PEMBAHASAN HASIL PENGUKURAN LAJU ALIRAN SALIVA NON STIMULASI DENGAN METODE SPITTING

BAB 5 PEMBAHASAN

Ganja merupakan salah satu narkotika yang sering digunakan di dunia. 15 Salah satu efek dari penggunaan ganja adalah xerostomia. 17 Xerostomia merupakan keluhan yang dapat disebabkan oleh penurunan produksi saliva. 38 Penelitian ini melibatkan 32 orang mantan pengguna ganja di Panti Sosial Pamardi Putra PSPP Insyaf Medan. PSPP Insyaf Medan hanya menerima laki-laki saja, agar terhindar dari sexual acting out. 59 Dengan demikian, subjek penelitian ini hanya terdiri dari 32 orang laki-laki mantan pengguna ganja. Menurut Santrock, pembagian usia dapat dibagi atas delapan kategori, tiga diantaranya terdiri dari remaja akhir 18-21 tahun, dewasa awal 22-30 tahun, dan dewasa tengah 31-45 tahun. 60 Pada penelitian ini, persentase mantan pengguna ganja paling tinggi ditemukan pada rentang usia 23-30 tahun, yaitu sebesar 46,9. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ialomiteanu dkk, yang menunjukkan bahwa diantara rentang usia 18-29 tahun, 30-39 tahun, 40- 49 tahun, dan 50 tahun keatas, persentase mantan pengguna ganja paling tinggi ditemukan pada rentang usia 18-29 tahun yaitu sebesar 40,4. 61 Penggunaan ganja paling sering ditemukan pada kalangan remaja dan dewasa awal. 62,63 Hal ini karena usia remaja dan dewasa awal memiliki sifat yang sangat labil sehingga dapat dipengaruhi oleh teman-temannya untuk menggunakan narkotika. Penggunaan narkotika dapat dikelompokkan dalam dua alasan, yaitu determinan sosial termasuk didalamnya pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh sekolah dan determinan personal termasuk didalamnya rendah diri, rasa ingin memberontak, dorongan untuk berpetualang, dan rasa ingin bebas. Pengguna narkotika usia remaja dan dewasa awal umumnya berasal dari keluarga yang tidak utuh, hubungan orangtua yang tidak baik, dan kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang, sehingga mengakibatkan para pengguna tidak betah tinggal di rumah, melarikan diri, atau menghabiskan waktu luangnya dengan melakukan kegiatan negatif, seperti Universitas Sumatera Utara merokok ganja. 62 Semakin bertambah usia, maka resiko menjadi pengguna narkotika menjadi semakin kecil. Hal ini diduga karena pada usia diatas 30 tahun mayoritas sudah berkeluarga sehingga semakin besar tanggung jawab terhadap keluarganya dan keinginan kuat ingin sembuh dari ketergantungan narkotika sangat besar. 64 Mantan pengguna narkoba di PSPP Insyaf Medan menjalani proses rehabilitasi selama 12 bulan. 59 Pada penelitian ini ditemukan kelompok dengan lama berhenti menggunakan ganja selama 1-3 bulan paling tinggi yaitu sebesar 40,6. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu rehabilitasi pada setiap mantan pengguna ganja di PSPP Insyaf Medan. Perbedaan waktu rehabilitasi ini dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan narkotika yang berbeda pada setiap mantan pengguna ganja. 59 Ketika seseorang telah terjerumus ke dalam narkotika, semakin lama dosis penggunaannya akan meningkat. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan terhadap narkotika, sehingga dibutuhkan suatu rehabilitasi bagi pengguna narkotika. Rehabilitasi narkotika menjadi sebuah wadah untuk memberikan pertolongan agar pengguna narkotika dapat sembuh. 1 Motivasi dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sangat berperan dalam proses penyembuhan seseorang yang ingin berhenti menggunakan narkotika. Penyembuhan tidak hanya secara fisik, namun juga psikologis, seperti mengembalikan kepercayaan diri mantan pengguna narkotika. Pada mantan pengguna narkotika dapat terjadi relapse, yaitu proses kembalinya seseorang menggunakan narkotika. 63 Hal ini terjadi dikarenakan rendahnya pengetahuan terhadap bahaya penggunaan narkotika bagi kesehatan. 1,4 Penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengalami xerostomia sebesar 56,2. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Lee dkk, yang menyatakan bahwa 25,6 mantan pengguna ganja kronik mengalami xerostomia. 19 Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan THC dalam ganja yang memiliki sifat parasimpatolitik. 17 Ganja mempengaruhi sistem tubuh manusia melalui ikatan THC dengan reseptor CB 1 yang berada pada sistem saraf dan kelenjar saliva. 11,28 Penelitian in vivo pada tikus yang dilakukan oleh Prestifilipo dkk, ditemukan bahwa kandungan THC dalam ganja dapat menurunkan sekresi saliva pada kelenjar submandibula. 65 Ketika THC berikatan dengan reseptor CB 1 pada Universitas Sumatera Utara sistem saraf, maka sistem saraf parasimpatis terinhibisi sehingga saliva hanya disekresikan melalui sistem saraf simpatis. Hal ini menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan aliran darah ke kelenjar saliva, sehingga sel-sel asini mengalami atropi dan menghasilkan saliva dengan volume yang lebih sedikit, kental dan mengandung lebih banyak musin. 53,56 Berdasarkan hasil uji statistik Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p = 0,025 p0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara lama berhenti menggunakan ganja dengan xerostomia. Ini menunjukkan bahwa pengaruh ganja masih terjadi meskipun subjek telah berhenti menggunakan ganja. Hal ini terjadi karena kandungan THC dalam ganja, yang memiliki efek residu setelah pengguna berhenti menggunakan ganja, terutama pada penggunaan ganja secara terus- menerus. 19,66 Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf yang diakibatkan kebiasaan menggunakan ganja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meier dkk, bahwa penggunaan ganja secara terus-menerus pada usia remaja, yaitu masa ketika otak sedang mengalami masa perkembangan penting, dapat menimbulkan efek neurotoksik. Hal ini dapat menyebabkan gangguan fungsi neuropsikologi. 67 Semakin sering seseorang menggunakan ganja, maka semakin banyak THC yang masuk ke dalam tubuh secara terus-menerus, sehingga terjadi vasokonstrisi pembuluh darah pada kelenjar saliva yang menyebabkan atrofi pada sel asini. Hal ini mengakibatkan lamanya proses pemulihan akibat atropi sel asini tersebut. 53,56,68 Penelitian Earleywine menunjukkan bahwa pemulihan otak dapat terjadi pada mantan pengguna yang telah berhenti menggunakan ganja selama 2 tahun. Ini menunjukkan efek akibat kerusakan sistem saraf masih akan berlanjut walaupun pengguna berhenti menggunakan ganja. 25 Pada penelitian ini diperoleh kelompok yang berhenti menggunakan ganja 1- 3 bulan lebih banyak mengalami xerostomia dibandingkan dengan kelompok yang berhenti menggunakan ganja 7-9 bulan. Ini menunjukkan bahwa xerostomia lebih banyak pada kelompok yang baru berhenti menggunakan ganja. Pengurangan efek pemulihan tersebut dipengaruhi oleh usia ketika menggunakan ganja, jumlah ganja yang digunakan, dan lamanya menggunakan ganja. 67,68 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN