Perilaku Merokok Remaja Pembahasan

Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan Variabel 1 Variabel 2 r p-value Keterangan Faktor Psikologis Perilaku Merokok 0,30 0,07 hubungan Remaja positif dengan interpretasi memadai. Faktor Lingkungan Perilaku Merokok 0,96 0,003 hubungan Remaja positif dengan interpretasi kuat.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

2.1 Perilaku Merokok Remaja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 87,25 termasuk kategori perilaku merokok ringan yang mana alasan seperti dikemukakan Tomkins 1988 dalam Basyir, 2005 dikarenakan perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh bertambahnya rasa yang positif, remaja merokok dipengaruhi perasaan negatif seperti cemas, gelisah, dan marah, perilaku merokok yang adiktif, dan perilaku merokok Universitas Sumatra Utara yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok remaja dalam penelitian ini diukur berdasarkan frekuensi merokok responden berdasarkan pendapat Mu’tadin 2002 dalam Kasfi, 2004, tempat dimana responden menghisap rokok berdasarkan pendapat Basyir 2005, pengaruh stimulus eksternal responden terhadap perilaku merokok, ketergantungan, serta kebutuhan psikologis yang menyertai konsumsi rokok berdasarkan pendapat Tomkins 1988 dalam Basyir, 2005 untuk dikategorikan atas perilaku merokok yang ringan, sedang dan berat. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar responden 79,08 mencoba merokok pertama sekali pada waktu yang belum lama atau sejak masuk SMP. Perilaku merokok responden dengan mencoba rokok pertama sekali belum terlalu lama atau sejak masuk SMP, akan berada pada derajat perilaku merokok ringan karena penelitian Moolchan dkk 2000 dalam Kasfi, 2004 menunjukkan bahwa tiga fase klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu terhadap rokok secara positif adalah trial coba-coba, occasional use sesekali merokok, dan daily use perokok harian. Kemudian sebanyak 20,92 responden mulai merokok pertama sekali saat SD dan 79,08 nya lagi sejak awal masuk SMP mulai merokok. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI di Jakarta 1990 dalam Sitepoe, 2000 dimana laki-laki mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun dan juga sesuai Universitas Sumatra Utara pendapat Sitepoe 2000 bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama SMP yang sudah merokok.

2.2 Faktor Psikologis