yang dikemukakan Ali dan Asrori (2004) menyebutkan lingkungan menjadi tempat proses remaja bersosialisasi, dengan begitu remaja akan dipengaruhi lebih besar oleh lingkungan sekitar untuk merokok dan sejalan juga dengan survey yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia (1990 dalam Sitepoe, 2000) yang menunjukkan angka perokok usia <10 tahun (9%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan 15-16 tahun (28%) karena dipengaruhi oleh salah satu faktor resiko dari lingkungan yaitu oleh ajakan teman-teman yang sukar ditolak sejumlah 70% selebihnya karena coba-coba, dan setelah melihat iklan rokok.

Berdasarkan pengamatan terhadap literatur yang didapatkan tentang faktor-faktor resiko prilaku merokok, seharusnya dapat ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor psikologis dengan prilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, akan tetapi yang memiliki hubungan yang signifikan cuma antara hubungan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja saja. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa permasalahan remaja yang merokok memiliki penyebab multifaktorial dan mungkin lebih dominan yang memberi konstribusi pengaruh prilaku merokok adalah remaja yang bersangkutan, dan dalam hasil penelitian ini didapakan bahwa faktor lingkungan yang


(63)

menjadi faktor resiko perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan yang cukup tinggi.

3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan di lapangan diantaranya jumlah sampel tidak mencukupi dari yang sudah ditentukan sebelumnya sehingga kurang representatif, pada saat pengisian kuesioner responden masih ada yang ragu dan takut mengisinya dikarenakan responden mengira mempengaruhi situasi kondisi mereka di lingkungan sekolah serta lingkungan sosial, dan lokasi penelitian jauh dari tempat tinggal peneliti sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai ke lokasi penelitian.


(64)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

1. Kesimpulan

Pada distribusi frekuensi karakteristik responden sebagian besar berusia 15 tahun (62,24%), mulai merokok pertama sekali awal masuk SMP (79,08%), serta sebesar 62,24% anggota keluarga responden dalam keluarga tidak ada yang merokok.

Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa ditolak, dimana p > 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat diterima, atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

Sementara itu antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana


(65)

dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, yang mana p < 0,05 artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan dapat diterima atau dengan kata lain ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Rekomendasi 2.1Untuk Pendidikan

Dalam pemberian ceramah maupun diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa dan Komunitas diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi mahasiswa dan dosen, sehingga perlu ditelaah usaha-usaha penanganan perilaku merokok pada remaja secara komprehensif.

2.2Untuk Penelitian

Kesenjangan antara hasil penelitian (variabel faktor psikologis dengan perilaku merokok) yang diperoleh dengan tinjauan pustaka yang didapatkan dapat dijadikan sebagai data masukan yang menarik bagi penelitian lanjutan tentang masalah merokok pada remaja dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

Kemudian juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengidentifikasi tentang masalah merokok remaja ini dengan jumlah


(66)

responden yang lebih representatif di semua sekolah di Kecamatan Percut Sei Tuan dengan menggunakan tehnik sampling yang lebih tepat.

2.3Untuk Pelayanan

Dalam praktik Keperawatan Jiwa-Komunitas perlu mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan, seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori M. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Basyir, A.B. (2005). Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok. Jakarta: Editor, Tim Pustaka At-Tazkia.

Burns, N & Grove, S.K. (2001). The Practice of Nursing Research: Conduct, critique, and utilization (4 th edition). Usa: W.B. Saunders Company. Dariyo, A. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y.S.D. (2003). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan

Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Hidayat, A.A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisa Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, D.R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia: Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Kasfi, A. (2004). Skripsi: Hubungan Pola Komunikasi Keluarga Dengan Derajat Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMU Negeri 8 Medan. Karya

Ilmiyah. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Komalasari, D dan Helmi, A.F. (2008). Faktor-faktor Penyebab Perilaku

Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.


(68)

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta: Salemba Medika.

Oskamp, S. (1984). Applied Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall. Purwanto, H. (1998). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Sarwono, S.W. (1997). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sitepoe, M. (2000). Kekhususan Rokok Indonisia. Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana.

Soejiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Suhaimi, R. (2012). Skripsi: Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok Di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Karya Ilmiyah. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tandra, H. (2003). Merokok dan Kesehatan. http//www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kesehatan htm Dibuka tanggal 7 Mei 2013


(69)

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORM CONSENT) MENJADI RESPONDEN

Nama saya Rusyadi Abror. Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Faktor Psikologis Dan Faktor Lingkungan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Siwa-siswa (murid laki-laki) diharapkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana jawaban yang diberikan tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran siswa-siswa jika siswa-siswa bersedia, maka saya akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi. Partisipasinya dalam penelitian ini bersifat sukarela, peneliti akan menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang siswa-siswa berikan. Siswa-siswa (murid laki-laki) bebas menanyakan tentang penelitian ini.

Terima kasih atas perhatian dan kesediaan siswa-siswa sekalian dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Oktober 2013


(70)

(71)

KUESIONER PENELITIAN

Inisial : Tanggal :

Petunjuk umum pengisian:

1. Saudara/i diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada. 2. Berilah tanda (√ ) pada kolom kotak yang telah disediakan yang menurut

anda benar pada pertanyaan kuesioner data demografi.

3. Jika ada hal-hal yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

A. Kuisioner Data Demografi

1. Usia : … tahun

2. Kelas : a. ฀ kelas 1 SMP b. ฀ kelas 2 SMP c. ฀ kelas 3 SMP

3. Pertama sekali merokok : a. ฀ Sekolah Dasar (SD)

b. ฀ Awal masuk SMP

4. Apakah ada anggota keluarga dalam keluarga anda yang merokok? ฀ Ada ฀ Tidak


(72)

B. Kuesioner Perilaku Merokok Remaja

Kuesioner berikut ini adalah beberapa pernyataan yang akan digunakan untuk mengetahui penyebab perilaku merokok anda. Isilah tanda √ (check list) pada salah satu kotak J (Jarang), K (Kadang-kadang), SR (Sering), dan SSL (Selalu) yang menurut anda paling tepat.

No PERNYATAAN J 1 K 2 SR 3 SSL 4 1. Saya mulai merokok setengah jam

setelah bangun pagi setiap harinya supaya merasa lebih fresh/segar.

2. Saya merokok di tempat-tempat umum, seperti di angkot/bus, di, di pasar, di rumah makan, di tempat rekreasi, di pinggir jalan.

3. Saya akan tetap merokok walaupun ada orang yang terganggu dengan asap rokok saya.

4. Saya merokok bersama teman-teman saya yang juga merokok. 5. Saya merokok di tempat-tempat

pribadi seperti di kamar tidur, di rumah pada saat perasaan saya gelisah ataupun galau.

6. Saya merokok di toilet/WC sambil berfantasi/berangan-angan.

7. Saya akan mencari rokok jika saya tidak merokok dalam seharinya. 8. Saya merokok kurang dari 10

batang/hari.

9. Saya merokok 11 sampai 20 batang/hari.

10. Saya merokok lebih dari 31 batang/hari.


(73)

C. Kuesioner Faktor Psikologis Perilaku Merokok Pada Remaja

Kuesioner berikut ini adalah beberapa pernyataan yang akan digunakan untuk mengetahui perilaku merokok anda. Isilah tanda √ ( check list) pada salah satu kotak “Ya” dan “Tidak” yang menurut anda paling tepat.

No. PERNYATAAN Ya 1

Tidak 0 1. Saya merokok supaya lebih dihargai orang

lain.

2. Saya merokok agar mampu berkonsentrasi dengan baik..

3. Saya merasa merokok dapat memicu timbulnya ide-ide dan inspirasi saya.

4. Saya merasa merokok membuat perasaan saya lebih tenang dan nyaman.

5. Saya merokok pada saat punya masalah. 6. Saya merokok ketika saya sedang galau. 7. Saya merokok pada saat cemas ataupun

gugup.

8. Saya merokok pada saat bosan ataupun suntuk.

9. Saya merokok supaya terlihat gagah/keren. 10. Saya merokok agar tampak dewasa dan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)