Pengaruh Komunikasi Petugas Kesehatan dan Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

(1)

PENGARUH KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN DAN DUKUNGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PERILAKU IBU BALITA DALAM IMUNISASI

CAMPAK DI PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TESIS

OLEH : LINA SARI LUBIS

087012011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF THE HEALTH OFFICER’S COMMUNICATION AND THE SUPPORT OF RELIGIOUS FIGURES ON THE BEHAVIOR OF MOTHERS

WITH CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN MEASLES IMUNIZATION AT SIMALINGKAR HEALTH CENTER MEDAN TUNTUNGAN

SUBDISTRICT MEDAN CITY

TESIS

OLEH : LINA SARI LUBIS

087012011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011


(3)

PENGARUH KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN DAN DUKUNGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PERILAKU IBU BALITA DALAM IMUNISASI

CAMPAK DI PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINA SARI LUBIS 087012011/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN DAN DUKUNGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PERILAKU IBU BALITA DALAM IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN

TUNTUNGAN KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Lina Sari Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 087012011

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Dra. Syarifah, M.S)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 02 Februari 2011


(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 02 Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : 1. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

2. Drs. Tukiman, M.K.M.


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KOMUNIKASI PETUGAS KESEHATAN DAN DUKUNGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PERILAKU IBU BALITA DALAM IMUNISASI

CAMPAK DI PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2011

( Lina Sari Lubis )


(7)

ABSTRAK

Kasus campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan masih tinggi, dijumpai sebanyak 99 kasus pada tahun 2008. Kondisi tersebut menunjukkan masih rendahnya partisipasi dari ibu balita dalam mengimunisasikan balitanya di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Upaya yang dilakukan melalui komunikasi petugas kesehatan dan dukungan tokoh agama belum optimal dalam mengubah perilaku ibu balita dalam imunisasi campak.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh komunikasi petugas kesehatan (metode, media, isi pesan, strategi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis Penelitian ini adalah survey explanatory. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita (9 – 12 bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Sampel penelitian sebanyak 80 ibu balita yang diambil dengan menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi perilaku ibu balita dalam imunisasi campak dari komunikasi petugas kesehatan adalah metode, media dan isi pesan, sedangkan dari dukungan tokoh agama adalah dukungan instrumental dan dukungan informasional. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengefektifkan media tentang imunisasi campak dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat kota Medan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar serta meningkatkan partisipasi tokoh agama melalui sosialisasi tentang imunisasi campak.


(8)

ABSTRACT

The cases of measles in Simalingkar Health Center Medan Tuntungan Subdistrict Medan City was still excessive, which found cases of measles were 99 cases in 2008. The condition showed that the participation of mothers’ with babies were decrease in giving immunization to her babies in Simalingkar Health Center. The attempt done by communication of health officer an the support of religious figures were not optimal yet to change mothers’ behavior in measles immunization.

This research aimed to analyze the influence of communication of health officer (method, media, message content, message strategy) and the support of religious figures (instrumental support, informational support, emotional support) on mothers’ behavior in measles immunization in Simalingkar Health Center. This was survey research with an explanatory. The population were mothers with babies (9 -12 months) those who lived in Simalingkar Health Center. The samples of research were 80 mothers with babies using simple random sampling. Collecting data were done by interview assisted with questioner. Data were analyzed by using multiple logistic test.

The result of this survey showed that the factors that influenced on mothers’ behavior in measles immunization from the communication of the health officer were method, media and message content, and from the support of the religious figures were instrumental support and informational support. Media was the most influence variable on mother’s behavior in measles immunization in Simalingkar Health Center Medan Tuntungan Subdistrict Medan City.

It is suggested to Medan District Health Office to make media about measles immunization more effective in an effort to improve the promotion of health program for Medan’s Community, especially for those who live in working area of Simalingkar Health Center. It is also suggested to improve the participation of the religious figures through socialization about measles immunization.

Keywords : Communication, Support, Mothers’ behavior


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh Komunikasi Petugas Kesehatan dan Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan”. Salawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam proses penelitian dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Dra. Syarifah, M.S, selaku Dosen Pembimbing Tesis.

5. Drs. Tukiman, M.K.M. dan Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku Dosen Pembanding Tesis.

6. Dr. Erwin Effendi, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan.

7. Suami tercinta Syamsul Alam Nasution, S.STP, M.A.P., serta ananda Alisya Nabilah Nasution dan Ibqan Alam Nasution, yang senantiasa mendo’akan, memberi perhatian dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan hingga selesainya pendidikan.

8. Ayahanda tercinta Zainal Abidin Lubis dan Ibunda tercinta Nurlan yang selalu mendo’akan dan memotivasi penulis.

9. Ayahanda Mertua tercinta Alm. Drs. Zainal Arifin Nasution dan Ibunda Mertua tercinta Hj. Siti Maryam Lubis yang senantiasa mendo’akan dan memberi dorongan kepada penulis.

10.Para ibu yang menjadi subjek penelitian yang telah meluangkan waktu untuk wawancara.

11.Teman-teman mahasiswa-mahasiswi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 yang telah memberi semangat kepada penulis.


(11)

Penulis menyadari dalam penyusunan Tesis ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan Tesis ini. Mudah-mudahan Tesis ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan mendapatkan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Amin Ya Rabal ‘Alamin.

Medan, Februari 2011 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Lina Sari Lubis dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Juni 1978, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda Zainal Abidin Lubis dan Ibunda Nurlan. Menikah dengan Syamsul Alam Nasution, SSTP, MAP pada tanggal 5 September 2004 dan telah dikaruniai dua orang putra dan putri yaitu Alisya Nabilah Nasution dan Ibqan Alam Nasution, sekarang menetap di Jl. Juang 45 No. 28 Medan

Estate.

Memulai pendidikan di SD Negeri 060848 Medan lulus tahun 1990, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 6 Medan lulus tahun 1993. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Medan lulus tahun 1996. selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan selesai tahun 2002.

Pernah bekerja sebagai dokter PTT di Puskesmas Titi Papan Kota Medan dari tahun 2004 – 2006, kemudian sebagai dokter PNS di Puskesmas Titi Papan tahun 2006 – 2008. Selanjutnya di Puskesmas Pembantu Tembung Kota dari tahun 2009 sampai dengan sekarang.

vi

i


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Perilaku ... 9

2.1.1. Perilaku Kesehatan ... 9

2.1.2. Domain Perilaku ... 11

2.2. Komunikasi ... 14

2.2 1. Definisi Komunikasi ... 14

2.2.2. Komponen Komunikasi ... 14

2.2.3. Proses Komunikasi ... 15

2.2.4. Media Komunikasi ... 16

2.2.5. Metode Komunikasi ... 17

2.3. Dukungan Sosial ... 18

2.3.1. Definisi ... 18

2.3.2. Sumber Dukungan sosial ... 19

2.3.3. Bentuk Dukungan ... 19

2.3.4. Dampak dukungan sosial ... 21

2.4. Campak ... 22

2.4.1. Definisi ... 22

2.4.2. Penyebab ... 23

2.4.3. Gejala Klinis ... 23


(14)

2.4.5. Diagnosa ... 24

2.4.6. Pengobatan ... 25

2.4.7. Pencegahan ... 25

2.4.8. Tahapan Pemberantasan Campak ... 25

2.5. Imunisasi ... 27

2.5.1. Tujuan Imunisasi ... 28

2.5.2. Manfaat Imunisasi ... 29

2.6. Landasan Teori ... 29

2.7. Kerangka konsep ... 30

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 37

3.6. Metode Pengukuran ... 38

3.7. Metode Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Analisis Univariat ... 42

4.2.1. Komunikasi Petugas Kesehatan ... 43

4.2.2. Dukungan Tokoh Agama ... 44

4.2.3. Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak ... 45

4.3. Analisis Bivariat ... 46

4.3.1. Komunikasi Petugas Kesehatan (Metode, Media, Strategi Pesan, Isi Pesan) terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak... 47

4.3.2. Dukungan Tokoh Agama ( Dukungan Instrumental, Dukungan Emosional, Dukungan Informasional) terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak... 50

4.4. Analisis Multivariat ... 53

BAB 5. PEMBAHASAN ... 56

5.1. Pengaruh Komunikasi Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak ... 56


(15)

5.2. Pengaruh Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu

Balita dalam Imunisasi Campak... 58

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1. Kesimpulan ... 62

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(16)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 35 3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen ... 38 3.3. Metode Pengukuran Variabel Dependen ... 39 4.1. Distribusi Frekuensi Metode, Media, Strategi Pesan, Isi Pesan,

Komunikasi petugas kesehatan ... 43 4.2. Distribusi Frekuensi dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan emosional tokoh agama ... 44 4.3. Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak ... 45 4.4. Distribusi Komunikasi Petugas Kesehatan terhadap Perilaku Ibu Balita

dalam Imunisasis Campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan ... 47 4.5. Distribusi Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita

dalam Imunisasi Campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan ... 50 4.6. Hasil Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat... 53 4.7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda Antara Variabel

Independen dan Variabel Dependen ... 54 4.8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Berganda Antara Metode,

Media, Isi Pesan, Dukungan Instrumental, Dukungan Informasional terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak dengan Exp B 95 % ... 55


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Lembar Pertanyaan / Kuesioner ... 72 2. Hasil Uji Statistik ... 82

xii


(19)

ABSTRAK

Kasus campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan masih tinggi, dijumpai sebanyak 99 kasus pada tahun 2008. Kondisi tersebut menunjukkan masih rendahnya partisipasi dari ibu balita dalam mengimunisasikan balitanya di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Upaya yang dilakukan melalui komunikasi petugas kesehatan dan dukungan tokoh agama belum optimal dalam mengubah perilaku ibu balita dalam imunisasi campak.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh komunikasi petugas kesehatan (metode, media, isi pesan, strategi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Jenis Penelitian ini adalah survey explanatory. Populasi adalah ibu yang mempunyai balita (9 – 12 bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Sampel penelitian sebanyak 80 ibu balita yang diambil dengan menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi perilaku ibu balita dalam imunisasi campak dari komunikasi petugas kesehatan adalah metode, media dan isi pesan, sedangkan dari dukungan tokoh agama adalah dukungan instrumental dan dukungan informasional. Media merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mengefektifkan media tentang imunisasi campak dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan kepada masyarakat kota Medan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar serta meningkatkan partisipasi tokoh agama melalui sosialisasi tentang imunisasi campak.


(20)

ABSTRACT

The cases of measles in Simalingkar Health Center Medan Tuntungan Subdistrict Medan City was still excessive, which found cases of measles were 99 cases in 2008. The condition showed that the participation of mothers’ with babies were decrease in giving immunization to her babies in Simalingkar Health Center. The attempt done by communication of health officer an the support of religious figures were not optimal yet to change mothers’ behavior in measles immunization.

This research aimed to analyze the influence of communication of health officer (method, media, message content, message strategy) and the support of religious figures (instrumental support, informational support, emotional support) on mothers’ behavior in measles immunization in Simalingkar Health Center. This was survey research with an explanatory. The population were mothers with babies (9 -12 months) those who lived in Simalingkar Health Center. The samples of research were 80 mothers with babies using simple random sampling. Collecting data were done by interview assisted with questioner. Data were analyzed by using multiple logistic test.

The result of this survey showed that the factors that influenced on mothers’ behavior in measles immunization from the communication of the health officer were method, media and message content, and from the support of the religious figures were instrumental support and informational support. Media was the most influence variable on mother’s behavior in measles immunization in Simalingkar Health Center Medan Tuntungan Subdistrict Medan City.

It is suggested to Medan District Health Office to make media about measles immunization more effective in an effort to improve the promotion of health program for Medan’s Community, especially for those who live in working area of Simalingkar Health Center. It is also suggested to improve the participation of the religious figures through socialization about measles immunization.

Keywords : Communication, Support, Mothers’ behavior


(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit campak merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit campak sangat berbahaya karena dapat menyebabkan cacat dan kematian yang diakibatkan oleh komplikasi seperti radang paru (pneumonia),

berak-berak (diare), radang telinga (otitis media) dan radang otak (ensefalitis), terutama

pada anak dengan gizi buruk.

Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002 dilaporkan kematian campak di dunia sebanyak 777.000 dan 202.000 diantaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut dari Indonesia. Tahun 2005 diperkirakan 345.000 kematian diseluruh dunia, yang terbanyak terjadi pada anak-anak (Depkes RI,2006). Insidens campak di Indonesia masih tinggi, lebih dari 30.000 ribu anak meninggal setiap tahun karena campak atau dengan kata lain setiap 20 menit terjadi 1 kematian.

Pada sidang World Health Assembly (WHA) tahun 1998 menetapkan

kesepakatan global salah satunya adalah reduksi campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika dan berapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak. Pada sidang WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau reservoir


(22)

campak hanya manusia, diperkirakan eradikasi akan dapat dicapai 10-15 tahun setelah dieliminasi (Depkes RI, 2005). Dengan kata lain bahwa karena virus campak hanya dapat berkembang di tubuh manusia maka, campak bisa dihilangkan dengan memberikan kekebalan terhadap virus campak pada manusia, yaitu dengan imunisasi.

Pada tahun 2003 WHO membuat rencana dalam penanggulangan campak dengan tujuan utama menurunkan angka kematian campak sebanyak 50% pada tahun 2005 dibandingkan dengan angka kematian pada tahun 1999. Strategi tersebut berupa akselerasi surveilans campak, akselerasi respon KLB, cakupan rutin imunisasi campak tinggi (cakupan 90%) dan pemberian dosis kedua campak (Depkes RI,2006).

Kejadian penyakit campak sangat berkaitan dengan keberhasilan program imunisasi campak. Indikator yang bermakna untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat di negara berkembang adalah imunisasi campak. Bila cakupan imunisasi mencapai 90% maka dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sebesar 80-90%. Amerika Serikat mencapai eradikasi campak pada tingkatan cakupan sekitar 90% (Depkes RI,2004). Indonesia pada saat ini berada pada tahap reduksi dengan pengendalian dan pencegahan Kejadian Luar Biasa (KLB). Tingkat penularan infeksi campak sangat tinggi sehingga sering menimbulkan KLB. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Tanpa program imunisasi attack rate 93,5 per 100.000. Kasus campak dengan gizi buruk akan

meningkatkan Case Fatality Rate (Depkes RI, 2006).

Di Indonesia program imunisasi campak dimulai sejak tahun 1984 dengan kebijakan memberikan 1 dosis pada bayi usia 9 bulan. Pada awalnya cakupan campak


(23)

sebesar 12,7% di tahun 1984 kemudian meningkat sebesar 85,4% pada tahun 1990 dan bertahan pada 90,6% di tahun 2002, pada tahun 2004 cakupan naik menjadi 91,8%. Pada tahun 1990 Indonesia dinyatakan telah mencapai Universal Child

Immunization (UCI) secara nasional. Hal ini memberikan dampak positip terhadap

kecenderungan penurunan insiden campak, khususnya pada Balita dari 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selam tahun 1992-1997. Jumlah kasus campak menurun pada semua golongan umur di Indonesia terutama anak-anak dibawah lima tahun pada tahun 1999 s/d 2001, namun setelah itu insidens rate tetap, dengan kejadian pada kelompok

umur <1 tahun dan 1-4 tahun selalu tinggi daripada kelompok umur lainnya.

Campak berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), karena tingkat penularan campak sangat tinggi. Dikatakan KLB, jika peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) atau jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. Pada umumnya KLB yang terjadi dibeberapa provinsi menunjukkan kasus tertinggi selalu ada pada golongan umur 1-4 tahun. Gambaran ini menunjukkan bahwa balita merupakan kelompok rawan dan perlu ditingkatkan imunitasnya terhadap campak. Hal ini menggambarkan lemahnya pelaksanaan dari pemberian satu dosis sehingga perlu dilakukan imunisasi campak pada semua kelompok umur tersebut diseluruh desa yang mempunyai masalah cakupan imunisasi. Case Fatality rate campak di rumah sakit dan dari hasil


(24)

meningkat, kemungkinan berkaitan dengan dampak krisis pangan dan gizi, tapi hal itu belum diteliti (Depkes RI, 2005).

Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya antara lain dengan program reduksi campak yang dilaksanakan diseluruh Indonesia secara bertahap dan beberapa propinsi telah melaksanakan secara intensif. Di Indonesia diperkirakan tahap reduksi campak bila insidens menjadi 50/10.000 balita dan kematian 2/10.000. Dalam rangka percepatan reduksi campak, maka dilakukan pemberian imunisasi campak dosis tambahan pada kelompok usia berisiko tinggi secara lebih luas berupa pelaksanaan crash program

measles pada anak usia 6-59 bulan dan catch up campaign measles seluruh anak SD

kelas 1 s/d 6, tanpa melihat status imunisasi sebelumnya (Depkes RI, 2006).

Di Kota Medan, program pemberantasan penyakit campak ini juga telah dilaksanakan dengan berbagai kebijakan dan srategi, seperti mengadakan program penyuluhan kepada masyarakat, kampanye imunisasi campak dan pemberian imunisasi campak secara massal (crash program measles). Tetapi hasilnya tidak

seperti yang diharapkan karena masih ada kasus-kasus campak di kota Medan. Berdasarkan data diperolah dari Puskesmas sejak Januari 2005 hingga November 2005 jumlah kasus campak di Medan berjumlah 692 kasus. Sementara jumlah kasus campak usia balita sejak Januari 2005 hingga November 2005 berjumlah 303 balita. Pada tahun 2007 jumlah kasus campak di kota Medan 108 kasus, dan pada tahun 2008 jumlah kasus campak 305 kasus (Dinkes Kota Medan, 2008).


(25)

Menurut penjelasan Kasubdin P2P Dinas Kesehatan Kota Medan, walaupun dengan keterbatasan dana, fasilitas yang kurang lengkap, serta tenaga yang kurang terampil, tetapi berbagai kebijakan dan strategi dalam pemberantasan penyakit campak telah dilakukan, seperti penyuluhan kepada masyarakat oleh petugas kesehatan melalui puskesmas dan puskesmas pembantu di Kota Medan, tentang penyakit campak dan bahaya yang ditimbulkannya. Semua program ini belum berhasil dalam memberantas penyakit campak tersebut. Hal ini terbukti dengan masih adanya kasus yang ditemukan di kota Medan. Daerah yang cakupan imunisasinya paling rendah dan tertinggi jumlah kasus campaknya adalah puskesmas Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan, dimana cakupan imunisasi campak untuk tahun 2007 sebesar 89,78 %, dan jumlah kasus campak sebanyak 53 kasus (Dinkes Kota Medan, 2008). Cakupan imunisasi campak untuk tahun 2008 sebesar 85,94 % dan jumlah kasus campak sebanyak 99 kasus (Dinkes Kota Medan, 2009).

Berdasarkan penjelasan dari petugas P2P Dinas Kesehatan Kota Medan, masih tingginya kasus campak tersebut disebabkan oleh perilaku dari ibu balita sendiri yang kurang aktif dalam program pemberantasan penyakit campak, antara lain ibu balita tersebut tidak ikut dalam pemberian imunisasi yang dilakukan secara rutin di posyandu 1 bulan sekali. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit campak, persepsi masyarakat tentang penyakit campak, kurangnya keyakinan masyarakat dan menolak diberikannya imunisasi pada anaknya karena takut anaknya menjadi sakit setelah diimunisasi.


(26)

Kota Medan merupakan kota yang bercorak heterogen dan paternalistik, seperti kota-kota lain yang berciri sama, maka peran tokoh masyarakat termasuk tokoh agama menjadi panutan. Studi yang dilakukan Kurniasari (2006), dalam hal pembentukan komunitas peduli anak, menunjukkan adanya peran tokoh agama dalam perubahan perilaku masyarakat, dengan terbentuknya komunitas yang peduli anak, khususnya di kota Medan.

Sehubungan dengan uraian diatas, peneliti berasumsi bahwa terdapat pengaruh tokoh agama terhadap perilaku masyarakat, utamanya di bidang kesehatan. Sepengetahuan peneliti, hingga saat ini belum terlihat peran optimal dari tokoh agama dalam masalah penyakit campak, untuk itu maka peneliti ingin mengetahui sejauhmana pengaruh dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu dalam imunisasi campak.

Petugas kesehatan juga berperan dalam perubahan perilaku ibu balita terutama dalam imunisasi campak. Di Puskesmas Simalingkar penyuluhan tentang imunisasi campak kurang efektif dalam memengaruhi ibu balita. Menurut POA Puskesmas Simalingkar petugas kesehatan memberikan penyuluhan imunisasi 1x/bulan/posyandu. Jika penyuluhan benar dilakukan maka dapat memengaruhi ibu balita dalam pemberian imunisasi khususnya imunisasi campak.


(27)

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2 Hipotesis

Ada pengaruh komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.


(28)

8

1.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kota Medan

Menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk mengikut sertakan partisipasi masyarakat dalam hal ini tokoh agama dalam membuat suatu kebijakan, terutama dalam bidang kesehatan.

2. Bagi Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan

Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai sejauh mana pengaruh komunikasi petugas kesehatan dan dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu balita dalamimunisasi campak, sehingga dapat mengambil suatu kebijakan dengan membuat program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan menurunkan jumlah kasus campak.

3. Bagi Petugas Kesehatan dan Tokoh Agama

Menjadi alat evaluasi pribadi petugas kesehatan dan tokoh agama untuk memperbaiki dan mengembangkan diri.

4. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan pengembangan ilmu manajemen kesehatan, khususnya tentang pengaruh komunikasi petugas kesehatan dan dukungan tokoh agama terhadap cakupan imunisasi campak.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti

berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.

2.1.1 Perilaku Kesehatan (Notoatmodjo,2007)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.


(30)

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan ( Health maintenance )

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri ( self treatment ) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.


(31)

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan lainnya.

2.1.2. Domain perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkuan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Menurut Lawrance Green (2005) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat


(32)

sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut faktor yang memudahkan

2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta (BPS), dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun rumah sakit. Fasilitas ini pada


(33)

hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku pemeriksaan ibu hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor tersebut.


(34)

2.2 Komunikasi

2.2.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk

lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk memengaruhi perilaku

orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus. Oleh sebab itu reaksi atau respons, baik dalam bentuk bahasa maupun simbol-simbol ini merupakan pengaruh atau hasil proses komunikasi. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respons dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan, selanjutnya disebut komunikasi

verbal. Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol

disebut komunikasi nonverbal.

2.2.2

Komponen komunikasi

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

 Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

 Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.


(35)

 Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. Dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

 Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.

 Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.

 Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").

2.2.3 Proses komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut. 1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang

lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau

saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.

3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan

menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.


(36)

4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan

atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.

2.2.4. Media Komunikasi

Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam memengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan

audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut.

Media audio-visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak

sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat

juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan

lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih

menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi sering disebut

sebagai multimedia, pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya


(37)

baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Masyarakat terbelakang hanya mengenal gambar dan suara.

Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital dalam membangun kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yakni efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi inilah kemudian muncul istilah multimedia yang bersifat infotainment (informatif sekaligus

menghibur) dan multilayer (beberapa lapis tampil pada saat yang sama). Saat

menyaksikan tayangan TV masyarakat telah terbiasa melihat sinetron sambil mencermati tambahan berita dalam bentuk teks yang bergerak di bagian bawah layar TV, dan sesekali melirik logo perusahaan TV di pojok atas.

2.2.5 Metode Komunikasi

Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan banyak cara (metode) yang ditempuh, hal ini tergantung pada macam-macam tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya dan latar belakang dari komunikan sehingga komunikator harus dapat melihat metode atau cara apa yang akan dipakai supaya pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Metode atau cara tersebut antara lain : 1. Komunikasi satu tahap

Komunikator mengirimkan pesan langsung kepada komunikan sehingga timbul kemungkinan terjadi proses komunikasi satu arah.


(38)

2. Komunikasi dua tahap

Komunikator dalam menyampaikan pesannya tidak langsung kepada komunikan, tetapi malalui orang-orang tertentu dan kemudian mereka ini meneruskan pesan kepada komunikan.

3. Komunikasi banyak tahap

Dalam menyampaikan pesan, komunikator melakukan dengan cara-cara lain, tidak selalu mempergunakan komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah akan tetapi dengan cara lain yaitu dengan melalui berbagai tahap.

2.3 DUKUNGAN SOSIAL 2.3.1. Definisi

Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “Sosial support is the

resources provided to us through our interaction with other people ”. (Sheridan dan

Radmacher, 1992).

Pendapat lain dikemukakan oleh siegel yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. “ Sosial support is information from others that one is loved and


(39)

cared for, esteemed and valued, and part of a network of communication and mutual

obligation “ (Siegel dalam Taylor, 1999).

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial

Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

2.3.3. Bentuk Dukungan

Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :

1. Dukungan instrumental (tangible assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat


(40)

langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

2. Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3. Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4. Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

5. Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.


(41)

2.3.4 Dampak Dukungan Sosial

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial memengaruhi kejadian dan efek dari stres. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stres. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stres.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu sendiri, memengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat memodifikasi efek itu.

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam memengaruhi kejadian dan efek stres. Dalam Safarino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.


(42)

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu. 3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu, seperti melakukan

atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

2.4. Campak 2.4.1. Definisi

Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam

kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.

Vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.


(43)

2.4.2 Penyebab

Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan

ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dan remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.4.3. Gejala Klinis

Masa tunas 10-20 hari.Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu : 1. Stadium Kataral (Prodomal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,

batuk, fotophobia, konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam

sebelum timbul eritema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili.

Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Gambaran darah

tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis gambaran penyakit menyerupai

influenza dan sering di diagnosis sebagai influenza. 2. Stadium Erupsi

Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan palatum


(44)

badan. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,

sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya.

3. Stadium Konvalensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang lama

kelamaan akan hilang sendirir. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala pathognomonik

untuk morbili. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

(Behrman dkk,2000)

2.4.4 Komplikasi

Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak.

1. Infeksi bakteri (Pneumonia, Infeksi telinga tengah).

2. kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga

penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan 3. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.

2.4.5 Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas. Pemeriksaan lain yang mungkin perlu dilakukan seperti pemeriksaan darah, pembiakan virus dan serologi campak.


(45)

2.4.6. Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika

terjadi infeksi bakteri, maka baiknya diberikan antibiotik.

2.4.7. Pencegahan

Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau

lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.

2.4.8 Tahapan Pemberantasan Campak

Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda (Depkes RI,2006)

a. Tahap Reduksi

Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap 1) Tahap pengendalian campak

Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi <80% dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun.


(46)

2) Tahap pencegahan KLB

Pada tahap ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata terjadinya penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB relatif lebih panjang.

b. Tahap Eliminasi

Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (<95%) dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptable) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.

c. Tahap Eradikasi

Cakupan imunisasi tinggi dan merata dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. Reduksi campak mempunyai 5 strategi :

1. Imunisasi rutin 2 kali, pada bati 9-11 bulan dan anak Sekolah Dasar Kelas 1 (belum dilaksanakan secara nasional) dan imunisasi tambahan atau suplemen 2. Surveilans campak

3. Penyelidikan dan penanggulangan KLB 4. Manajemen kasus

5. Pemeriksaan laboratorium


(47)

Surveilans dalam reduksi campak di Indonesia masih belum sebaik surveilans eradikasi polio. Kendala utama yang dihadapi adalah kelengkapan data/laporan rutin Rumah Sakit dan Puskesmas yang masih rendah, beberapa KLB campak yang tidak rutin terlaporkan, pemantauan dini (SKD-KLB) campak pada desa-desa berpotensi KLB pada umumnya belum dilakukan dengan baik terutama di puskesmas, belum semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta ikut berkontribusi melaporkan bila menemukan campak (Depkes RI.2005).

2.5 Imunisasi

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk kedalam tubuh (Djauzi dan Sundaru, 2003)

Kuman disebut antigen, pada saat pertama kali antigen masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai


(48)

tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkenapun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal. (Depkas RI, 1990)

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio, campak dan lain-lain. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan luka kecelakaan (Djauzi dan Sundaru, 2003).

Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak-anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi (Depkes RI, 2005).

2.5.1. Tujuan Imunisasi

Untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kematian bayi (Depkes RI.1990)


(49)

2.5.2. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi adalah (Depkes RI, 1990) : 1. Untuk anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga

Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga kecil apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak dengan aman.

3. Untuk negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara, memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.

2.6 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka peneliti dapat merumuskan beberapa landasan teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Perilaku ibu balita dalam imunisasi campak merupakan bentuk perilaku dari ibu balita dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Determinan perilaku kesehatan tersebut dipengaruhi oleh komunikasi petugas sosial, serta konsekuensi terhadap dukungan tokoh masyarakat.


(50)

Menurut Green (1980), bahwa derajat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh prediposing factor, enabling factor, reinforcing factor. Dalam

Reinforcing factor ini meliputi perilaku tokoh masyarakat berupa dukungan tokoh agama dan perilaku petugas kesehatan, tentang bagaimana cara komunikasi petugas kesehatan dalam menyampaikan penyuluhan kepada ibu balita tentang imunisasi campak.

Dalam pelaksanaan program pemberantasan penyakit campak, diperlukan partisipasi masyarakat, salah satunya dukungan tokoh agama yang merupakan kunci keberhasilan, yang dapat juga diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau seekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan, dalam hal ini imunisasi campak. Partisipasi dari petugas kesehatan melalui penyuluhan dengan komunikasi yang dapat diterima oleh ibu balita sebagai informasi yang bermanfaat dan dilaksanakan.

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka peneliti dapat merumuskan kerangka konsep penelitian serta varibel – variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut :


(51)

31

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Ibu Balita Dalam Immunisasi Campak

Dukungan Tokoh Agama

- Dukungan instrumental

- Dukungan informasional

- Dukungan emosional Komunikasi petugas Kesehatan:

- metode

- media

- strategi pesan

- isi pesan

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian survei dengan tipe

explanatory research untuk menjelaskan pengaruh komunikasi petugas kesehatan dan

dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan, dengan alasan, di Puskesmas Simalingkar terdapat balita yang menderita campak terbanyak di Kota Medan, yaitu 99 kasus di tahun 2008.

Penelitian ini membutuhkan waktu 2 bulan terhitung dari Juni sampai dengan Juli 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai balita (9-12 bulan), yang ada diwilayah kerja Puskesmas Simalingkar kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Adapun jumlah populasi tersebut adalah 387 orang.

32


(53)

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2005). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah simple

random sampling (sampel acak sederhana), yaitu setiap anggota dari populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel acak sederhana dalam penelitian ini dengan mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan daftar subjek yaitu daftar nama ibu yang mempunyai balita yang didapat di Puskesmas.

2. Memberi nomor urut subjek anggota populasi, penomoran dilakukan sesuai alphabet nama

3. Menyiapkan potongan kertas

4. Menulis nama dan nomor dari masing-masing anggota populasi.

Randominasi dengan mengocok undian, proses ini dilakukan sampai didapat besar sampel yang diinginkan (Pratiknya,1993).

Besar sampel dalam penelitian dihitung dengan menggunakan rumus : N

n = --- 1+ Ne²


(54)

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolerir (10 % )

Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel yang diteliti sebesar 79,6 orang menjadi 80 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari ibu balita dengan bertanya langsung pada ibu dengan menggunakan kuesioner. Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas dilokasi yang berbeda dari lokasi peneltian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kuesioner tentang variabel independen yaitu komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama ( dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasi), variabel dependen (perilaku ibu balita dalam imunisasi campak) yang disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur. Penelitian uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Puskesmas Selayang kecamatan Medan Selayang Kota Medan karena mempunyai kemiripan dengan lokasi penelitian.


(55)

Hasil uji validitas dan reliabillitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Corrected r tabel r alpha Validitas Variabel Item Total

Correlation

Komunikasi petugas kesehatan

metode 1 0.692 metode 2 0.692 metode 3 0,716

metode 4 0,602 0,439 0,971 Valid metode 5 0,602

metode 6 0,669 metode 7 0,743 Komuniksasi petugas kesehatan

media 1 0,716 media 2 0.755

media 3 0.812 0.439 0.971 Valid media 4 0,870

media 5 0,759 media 6 0.701 Komunikasi Petugas Kesehatan

strategi pesan 1 0.743

strategi pesan 2 0.879 0,439 0,971 Valid strategi pesan 3 0.897

strategi pesan 4 0,839 Komunikasi Petugas Kesehatan

Isi pesan 1 0.801 Isi pesan 2 0.766 Isi pesan 3 0.778

Isi pesan 4 0.766 0.439 0.971 Valid Isi pesan 5 0.712

Isi pesan 6 0.708 Isi pesan 7 0.751 Isi pesan 8 0.770


(56)

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner (Lanjutan)

Corrected r tabel r alpha Validitas Variabel Item Total

Correlation

Dukungan tokoh agama

dukungan emosional 1 0.672

dukungan emosional 2 0,878 0.439 0,961 Valid dukungan emosional 3 0,723

dukungan emosional 4 0.771 Dukungan tokoh agama

dukungan instrumental 1 0.878 dukungan instrumental 2 0,866

dukungan instrumental 3 0,807 0,439 0,961 Valid dukungan instrumental 4 0,864

dukungan instrumental 5 0,605 Dukungan tokoh agama

dukungan informasi 1 0,612 dukungan informasi 2 0,805 dukungan informasi 3 0,852

dukungan informasi 4 0,708 0,439 0,961 Valid dukungan informasi 5 0,783

dukungan informasi 6 0,828 dukungan informasi 7 0,565

Berdasarkan Tabel 3.1 diatas diketahui butir-butir pertanyaan untuk variabel independen komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasional) dan variabel dependen (perilaku ibu balita dalam imunisasi campak), butir pertanyaan tersebut valid karena nilainya lebih besar dari r-tabel serta reliabel (memenuhi persyaratan). Dengan demikian kuesioner tersebut layak digunakan sebagai alat ukur pada penelitian.


(57)

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari posyandu dan Puskesmas Simalingkar serta sumber lainnya.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Jenis Variabel :

1. Variabel Dependen (variabel terikat ) : perilaku ibu balita dalam imunisasi campak.

2. Variabel Independen ( Variabel bebas ) : komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dan dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasional)

Definisi Operasional

1. Perilaku ibu balita dalam imunisasi campak adalah suatu bentuk tindakan dari ibu untuk membawa balitanya untuk diimunisasi campak pada umur 9 – 12 bulan. 2. Metode adalah cara petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi kepada

ibu balita tentang imunisasi campak.

3. Media adalah sarana penyampaian penyuluhan petugas kesehatan kepada ibu balita tentang imunisasi campak berupa leaflet, brosur, spanduk.

4. Strategi pesan adalah cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam bentuk strategi tertentu sehingga dapat dimengerti.

5. Isi pesan adalah isi atau materi penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan kepada ibu balita.


(58)

6. Dukungan instrumental adalah adanya interaksi tokoh agama kepada ibu balita berupa pemberian bantuan makanan tambahan di posyandu.

7 Dukungan emosional adalah adanya interaksi antara tokoh agama terhadap ibu balita dalam pemberian imunisasi campak dalam bentuk empati dan kepedulian 8. Dukungan informasi adalah adanya interaksi antara tokoh agama terhadap ibu

balita dalam memberikan informasi tentang manfaat dan pentingnya imunisasi campak kepada balita.

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel independen dapat dilihat pada tabel 3.2. berikut:

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Independen Variabel Jumlah

Pertanyaan

Alternatif Jawaban dan

Bobot Nilai

Kategori Alat dan

Skala Ukur

1. Metode 7 Ya (2) Tidak (1) Baik (11–14) Kurang (7-10)

Kuesioner (Interval) 2. Media 6 Ya (2) Tidak (1) Baik (9–12)

Kurang (6-8)

Kuesioner (Interval) 3. Strategi Pesan 4 Ya (2) Tidak (1) Baik (6–8)

Kurang (4-5)

Kuesioner (Interval) 4. Isi Pesan 8 Ya (2) Tidak (1) Baik (12-16)

Kurang (8-11)

Kuesioner (Interval)


(59)

Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen (Lanjutan) Variabel Jumlah

Pertanyaan

Alternatif Jawaban dan

Bobot Nilai

Kategori Alat dan

Skala Ukur

5. Dukungan emosional

4 Ya (2) Tidak (1) Baik (6–8) Kurang (4-5)

Kuesioner (Interval) 6. Dukungan

instrumental

5 Ya (2) Tidak (1) Baik (8–10) Kurang (5-7)

Kuesioner (Interval) 7. Dukungan

informasional

7 Ya (2) Tidak (1) Baik (11–14) Kurang (7-10)

Kuesioner (Interval)

Pengukuran variabel dependen adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Dependen

Variabel Jlh Alternatif Kategori Alat dan Pertanyaan Jawaban dan Skala Bobot Nilai Ukur

Perilaku ibu balita ya (2) - memberikan Dalam 1 imunisasi cam

imunisasi campak tidak (1) pak umur 9 bln nominal - tidak memberikan

imunisasi campak umur 9 bulan


(60)

40

3.7 Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini terdiri menggunakan uji regresi logistik berganda pada taraf nyata 95 % ( p < 0,05 ) untuk mengetahui pengaruh komunikasi petugas kesehatan dan dukungan tokoh agama terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.


(61)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan dalam Kota Medan Propinsi Sumatera Utara, yang berbatasan sebelah Timur dengan kecamatan Pancur Batu. Sebelah Barat dengan kecamatan Sunggal (Deli serdang), sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Johor, sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Pancur Batu (Deli Serdang) (Data dasar Kecamatan Simalingkar, 2009). Puskesmas Simalingkar terletak di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Kecamatan Medan Tuntungan terdiri dari 9 kelurahan dengan jumlah penduduk 94.149 jiwa terdiri dari 47.188 jiwa laki-laki dan 46.961 jiwa perempuan. (Data dasar Kecamatan Simalingkar. 2009)

Sarana-sarana pendukung Puskesmas Simalingkar adalah 1 buah bangunan Puskesmas, 2 buah Puskesmas Pembantu, 35 Posyandu, dan 1 buah ambulance sebagai Puskesmas Keliling yang memberikan pelayanan ke masyarakat serta membawa pasien rujukan ke rumah sakit (Data Dasar Puskesmas Simalingkar, 2009).

Pelaksanaan imunisasi di Kecamatan Medan Tuntungan dilakukan mulai dari Posyandu, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas. Imunisasi dilakukan oleh juru imunisasi yang berjumlah 6 orang di Puskesmas. Pada Puskesmas Pembantu jumlah


(62)

juru imunisasi 4 orang. Pelaksanaan Posyandu dilakukan oleh juru imunisasi dan dibantu oleh kader. Kader merupakan salah satu tenaga yang sangat dibutuhkan terutama dalam pelaksanaan posyandu yang dilakukan 1 bulan sekali di setiap Kelurahan. Peran kader dalam hal ini cukup penting seperti mengingatkan masyarakat jadwal Posyandu dan mengajak masyarakat untuk datang ke Posyandu. Jumlah kader di wilayah Puskesmas Simalingkar adalah sebanyak 175 kader (Data Dasar Puskesmas Simalingkar, 2009)

4.2. Analisis Univariat

Analisis Univariat yaitu untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang diteliti baik variabel independen maupun variabel dependen yang meliputi komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional) dan perilaku ibu balita dalam imunisasi campak.


(63)

4.2.1 Komunikasi Petugas Kesehatan

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Metode, Media, Strategi Pesan, Isi Pesan Komunikasi Petugas Kesehatan

No. Variabel Frekuensi ( % ) 1. Metode

- Baik 43 53,8

- Kurang 37 46.2

Jumlah 80 100,0 2 . Media

- Baik 35 43,8

. - Kurang 45 56,2

Jumlah 80 100 3. Strategi Pesan

- Baik 57 71,2

- Kurang 23 28,8 Jumlah 80 100

4. Isi Pesan

- Baik 60 75

- Kurang 20 25 Jumlah 80 100

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa responden yang berpendapat metode komunikasi dari petugas kesehatan baik sebanyak 53,8% atau 43 responden, sedangkan responden yang berpendapat metode komunikasi dari petugas kesehatan kurang sebanyak 46,2% atau 37 responden.

Responden yang berpendapat media komunikasi dari petugas kesehatan baik sebanyak 43,8 % atau 35 responden, sedangkan responden yang berpendapat media komunikasi dari petugas kesehatan kurang sebanyak 56,2 % atau 45 responden.


(64)

Responden berpendapat strategi pesan yang disampaikan petugas kesehatan baik sebanyak 71,2 % atau 57 responden, sedangkan responden yang berpendapat strategi pesan yang disampaikan petugas kesehatan kurang sebanyak 28,8 % atau 23 responden.

Responden yang berpendapat isi pesan yang disampaikan petugas kesehatan baik sebanyak 75 % atau 60 responden, sedangkan responden yang berpendapat isi pesan yang disampaikan petugas kurang sebanyak 25 % atau 20 responden.

4.2.2 Dukungan Tokoh Agama

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental, Dukungan Informasional, Dukungan Emosional Tokoh Agama

No. Variabel Frekuensi (%)

1. Dukungan Instrumental

- Baik 53 66,2 - Kurang 27 33,8 Jumlah 80 100 2. Dukungan Informasional

- Baik 51 63,8

- Kurang 29 36,2 Jumlah 80 100 3. Dukungan Emosional

- Baik 54 67,5 - Kurang 26 32,5 Jumlah 80 100


(65)

Dari tabel 4.2. dapat dilihat responden berpendapat dukungan instrumental dari tokoh agama baik sebanyak 66,2 % atau 53 responden, sedangkan responden yang berpendapat dukungan instrumental dari tokoh agama kurang sebanyak 33,8 % atau 27 responden.

Responden berpendapat dukungan informasional dari tokoh agama baik sebanyak 63,8 % atau 61 responden, sedangkan responden yang berpendapat dukungan informasional dari tokoh agama kurang sebanyak 36,2 % atau 29 responden.

Responden berpendapat dukungan emosional dari tokoh agama baik sebanyak 67,5 % atau 54 responden, sedangkan responden yang berpendapat dukungan emosional dari tokoh agama kurang sebanyak 32,5 % atau 26 responden.

4.2.3 Perilaku Ibu Balita Dalam Imunisasi Campak

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu Balita Dalam Imunisasi Campak

No. Dukungan Emosional Frekuensi (%) 1. Diberikan imunisasi campak 61 76,2

2. Tidak diberikan imunisasi 19 23,8 campak


(66)

Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa 76,2% responden memberikan imunisasi campak pada balitanya, sedangkan tidak memberikan imunisasi campak 23,8% responden.

4.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun variabel independen adalah komunikasi petugas kesehatan (metode, media, strategi pesan, isi pesan) , dukungan tokoh agama (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional), sedangkan variabel dependen adalah perilaku ibu balita dalam imunisasi campak. Juga dimaksudkan untuk menentukan kandidat multivariat, dari variabel independen (metode, media, strategi pesan, isi pesan) yang dapat dijadikan kandidat untuk diuji dengan regresi logistik berganda.


(67)

4.3.1. Hubungan Komunikasi Petugas Kesehatan (metode, media, strategi

pesan, isi pesan ) terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak

Tabel 4.4. Distribusi Komunikasi Petugas Kesehatan dan Perilaku Ibu Balita Dalam Imunisasi Campak Di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

No Komunikasi Petugas Perilaku Ibu Balita dalam X Kesehatan imunisasi Campak Total (p Value) diberi imunisasi tidak diberi

Imunisasi

n % n % n %

1. Metode

- Baik 42 97,7 1 2,3 43 100 21,077 - Kurang 19 51,4 18 48,6 37 100 (0,000) 2. Media

- Baik 32 91,4 3 8,6 35 100 6,496 - Kurang 29 64,4 16 35,6 45 100 (0,011)

3. Strategi Pesan

- Baik 48 84,2 9 15,8 57 100 5,493 - Kurang 13 56,5 10 43,5 23 100 (0,019)

4. Isi Pesan

- Baik 51 85,0 9 15,0 60 100 8,306 - Kurang 10 50,0 10 50,0 20 100 (0,004)

4.3.1.1. Hubungan Metode terhadap Perilaku ibu Balita dalam Imunisasi Campak

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 43 responden yang menyatakan metode komunikasi petugas kesehatan baik, 97% memberikan imunisasi campak pada balitanya, dan 2,3% tidak memberikan imunisasi campak pada balitanya.


(68)

Sedangkan dari 37 responden yang menyatakan metode komunikasi petugas kesehatan kurang, 51,4% memberikan imunisasi campak pada balitanya dan 48,6% tidak memberikan imunisasi campak pada balitanya.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan probabilitas (p) lebih

kecil dari α (0,000 < 0,05) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan metode komunikasi petugas kesehatan terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

4.3.1.2. Hubungan Media terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang menyatakan media komunikasi petugas kesehatan baik, 91,4% memberikan imunisasi campak pada balitanya, dan 8,6% tidak memberikan imunisasi campak pada balitanya. Sedangkan dari 45 responden yang menyatakan media komunikasi petugas kesehatan kurang, 64,4% memberikan imunisasi campak pada balitanya dan 35,6% tidak memberikan imunisasi campak pada balitanya.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square menunjukkan probabilitas (p) lebih

kecil dari α (0,011 < 0,05) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan media komunikasi petugas kesehatan terhadap perilaku ibu balita dalam imunisasi campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.


(1)

Classification Table a

59 2 96.7

1 18 94.7

96.3 Observed

diberikan imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak Balita responden

mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan

Overall Percentage Step 1

diberikan imunisasi campak

tidak diberikan imunisasi campak Balita responden mendapat imunisasi campak pada umur 9

bulan

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

5.763 2.423 5.658 1 .017 318.273 6.837 2.945 5.391 1 .020 931.313 4.545 1.843 6.079 1 .014 94.114 -3.214 1.760 3.336 1 .068 .040 5.661 2.264 6.250 1 .012 287.315 4.782 2.151 4.943 1 .026 119.344 -40.463 14.005 8.347 1 .004 .000 METOKAT

MEDIAKAT ISIKAT EMOSIKAT INSKAT INFORKAT Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: METOKAT, MEDIAKAT, ISIKAT, EMOSIKAT, INSKAT, INFORKAT.

a.

Nilai P Value Variabel Independen yang paling besar di keluarkan, yakni

Dukungan Emosional P Value (0.068) di keluarkan

Variabel Independen di uji secara bersamaan kembali **

Logistic Regression

Case Processing Summary

80 100.0

0 .0

80 100.0

0 .0

80 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


(2)

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

61 0 100.0

19 0 .0

76.3 Observed

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak Balita responden

mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan

Overall Percentage Step 0

diberikan imunisasi campak

tidak diberikan imunisasi campak Balita responden mendapat imunisasi campak pada umur 9

bulan

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.

Variables in the Equation

-1.166 .263 19.711 1 .000 .311 Constant

Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

23.565 1 .000

7.916 1 .005

10.147 1 .001 34.605 1 .000 19.657 1 .000 50.811 5 .000 METOKAT

MEDIAKAT ISIKAT INSKAT INFORKAT Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


(3)

Model Summary

20.472 .568 .854 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

60 1 98.4

4 15 78.9

93.8 Observed

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak Balita responden

mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan

Overall Percentage Step 1

diberikan imunisasi campak

tidak diberikan imunisasi campak Balita responden mendapat imunisasi campak pada umur 9

bulan

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.

Variables in the Equation

3.674 1.637 5.040 1 .025 39.422

4.792 2.137 5.029 1 .025 120.571

3.494 1.671 4.370 1 .037 32.903

3.797 1.497 6.433 1 .011 44.580

3.327 1.567 4.506 1 .034 27.857

-31.477 10.327 9.290 1 .002 .000

METOKAT MEDIAKAT ISIKAT INSKAT INFORKAT Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variable(s) entered on step 1: METOKAT, MEDIAKAT, ISIKAT, INSKAT, INFORKAT. a.

Semua Variabel Independen Telah Memiliki Nilai P Value < 0.05, sehingga dapat

di lanjutkan sebagai Kandidat di Uji Regresi Logistik


(4)

Variabel Independen di uji secara bersamaan

dengan Exp.B 95%

Logistic Regression

Case Processing Summary

80 100.0

0 .0

80 100.0

0 .0

80 100.0 Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

Dependent Variable Encoding

0 1 Original Value

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak

Internal Value

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

61 0 100.0

19 0 .0

76.3 Observed

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak Balita responden

mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan

Overall Percentage Step 0

diberikan imunisasi campak

tidak diberikan imunisasi campak Balita responden mendapat imunisasi campak pada umur 9

bulan

Percentage Correct Predicted

Constant is included in the model. a.

The cut value is .500 b.


(5)

Variables in the Equation

-1.166 .263 19.711 1 .000 .311 Constant

Step 0

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Variables not in the Equation

23.565 1 .000

7.916 1 .005

10.147 1 .001 34.605 1 .000 19.657 1 .000 50.811 5 .000 METOKAT

MEDIAKAT ISIKAT INSKAT INFORKAT Variables

Overall Statistics Step

0

Score df Sig.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

67.237 5 .000 67.237 5 .000 67.237 5 .000 Step

Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

20.472 .568 .854 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

60 1 98.4

4 15 78.9

93.8 Observed

diberikan

imunisasi campak tidak diberikan imunisasi campak Balita responden

mendapat imunisasi campak pada umur 9 bulan

Overall Percentage Step 1

diberikan imunisasi campak

tidak diberikan imunisasi campak Balita responden mendapat imunisasi campak pada umur 9

bulan

Percentage Correct Predicted

The cut value is .500 a.


(6)

124

Variables in the Equation

3.674 1.637 5.040 1 .025 39.422 1.594 974.819 4.792 2.137 5.029 1 .025 120.571 1.829 7948.740 3.494 1.671 4.370 1 .037 32.903 1.243 870.618 3.797 1.497 6.433 1 .011 44.580 2.370 838.525 3.327 1.567 4.506 1 .034 27.857 1.291 601.247 -31.477 10.327 9.290 1 .002 .000

METOKAT MEDIAKAT ISIKAT INSKAT INFORKAT Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper 95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: METOKAT, MEDIAKAT, ISIKAT, INSKAT, INFORKAT. a.

Ke lima Variabel Independen (Metode, Media, Isi Pesan, Dukungan Instrumental dan

Dukungan Informasi ) Memiliki Nilai P Value < 0.05, sehingga ke lima Variabel

Independen tersebut memiliki

PENGARUH

terhadap Pemberian Imunisasi Campak

pada Balita