Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Murniati 2007 memperoleh bahwa ada hubungan antara ketersediaan pelayanan dengan pemanfaatan pelayanan
antenatal p= 0,001 0.05.
5.3 Pengaruh Faktor Aksesibilitas Sosial terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal
5.3.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan
Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil dengan tingkat pendidikan SMADiplomaS1 yaitu 78,7 memiliki perilaku sesuai standar dalam
melakukan kunjungan antenatal. Hasil uji Chi- Square menunjukkan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan
antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka belum tentu meningkat perilaku dalam melakukan kunjungan
antenatal. Hal ini berarti bukan tidak diperlukan tingkat pendidikan ibu, pendidikan juga penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima
informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Menurut Ndama 2000
dalam penelitian Hamid 2003 pendidikan merupakan salah satu sebab tidak langsung yang memengaruhi pemeriksaan kehamilan sehingga dengan pendidikan
tinggi akan memengaruhi pengetahuan seseorang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Murniati 2007 bahwa
pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan antenatal dimana
Universitas Sumatera Utara
diperoleh nilai p 0,05 p= 0,0516. Hasil penelitian Eryando 2007 di Kabupaten Tangerang juga menemukan tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan pemanfaatan kesehatan maternal. Hasil penelitian Ndama 2002 juga menemukan tingkat pendidikan tidak ada hubungan yang bermakna
dengan pemeriksaan kehamilan pValue=0,627. Tanuwidjaja 1994 juga menemukan hal yang sama.
Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Hamid 2003, dimana ditemukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemeriksaan
kehamilan dengan p=0,001 dan OR 0,202. Mc Carthay dan Maine 1992 dalam WHO-Depkes-FKM-UI yang dikutip
Simanjuntak 2002, mengatakan bahwa wanita dengan pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan keluarganya. Hasil penelitian Sadik
1996 responden yang berpendidikan tinggi memeriksakan kehamilan sebesar 86,7 hampir sama dengan hasil penelitian ini yaitu 88,9.
5.3.2 Pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan
Hasil penelitian tentang variabel pekerjaan ditemukan ibu yang bekerja persentase tertinggi berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal
sebanyak 90,9 dan ibu yang tidak bekerja juga lebih banyak berperilaku sesuai standar melakukan kunjungan antenatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan
Universitas Sumatera Utara
antenatal. Hasil penelitian Ndama 2002 juga melaporkan bahwa 95,3 ibu yang bekerja memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan.
Pada penelitian ini ibu yang bekerja sebenarnya kurang memiliki waktu untuk memeriksakan kehamilannya, tetapi dalam penelitian ini ibu yang bekerja lebih
peduli dengan keadaan kehamilannya dan lebih memanfaatkan antenatal, hal ini menunjukkan ibu yang bekerja meluangkan waktu untuk melakukan kunjungan
antenatal dan perduli terhadap kesehatannya sehingga datang memeriksakan kehamilan. Selain itu ibu yang bekerja sadar dengan akibat dari pekerjaannya dapat
memengaruhi keadaan janin yang dikandungnya dan memerlukan pemeriksaan kehamilan. Hal ini sesuai dengan Mc Carthy dan Maine dalam Simanjuntak 2002,
bahwa seorang wanita yang bekerja di sektor formal mempunyai akses lebih baik terhadap informasi kesehatan.
Ibu hamil yang tidak bekerja juga lebih banyak berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal, hal ini membuktikan bahwa dengan memiliki
waktu yang cukup banyak dan tidak sibuk dengan tidak bekerja, memanfaatkan waktu dan keadaan tersebut untuk melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur.
Keadaan ini sebenarnya tidak terlepas dari adanya pengetahuan dan kesadaran ibu yang tidak bekerja bahwa sangat penting untuk memeriksakan kehamilan secara
teratur selama kehamilan untuk mengetahui kondisi kehamilan maupun keadaan janin yang sedang dikandungnya. Sesuai dengan hasil penelitian Bernadetha 1995 dalam
Hamid 2003 mengatakan bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu lebih banyak dari pada ibu bekerja dalam pemeriksaan kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan Hamid 2003 bahwa secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemeriksaan kehamilan
dengan nilai p value 0,597. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Mondal di Rajhastan bahwa status pekerjaan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
pemeriksaan kehamilan. Hasil penelitian Deswani 2003 tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status bekerja dengan keterlambatan datang ke pelayanan
antenatal.
5.3.3 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan
Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan ditemukan pada kategori baik dengan persentase tertinggi berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan
antenatal sebanyak 88,2. Uji statistik menunjukkan variabel pengetahuan berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal. Mengacu pada
hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin baik pengetahuan ibu hamil maka akan meningkat pemanfaatan antenatal.
Ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak memanfaatkan ANC, hal ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik peduli terhadap kesehatannya dan
memiliki perhatian terhadap keadaan kehamilannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu membuat ibu lebih ingin mengetahui keadaan kehamilannya sehingga ibu hamil rutin
melakukan pemeriksaan antenatal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cholil 2004 dalam Adri 2008, pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfaatan
antenatal. Pemanfaatan antenatal perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan ibu saat kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hamid 2003, ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan pemeriksaan kehamilan dengan p value 0,005 dan OR sebesar 0,119 artinya ibu yang pengetahuan baik memiliki peluang 0,119 kali
memeriksakan kehamilan lengkap dibanding dengan ibu dengan pengetahuan kurang. Penelitian Eryando 2007 pengetahuan tentang ANC, risiko kehamilan dan
melahirkan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal, baik pelayanan antenatal maupun penolong persalinan dan tempat melahirkan yang baik
dimana ibu hamil yg memiliki pengetahuan baik 52 melakukan ANC K4 dengan nilai OR 3,35.
Penelitian Tanuwidjaja 1992 yang menunjukkan Bahwa ibu yang pengetahuannya baik mempunyai peluang menggunakan pemanfaatan pelayanan
antenatal baik 2,7 kali dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang dan menurut Sadik 1996 ibu yang pengetahuannya baik hampir 3 kali 61,0 melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan baik daripada ibu yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil penelitian Rismanto 2009 menemukan bahwa ibu hamil dengan
pengetahuan baik cenderung melakukan kunjungan antenatal empat kali K4 lengkap 73,33, serta 1 kali lebih besar melakukan kunjungan antenatal dibandingkan ibu
hamil yang memiliki pengetahuan kurang.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Ndama 2002 dari hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan
pelayanan antenatal adalah pengetahuan OR 3,3161 . Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ginting 2001 bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemanfaatan pelayanan antenatal p=0,150. Nilai OR = 1,56 artinya ibu yang berpengetahuan baik
mempunyai peluang untuk memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar 1,56 kali dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang.
Menurut Nursalam 2007 pada umumnya orang yang berpengetahuan baik akan berperilaku yang baik pula sesuai dengan apa yang diketahuinya dan tahu apa
manfaat yang diperoleh dari perilaku tersebut, sebaliknya orang yang berpengetahuan kurang akan berperilaku kurang pula karena tidak mengetahui tentang tujuan, manfaat
dalam melakukan ANC. Menurut Friedman 2005 bahwa pengetahuan merupakan domain dari
perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan secara teratur, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pelayanan antenatal dan
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan Depkes RI, 2008.
Ibu yang berpengetahuan buruk masih banyak tidak berperilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal dengan persentase sebesar 40,7, hal ini
Universitas Sumatera Utara
bahwa ibu yang berpengetahuan buruk tidak mengerti bahwa pentingnya untuk memeriksakan keadaan kehamilan selama hamil. Dalam keadaan ini upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar melalui
kegiatan penyuluhan meliputi jadwal pemeriksaan antenatal yang sesuai standar, tujuan pemeriksaan kehamilan, tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, pentingnya
konsumsi tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan dan kemana mencari pertolongan bila menemukan masalah dalam kehamilan.
Sejalan dengan Bloom dalam Notoatmodjo 1993 bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dengan demikian menurut Hamid 2003 seorang ibu hamil tidak memanfaatkan pemeriksaan kehamilan, jika ibu tersebut tidak mengerti kegunaan pemeriksaan
kehamilan.
5.3.4 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan
Tuntungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai sikap positif mempunyai perilaku dalam melakukan antenatal sesuai standar 93,1. Uji statistik
menunjukkan variabel sikap berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin positif
sikap ibu hamil maka akan meningkat perilaku ibu dalam melakukan antenatal.
Universitas Sumatera Utara
Ibu yang bersikap positif lebih banyak memanfaatkan ANC, hal ini bahwa ibu yang bersikap positif peduli dan perhatian terhadap kesehatan dan keadaan
kehamilannya. Sikap yang dimiliki ibu membuat ibu lebih ingin memanfaatkan kunjungan antenatal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cholil 2004 dalam Adri
2008, pentingnya aspek sikap dalam pemanfaatan antenatal. Pemanfaatan antenatal perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu saat kehamilan dan
melahirkan. Sikap negatif ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan akan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada
petugas kesehatan. Sikap negatif dari ibu hamil kemungkinan disebabkan oleh pemahaman yang
kurang tentang manfaat dari pemeriksaan antenatal karena ditemukan 27,9 ibu hamil tidak setuju bahwa pemeriksaan kehamilan adalah hal yang sangat penting
dilakukan, 67,2 setuju bila ibu sehat dalam masa kehamilan akan terhindar dari masalah pada saat persalinan.
Menurut Sarwono 2002 dalam penelitian Hamid 2003 menyatakan bahwa sikap adalah tingkah laku balas yang tersembunyi implicite response, terjadi
langsung setelah ada rangsangan baik disadari atau tidak. Selain tingkah laku balas ada internal factors seperti dorongan, kehendak, kebiasaan dan lain-lain yang akan
menimbulkan tingkah laku nyata overt behavior. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hamid 2003 dari hasil analisis
hubungan antara sikap dengan pemeriksaan kehamilan didapatkan p value=0,005
Universitas Sumatera Utara
yang berarti ada hubungan yang bermakna atara sikap dengan pemeriksaan kehamilan.
Penelitian Ginting 2001 mendapatkan hasil bahwa proporsi ibu hamil yang memiliki sikap positif sedikit lebih besar dari ibu yang bersikap negatif dalam hal
pemanfaatan pelayanan antenatal sesuai standar yaitu 63,4 dan 51,3, namun secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara sikap ibu dengan pemanfaatan
pelayanan antenatal p=0,135. Nilai OR = 1,65, artinya ibu yang mempunyai sikap positif cenderung memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar 1,65 kali
dibandingkan dengan ibu yang bersikap negatif. Ibu yang bersikap negatif masih banyak tidak berperilaku sesuai standar
dalam melakukan kunjungan antenatal yaitu dengan persentase 40,6. Hal ini menandakan bahwa ibu dengan sikap negatif terhadap pemeriksaan kehamilan perlu
mengubah sikap dan pandangannya terhadap pentingnya untuk memeriksakan keadaan kehamilan selama hamil. Dalam keadaan ini upaya untuk meningkatkan
sikap ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui motivasi dari petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas di Puskesmas Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan dan juga suami, orang tua maupun teman. Ibu hamil yang masih memiliki sikap yang kurang tanggap perlu merubah sikap atau pandangan
tentang pemeriksaan kehamilan sehingga diharapkan semua ibu hamil yakin bahwa pemeriksaan kehamilan adalah hal yang sangat penting dilakukan dan tidak
beranggapan bahwa ibu yang sehat selama kehamilan sudah tentu akan terhindar dari masalah pada saat persalinan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo 2005, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap ibu hamil akan positif atau
negatif juga tergantung dari rangsangan dari luar external factors.
5.3.5 Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar
Kecamatan Medan Tuntungan
Hasil penelitian tentang variabel pengambilan keputusan ditemukan lebih banyak pengambil keputusan dalam melakukan kunjungan antenatal bukan istri yaitu
60,65. Responden yang mengambil keputusan bukan istri lebih banyak perilaku sesuai standar dalam melakukan kunjungan antenatal. Uji statistik menunjukkan
variabel pengambil keputusan tidak berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan kunjungan antenatal.
Pengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi termasuk dalam melakukan pemeriksaan kehamilan terutama adalah istri. Dengan
keputusan sendiri berarti tidak ada paksaan dari orang lain sehingga perilaku yang terbentuk akan lebih permanen. Pada pengambil keputusan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan adalah istri lebih banyak melakukan kunjungan antenatal secara teratur dengan persentase sebesar 83,3. Uji statistik menunjukkan variabel
pengambilan keputusan tidak berpengaruh terhadap perilaku dalam melakukan
Universitas Sumatera Utara
kunjungan antenatal. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa siapa pun yang mengambil keputusan dalam perilaku melakukan antenatal tidak
memberikan pengaruh yang signifikan dalam pemeriksaan kehamilan Dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan persentasi siapapun
yang mengambil keputusan untuk melakukan antenatal. Hasil penelitian ini sejalan dengan Eryando 2007 bahwa tidak ada hubungan
antara pengambil keputusan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal di Kabupaten Tangerang.
5.4 Pengaruh Faktor Motivasi terhadap Perilaku dalam Melakukan