Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda - beda. Panjang rantai adalah antara 14 - 20 atom karbon. Dengan demikian
sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Jumlah asam jenuh dengan tak jenuh dalam minyak sawit hamper sama.Komponen
utama adalah asam palmitat dan oleat. Selain mengandung karotenoida 500 - 700 ppm diantaranya
β-karotena 54,4 juga mengandung sterol ± 300 ppm diantaranya kolesterol 4, β-sitosterol 63, tokoferol 500-800 ppm, dan fosfatida 500 - 1000
ppm. Kesemua zat tersabunkan tersebut hanya 0,3 dari minyak sawit. Kadar tokoferol tersebut bergantung pada kehati-hatian perlakuan dalam
pengolahan; minyak yang berkadar ALB tinggi biasanya kadar tokoferolnya lebih rendah. Trigliserida minyak sawit hanya mengandung sedikit ikatan asam lemak tak
jenuh majemuk poly-unsturated, juga minyak sawit mengandung tokoferol sehingga agak tahan terhadap oksidasi. Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003
2.4 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit
2.4.1 Penimbangan dan Sortasi
Pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik menggunakan truk atau trailer yang ditarik dengan wheel tractor. Setiap truk atau trailer yang tiba di pabrik harus ditimbang di
Toledo timbangan saat memuat TBS brutto dan sesudah menurunkan atau membongkar tarra. Selisih timbangan berisi dan kosong merupakan berat TBS yang
akan diolah.Tempat penerimaan buah berfungsi untuk mengetahui jumlah TBS yang diterima dan sebagai tempat penimbunan TBS sebelum diolah.
Tandan buah segar yang sudah ditimbang langsung dimasukkan kedalam loading ramp dan storage ramp. Setiap bay dari loading ramp dapat menampung TBS
sebanyak 8 ton. Di dalam bays, TBS dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya
dengan cara disiram air dari atas. Cara ini dilakukan untuk menjaga mutu dan mengurangi keausan alat - alat pengolahan. Selardi Sastrosayono, 2003
Berdasarkan perhitungan rendemen dan penilaian mutu, keadaan TBS yang masuk ke pabrik harus diperiksa dan disortasi. Sortasi dilakukan pada setiap kebun
dengan cara menentukan satu truk sebagai sampel yang mewakili seluruh TBS dari kebun asal. Sortasi dilakukan sesuai dengan criteria panen yang dibagi dalam fraksi-
fraksi dari fraksi 0 buah sangat mentah atau apkir hingga fraksi 7 tandan kosong atau tandan buah. Selain itu, perlu dicatat banyaknya brondolan dan kotoran.
Sunarko, 2009
2.4.2 Perebusan Sterilisasi
Perebusan merupakan proses pengolahan mekanis terhadap tandan buah sawit.Tandan yang berada di dalam lori dipanaskan menggunakan uap jenuh
saturated steam dengan tekanan 3 kgcm
2
pada suhu 135ºC selama 105 menit.Lori berisi TBS dimasukkan ke dalam ketel rebusan sterilizer dengan bantuan loco
penarik.Setiap ketel dapat berisi 10 lori berkapasitas 2,5 ton TBS. Setelah dimasukkan,pintu ketel ditutup rapat.
Berikut ini beberapa tujuan sterilisasi tandan buah sawit. 1.
Mematikan enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian
minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
2. Mengkoagulasikan zat putih telur yang terdapat dalam daging buah agar tidak
terikut bersama minyak kasar dari hasil pengempaan, karena bias
menimbulkan emulsi.
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir biasanya akan
menyulitkan pemisahan air dengan minyak dalam klarifikasi.
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukan di ketel dan
mempermudah buah lepas dari tandan saat proses penebahan.
5. Meregangkan inti sawit dari cangkangnya untuk mempermudah pemecahan
biji di cracker.
6. Menurunkan kadar air daging buah, sehingga memperlancar proses
pengepresan dan memperbaiki proses penjernihan minyak.
Suhu dan lamanya perebusan tergantung pada mutu tandan yang akan diolah. Jika TBS relatif matang, waktu perebusan akan menjadi lebih singkat.Sebaliknya, jika
TBS relatif mentah, waktu perebusan akan lebih lama bila berlangsung pada suhu yang sama.Umumnya proses perebusan dilakukan menggunakan system tiga puncak
triple peak. Artinya tiga kali menaikkan tekanan dan dua kali membuang air kondensast selama proses perebusan berlangsung. Keuntungan memakai system tiga
puncak ini diantaranya persentase buah tidak membrondol lebih kecil, kehilangan minyak dalam ampas lebih kecil, dan proses klarifikasi minyak lebih baik. Sunarko,
2009
2.4.3 Pelepasan Buah