Pengaruh Akses dan Motivasi Terhadap Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012

(1)

PENGARUH AKSES DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

KOTA MEDAN TAHUN 2012

TESIS

Oleh

RISMAHARA LUBIS 107032234/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH AKSES DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

RISMAHARA LUBIS 107032234/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis

Nama Mahasiswa

Nomor Induk Mahasiswa Program Studi

Minat Studi

:

: : : :

PENGARUH AKSES DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMALINGKAR

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2012

Rismahara Lubis 107032234

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D)

Anggota

(Drs. Tukiman, M.K.M)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 23 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

2. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH AKSES DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SIMALINGKAR KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN

TAHUN 2012

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

(Rismahara Lubis) 107032234/IKM


(6)

ABSTRAK

Menurut World Health Organization (WHO) wanita Indonesia memiliki kriteria sangat buruk dalam hal kesehatan, perkawinan, pekerjaan, pendidikan, persamaan dengan kaum pria. Keadaan ini diperkirakan menyebabkan rendahnya akses ibu untuk mencapai pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal sesuai dengan standar asuhan antenatal dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi karena dengan melakukan asuhan antenatal yang teratur dapat mendeteksi secara dini masalah yang terjadi pada ibu selama kehamilan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional

yang bertujuan menganalisis pengaruh akses dan motivasi ibu hamil terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Populasi berjumlah 181 orang dan besar sampel adalah 61 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square,

dan analisis multivariate dengan uji regresilogistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel aksesibilitas fisik yaitu ketersediaan petugas tidak berhubungan (p=0,461) terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal, variabel aksesibilitas sosial yaitu pengetahuan (p=0,005) dan sikap (p=0,023), dan untuk variabel motivasi adalah motif (p=0,005) dan harapan (p=0,019) berpengaruh secara bermakna terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan Kepala Puskesmas Simalingkar untuk melakukan pembinaan kepada petugas khususnya Bidan yang memberikan pelayanan terutama tentang keramah-tamahan dalam memberikan pelayanan dan kepada petugas pelaksana pelayanan lebih meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi sehingga setiap ibu hamil memiliki pemahaman yang baik yang akhirnya dapat menimbulkan sikap yang positif, motif dan harapan yang tinggi yang dapat memengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal yang sesuai standar.

Kata Kunci : Akses, Motivasi, Perilaku


(7)

ABSTRACT

According to World Health Organization, Indonesian women have bad criteria in health, marriage, occupation, education, and equality with men. This condition is predicted to have caused the low access of mother to obtain antenatal service. Antenatal service which is in accordance with the standards of antenatal nursing care can minimize the rate of maternal and infant mortality because doing antenatal nursing care regularly can provide early detection of problem happening to a mother during her pregnancy.

The purpose of this descriptive analytical study with cross-sectional design conducted in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Simalingkar, Medan Tuntungan Subdistrict, the City of Medan, was to analyze the influence of access and motivation of pregnant mother on a mother’s behavior in paying antenatal visit. The population of this study was 181 pregnant mothers and 61 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the variable of physical accessibility namely availability of workers (p 0.461) was not related to the behavior of mothers in conducting antenatal visit, the variables of social accessibility including knowledge (p = 0.005) and attitude (p = 0.023), and variable of motivation including motive (p = 0.005) and hope/expectation (p = 0.019) had significant influence on the behavior of mothers in conducting antenatal visit.

Based on the result of study above, the Head of Puskesmas Simalingkar is suggested to upgrade the health workers especially the midwives on the hospitality in service provision and the service implementing staff should improve information communication and education that every pregnant mother can has a good understanding in antenatal service which eventually creates positive attitude, motivation and high expectation that can influence and encourage the pregnant mothers to pay a standard antenatal visit.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Akses dan Motivasi Terhadap Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2012”.

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Pembimbing yaitu: Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis ini, kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Seluruh Tim Pembanding yang telah bersedia menguji guna penyempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Pimpinan dan Staf Puskesmas Simalingkar yang telah memberikan izin tempat penelitian dan membantu dalam penelitian ini.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi pada penulis dalam penyusunan tesis ini

9. Seluruh teman-teman yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritik untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya. Semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Juli 2012 Penulis

Rismahara Lubis 107032234/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rismahara Lubis dilahirkan di Labuhan Batu pada tanggal 27 Juli 1973, anak dari pasangan Alm Amran Lubis dan Hj. Masnirah Sitompul.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Negeri 114382 Rantau Prapat tahun 1986 tahun 1989 penulis menamatkkan Sekolah Menengah Pertama Negeri Padang Matinggi Rantau Prapat dan menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan Pemda Labuhan Batu di Rantau Prapat pada tahun 1992. Pada tahun 1993 Penulis menamatkan Sekolah Program Pendidikan Bidan di SPK Pemda Labuhan Batu di Rantau Prapat. Pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 penulis bekerja sebagai Bidan di Desa Kampung Bilah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhan Batu. Pada tahun 2000 penulis menamatkan Diploma III Kebidanan dari Akademi Kebidanan Depkes Medan dan tahun 2001 menamatkan Diploma IV Bidan Pendidik dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 penulis menempuh pendidikan di Program studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Saat ini penulis bekerja di Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan sebagai dosen di Jurusan Kebidanan Medan dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Perilaku ... 11

2.1.1 Domain Perilaku ... 12

2.1.3 Determinan Perilaku ... 16

2.1.4 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan ... 20

2.2 Pemeriksaan Kehamilan ... 21

2.2.1 Pengertian Kehamilan ... 21

2.2.2 Pengertian Pemeriksaan Kehamilan ... 22

2.2.3 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan ... 24

2.2.4 Pelaksana Pemeriksaan Kehamilan ... 24

2.2.5 Lokasi Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan ... 24

2.2.6 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan ... 25

2.2.7 Standar Minimal Asuhan Kehamilan ... 26

2.3 Akses dalam Pelayanan Kesehatan ... 29

2.4 Motivasi ... 31

2.4.1 Teori Motivasi ... 31

2.4.2 Pengukuran Motivvasi ... 32

2.4.3 Jenis Motivasi ... 33

2.5 Landasan Teori ... 34


(12)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2 Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel ... 39

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.4.1 Data Primer ... 41

3.4.2 Data Sekunder ... 41

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 43

3.5.1 Variabel Independen ... 43

3.5.2 Variabel Dependen ... 45

3.6 Metode Pengukuran ... 45

3.6.1 Variabel Independen ... 45

3.6.2 Variabel Dependen ... 47

3.7 Metode Analisis Data ... 48

3.7.1 Analisis Univariat ... 48

3.7.2 Analisis Bivariat ... 48

3.7.3 Analisis Multivariat ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 50

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Simalingkar ... 50

4.1.2 Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Menurut Kelurahan ... 50

4.1.3 Distribusi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Menurut Kelurahan ... 52

4.2 Analisis Univariat ... 52

4.2.1 Aksesibilitas Fisik Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 53

4.2.2 Aksesibilitas Sosial Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 53

4.2.3 Motivasi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 55

4.2.4 Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal ... 55

4.2.5 Distribusi Ibu Hamil Menurut Usia Kehamilan dalam Trimester ... 56


(13)

4.3 Tabulasi Silang Aksesibilitas Fisik, Aksesibilitas Sosial dan Motivasi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 57 4.4 Pengaruh Aksesibilitas Fisik, Aksesibilitas Sosial dan Motivasi

terhadap Perilaku Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 61 BAB 5. PEMBAHASAN ... 64 5.1 Perilaku Ibu dalam Melakukan Kunjungan Antenatal ... 64 5.2 Pengaruh Faktor Aksesibilitas Fisik (Ketersediaan Petugas)

Terhadap Perilaku dalam Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 65 5.3 Pengaruh Faktor Aksesibilitas Sosial terhadap Perilaku dalam

Melakukan Kunjungan Antenatal ... 66 5.3.1 Pengaruh Pendidikan terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 66 5.3.2 Pengaruh Pekerjaan Ibu terhadap Perilaku dalam

Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 67 5.3.3 Pengaruh Pengetahuan Ibu terhadap Perilaku dalam

Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 69 5.3.4 Pengaruh Sikap Ibu terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 72 5.3.5 Pengaruh Pengambilan Keputusan terhadap Perilaku dalam

Melakukan Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 75 5.4 Pengaruh Faktor Motivasi terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal ... 76 5.4.1 Pengaruh Motif terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 76 5.4.2 Pengaruh Harapan terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 78 5.4.3 Pengaruh Insentif terhadap Perilaku dalam Melakukan

Kunjungan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 79


(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

6.1. Kesimpulan ... 82

6.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

3.1. Proporsi Jumlah Sampel yang Mewakili Setiap Kelurahan di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan ... 40 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel ... 42 4.1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar

Menurut Kelurahan ... 50

4.2. Distribusi Sarana Kesehatan, Sarana Pendukung, Fasilitas Gedung dan Fasilitas Sumber Daya Manusia di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar ... 51

4.3. Distribusi Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Menurut Kelurahan ... 52

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas Fisik (Ketersediaan Petugas) di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar

Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 53 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas Sosial di Wilayah

Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 53

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Motivasi di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 55 4.7. Distribusi Perilaku Responden dalam Melakukan Kunjungan

Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan

Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 56 4.8. Distribusi Responden yang Melakukan Kunjungan Antenatal di

Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Menurut Usia Kehamilan dalam Trimester ... 56 4.9. Tabulasi Silang Aksesibilitas Fisik, Sosial dan Motivasi dengan


(16)

Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012 ... 57


(17)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Kerangka Teori Penelitian... 36 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 37


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 88

2. Output Validitas dan Reabilitas Kuesioner ... 94

3. Master Data Penelitian ... 99

4. Output SPSS Master Data ... 105


(19)

ABSTRAK

Menurut World Health Organization (WHO) wanita Indonesia memiliki kriteria sangat buruk dalam hal kesehatan, perkawinan, pekerjaan, pendidikan, persamaan dengan kaum pria. Keadaan ini diperkirakan menyebabkan rendahnya akses ibu untuk mencapai pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal sesuai dengan standar asuhan antenatal dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi karena dengan melakukan asuhan antenatal yang teratur dapat mendeteksi secara dini masalah yang terjadi pada ibu selama kehamilan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional

yang bertujuan menganalisis pengaruh akses dan motivasi ibu hamil terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Populasi berjumlah 181 orang dan besar sampel adalah 61 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square,

dan analisis multivariate dengan uji regresilogistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel aksesibilitas fisik yaitu ketersediaan petugas tidak berhubungan (p=0,461) terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal, variabel aksesibilitas sosial yaitu pengetahuan (p=0,005) dan sikap (p=0,023), dan untuk variabel motivasi adalah motif (p=0,005) dan harapan (p=0,019) berpengaruh secara bermakna terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan Kepala Puskesmas Simalingkar untuk melakukan pembinaan kepada petugas khususnya Bidan yang memberikan pelayanan terutama tentang keramah-tamahan dalam memberikan pelayanan dan kepada petugas pelaksana pelayanan lebih meningkatkan komunikasi informasi dan edukasi sehingga setiap ibu hamil memiliki pemahaman yang baik yang akhirnya dapat menimbulkan sikap yang positif, motif dan harapan yang tinggi yang dapat memengaruhi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal yang sesuai standar.

Kata Kunci : Akses, Motivasi, Perilaku


(20)

ABSTRACT

According to World Health Organization, Indonesian women have bad criteria in health, marriage, occupation, education, and equality with men. This condition is predicted to have caused the low access of mother to obtain antenatal service. Antenatal service which is in accordance with the standards of antenatal nursing care can minimize the rate of maternal and infant mortality because doing antenatal nursing care regularly can provide early detection of problem happening to a mother during her pregnancy.

The purpose of this descriptive analytical study with cross-sectional design conducted in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Simalingkar, Medan Tuntungan Subdistrict, the City of Medan, was to analyze the influence of access and motivation of pregnant mother on a mother’s behavior in paying antenatal visit. The population of this study was 181 pregnant mothers and 61 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of this study showed that the variable of physical accessibility namely availability of workers (p 0.461) was not related to the behavior of mothers in conducting antenatal visit, the variables of social accessibility including knowledge (p = 0.005) and attitude (p = 0.023), and variable of motivation including motive (p = 0.005) and hope/expectation (p = 0.019) had significant influence on the behavior of mothers in conducting antenatal visit.

Based on the result of study above, the Head of Puskesmas Simalingkar is suggested to upgrade the health workers especially the midwives on the hospitality in service provision and the service implementing staff should improve information communication and education that every pregnant mother can has a good understanding in antenatal service which eventually creates positive attitude, motivation and high expectation that can influence and encourage the pregnant mothers to pay a standard antenatal visit.


(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gambaran profil reproduksi di Indonesia tidak begitu menguntungkan disebabkan oleh besar dan beratnya faktor penghambat yang dihadapi masyarakat dan Pemerintah. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah penduduk Indonesia yang besar dan di ikuti oleh pertumbuhan yang relatif tinggi. Menurut World Health

Organization (WHO) wanita Indonesia tergolong kriteria sangat buruk dalam hal

kesehatannya, perkawinan, pekerjaan, pendidikan dan persamaannya dengan kaum pria, kriteria wanita Indonesia adalah menikah dalam usia relatif muda, jumlah anak relatif banyak, interval waktu kehamilan pendek, masih terdapat kehamilan di atas usia 35 tahun, asuhan antenatal rendah, penerimaan program KB masih rendah, konsep masyarakat yang bersifat komunal dan paternalistik dan yang paling utama dari semuanya adalah situasi masyarakat secara keseluruhan yang diselimuti oleh rendahnya pendidikan, keadaan sosial dan ekonomi yang menyebabkan ketidakmampuan menjangkau biaya pelayanan kesehatan modern (Manuaba, dkk, 2011).

Angka kematian dan kesakitan pada ibu dan bayi di Indonesia masih tetap tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Menurut data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di


(22)

Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals / MDGs,

2000) pada tahun 2015 diharapkan AKI dan AKB menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990–2015, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes, 2009).

Penyebab kematian ibu dibagi menurut penyebab langsung (perdarahan 30-35%, infeksi 20-25%, keracunan kehamilan 10-15%), penyebab antara (profil wanita, persalinan dukun, cakupan asuhan antenatal rendah, faktor terlambat) dan penyebab tidak langsung (faktor status wanita, faktor masyarakat, faktor terlambat) (Manuaba, dkk, 2011).

Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti


(23)

taraf pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta melewati pentingnya pemeriksaan kehamilan atau asuhan antenatal dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih kurang dari standar acuan nasional (Prawirohardjo, 2002).

Asuhan antenatal merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil serta mendeteksi ibu dengan kehamilan tidak normal. Adapun tujuannya adalah memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan (Hani, dkk, 2011).

Dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 sebanyak 16,79% wanita hamil tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan 22,2% bersalin tidak dilakukan pada sarana kesehatan. Perkembangan data terbaru dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2010 dilaporkan 6% ibu hamil tidak pernah melakukan pemeriksaan kehamilan dan 3,2% pergi ke dukun. Cakupan nasional pemeriksaan ibu hamil tanpa memandang umur kehamilan saat kontak pertama kali dengan petugas kesehatan adalah 92,7%, sedangkan yang memeriksakan kehamilan dengan petugas kesehatan pada trimester 1 (K1 TM1) atau K1 ideal adalah 72,3%. Adapun cakupan pemeriksaan kehamilan dengan pola 1-1-2 (K4) adalah 61,4% (Balitbangkes, 2011).

Berdasarkan hasil survei profil wanita di Jawa Tengah tahun 2011 ditemukan 18,0% ibu hamil tidak pernah melakukan pemeriksaan antenatal, 0,4% pemeriksaan


(24)

oleh dukun, 81,6% ke pelayanan kesehatan (Puskesmas). Alasan mengapa tidak memeriksakan diri adalah 68,3% acuh, 28,9% karena faktor geografis/ sosioekonomi, 0,2% suami tidak menyetujui, 2,6% tidak jelas (Manuaba, dkk, 2011).

Dari data Riskesdas 2010 (Balitbangkes, 2011) cakupan K1 dan K4 propinsi Sumatera Utara masih jauh dibawah angka cakupan nasional yaitu, ibu hamil yang kontak pertama tanpa memandang usia kehamilan sebesar 88%, K1 ideal 71,7% dan K4 51,5%, sementara berdasarkan data dari profil kesehatan Kota Medan tahun 2010 cakupan kunjungan ibu hamil K1 sebesar 97,69% dan K4 sebesar 93,99%. Cakupan K1 dan K4 paling rendah untuk kota Medan adalah Puskesmas Simalingkar yaitu K1 78,98% dan K4 75,97%.

Menurut Hamid (2003), ditemukan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan pada triwulan pertama 79,1%, yang melakukan pemeriksaan pada triwulan kedua sebanyak 82,7% dan terjadi penurunan yang melakukan pemeriksaan pada triwulan ketiga menjadi 62,7%. Hasil penelitian Deswani (2003) di Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur, ditemukan 22,9% ibu hamil yang terlambat datang ke pelayanan antenatal (pemeriksan pertama dilakukan setelah kehamilan triwulan pertama). Ibu hamil yang terlambat ke pelayanan antenatal adalah kelompok dengan masalah sosio-demografi dan psikososial. Sementara Ginting (2001) dalam Deswani (2003) masih menemukan 40,2% ibu hamil tidak memanfaatkan pelayanan antenatal sesuai standar bahkan ada 11,4% tidak pernah memanfaatkan pelayanan antenatal.


(25)

Rendahnya K1 menunjukkan bahwa jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Sedangkan K4, kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga. Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai. Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetri (Depkes, 2005).

Menurut Sofianti (2002) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya cakupan Antenatal Care (ANC) adalah kondisi sosial ekonomi termasuk tingkat

pendidikan serta keterbatasan jangkauan pelayanan ANC disebabkan kondisi geografis, keterbatasan fasilitas pelayanan serta kuantitas tenaga kesehatan, sementara menurut Yulifah (2009) penyebab ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan adalah karena ibu sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan takut atau tidak mau ke pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Rukmini (2005) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan yang diperoleh ibu hamil disebabkan juga karena rendahnya status ekonomi dan juga kemampuan yang rendah dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga.

Pengambilan keputusan berhubungan dengan pemahaman tentang gender. Beberapa kendala mendasar yang secara tidak langsung memengaruhi kesehatan


(26)

adalah pemahaman tentang peran gender. Gender sangat berkaitan dengan faktor sosial budaya, ekonomi, agama dan psikologis. Selama ini perempuan banyak dirugikan karena faktor-faktor tersebut di atas atau alasan non klinis, akibatnya perempuan sulit memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Kendala tersebut antara lain adalah kemiskinan dan pendidikan (Makarao, 2009).

Akses pelayanan kesehatan pada ibu masih sangat rendah, dilihat dari rendahnya pelayanan antenatal, cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan masih jauh di bawah target dan banyak persalinan masih dilakukan di rumah (Rukmini, 2005).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal, merupakan fungsi dari akses ke pelayanan kesehatan. Aksesibilitas tersebut dilihat dari sisi pelaksana pelayanan dan pengguna. Sisi pengguna dipengaruhi; a) faktor pemungkin (enabling), b) faktor

pendukung (predisposing) dan c) faktor kebutuhan (need) akan pelayanan.

Aksesibilitas dari sisi pelayanan kesehatan dilihat dari fungsi jarak ke pengguna pelayanan, waktu tempuh, kesesuaian dengan kebutuhan, faktor lingkungan secara fisik dan politik wilayah. Pengertian tersebut secara garis besar mengelompokkan faktor aksesibilitas ke dalam; a) aksesibilitas fisik; b) aksesibilitas ekonomi; dan c) aksesibilitas sosial, baik dari sisi pengguna maupun pelaksana pelayanan (Eryando, 2007).

Perilaku seseorang dapat ditentukan oleh motivasinya. Motivasi dapat menjelaskan tentang alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat maupun tidak


(27)

berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dapat disebutkan dalam hubungannya dengan perilaku pemeliharaan kesehatan motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah individu (ibu hamil) agar mereka mau bekerja keras dalam memberikan semua kemampuannya untuk mewujudkan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan (Sofianti, 2002).

Motivasi merupakan dorongan (misal: ide, emosi, ataupun kebutuhan fisik) yang menyebabkan seseseorang mengambil suatu tindakan guna mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2003). Motivasi setiap ibu hamil untuk melakukan perawatan antenatal berbeda-beda dan dipengaruhi oleh daya-daya yang menggerakkan dalam dirinya. Hasibuan (2000) dalam Riduwan (2005) mengatakan bahwa motivasi memiliki 3 sub variabel yaitu motif, harapan dan insentif.

Motivasi ibu hamil untuk melakukan ANC dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : faktor internal yang meliputi usia, pendidikan, paritas, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap ibu hamil. Sedangkan faktor eksternal meliputi sarana/fasilitas, jarak pelayanan, perilaku petugas, dan dukungan keluarga. Apabila faktor internal dan eksternal menunjang maka motivasi meningkat sehingga perawatan antenatal selama kehamilan rutin dilakukan. Namun apabila pengaruh motivasi menurun atau bersifat menghambat maka perawatan antenatal (ANC) selama kehamilan tidak rutin dilakukan.

Berdasarkan data survey pendahuluan diperoleh gambaran bahwa Puskesmas Simalingkar terletak di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dengan


(28)

jumlah sasaran ibu hamil 1499 orang, yang terbagi dalam tiga wilayah kerja yaitu kelurahan Mangga, Selayang dan Simalingkar B dengan cakupan K1 sebesar 78,98% dan K4 75,97%. Keadaan ini merupakan pencapaian paling rendah untuk kota Medan pada tahun 2010. Jumlah ibu hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditangani hanya 41 orang (16,64%) dari 246 kasus (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011). Dari hasil survey awal yang diperoleh ditemukan 5 orang dari 8 ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan yang pertama setelah usia kehamilan lebih dari 14 minggu (setelah trimester pertama) dengan alasan 3 orang tidak mengalami masalah (keadaan ibu baik-baik saja), 2 orang harus mendapat izin suami.

Standar waktu pelayanan antenatal yang ideal (minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan) dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi (Depkes RI, 2009), sehingga apabila ibu tidak melakukan pemeriksaan antenatal sesuai dengan standar waktu pelayanan antenatal yang ideal kemungkinan komplikasi yang terjadi tidak dapat diketahui sedini mungkin.

Cakupan K1 dan K4 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pelayanan antenatal care dapat tercapai sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM), yaitu 95% pada Tahun 2015 (Kepmenkes RI No. 828/ Menkes/ SK/ IX/ 2008, sehingga penulis tertarik untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.


(29)

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah” Mengapakah ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu sesuai dengan jadwal kunjungan antenatal”.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu sesuai jadwal kunjungan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh akses (aksesibilitas fisik, aksesibilitas sosial) dan motivasi (motif, harapan, insentif) terhadap perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal di wilayah kerja Pukesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan; sebagai bahan masukan dan informasi tentang pengaruh akses dan motivasi terhadap perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan dalam upaya meningkatkan pelayanan antenatal.

1.5.2 Bagi ibu hamil; dapat meningkatkan pemahaman ibu tentang akses dan motivasi terhadap perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal.


(30)

1.5.3 Manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam penelitian ini adalah memberi masukan tentang model teoritis pengaruh akses dan motivasi terhadap perilaku ibu hamil dalam melakukan kunjungan antenatal.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yaitu rangsangan (Ensiklopedi Amerika). Robert Kwick (1974) dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut juga teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon, dimana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon yaitu, 1) Respondent

respons/reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan

(stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan

respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, 2) Operant respon/instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya


(32)

uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior), perilaku

ini terjadi bila respons terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang ada. Contoh: ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya (pengetahuan), kemudian mencari informasi di mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap). 2) Perilaku terbuka (overt behavior), perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar. Contoh: ibu hamil memeriksakan kehamilannya.

2.1.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : 1) kognitif (cognitive),

2) afektif (affective), 3) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori

ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice).

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa


(33)

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan manfaat dari pemeriksaan kehamilan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat


(34)

diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Arikunto (2005) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: Pengetahuan baik:


(35)

jika hasil presentase 76- 100%, pengetahuan cukup jika hasil persentase 56-75% dan pengetahuan kurang jika hasil persentase <56%.

3 Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

Azwar (2009) mengatakan bahwa sikap juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu, sementara Sekord dan Backman dalam Azwar (2009) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk respon batin dari stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu (Notoatmodjo, 2005).

Azwar (2009) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yang saling menunjang yaitu 1. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen ini berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat


(36)

disamakan. 2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut asfek emosional. 3. Komponen konatif merupakan asfek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam Penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

3. Tindakan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas atau sarana dan prasarana. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2005).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni

dengan mengobservasi tindakan atau tindakan responden. 2.1.3 Determinan Perilaku

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Green (1980) dalam Notoatmodjo, 2003 mengatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, a. Faktor predisposisi (predisposing factor), faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap


(37)

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling

factor) faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat seperti, Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek Swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. c. Faktor penguat (reinforcing factor) faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di Puskesmas disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari pemeriksaan kehamilan bagi ibu dan janin yang dikandung (predisposing


(38)

factors). Tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh dari Puskesmas tempat

memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap (enabling factors).

Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh ataupun penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (reinforcing factors).

Teori Karr dalam Notoatmodjo (2005) mengidentifikasi adanya 5 (lima) determinan perilaku, yaitu 1) Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak

sehubungan dengan obyek atau stimulus di luar dirinya’, 2) Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support), perilaku seseorang cenderung memerlukan

legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”, 3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information) adalah

tersedianya informasi dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang, 4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di

Indonesia terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami. Contoh, untuk periksa hamil seorang istri harus mendapat persetujuan dari suami, 5) adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.

Perilaku mencakup 3 domain, yakni : pengetahuan (knowledge), sikap


(39)

mengukur perilaku dan perubahannya khususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada 3 domain tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2003) Secara rinci perilaku kesehatan dijelaskan sesuai dengan domain perilaku yaitu, a. Pengetahuan kesehatan (health knowledge).

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi: Pengetahuan tentang risiko yang bisa saja terjadi dalam kehamilan, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan kehamilan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional, pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum. Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut diatas adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan. b. Sikap terhadap kesehatan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel yaitu : 1) Sikap terhadap risiko yang bisa saja terjadi selama kehamilan, 2) Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan, 3) Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional, 4) Sikap untuk menghindari


(40)

kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. c. Praktik kesehatan (health practice). Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah

semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor yaitu : 1) Tindakan atau praktik sehubungan dengan risiko yang bisa saja terjadi selama kehamilan, 2) Tindakan atau praktik sehubungan faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan, 3) Tindakan atau praktik sehubungan fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional, 4) Tindakan atau praktik sehubungan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

2.1.4 Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan

Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2010) mengembangkan model sistem kesehatan berupa model kepercayaan kesehatan (health belief model) yang didasarkan

teori lapangan (field theory) dari Lewin (1994). Dalam model Anderson ini, terdapat

3 (tiga) kategori utama dalam pelayanan kesehatan yaitu :

1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic). Karakteristik ini

digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam


(41)

3 kelompok yaitu: 1. Ciri-ciri demografi meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga. 2. Struktur sosial meliputi jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama, kesukuan. 3. Kepercayaan kesehatan meliputi keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya.

2. Karakteristik pendukung (enabling characteristic). Karakteristik ini terdiri dari

Sumber daya keluarga yaitu penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. Sumber daya masyarakat yaitu jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana.

3. Karakteristik kebutuhan (need characteristik). Kebutuhan merupakan dasar dan

stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada.

2.2 Pemeriksaan Kehamilan 2.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan (Prawirohardjo, 2002).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun


(42)

janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis, karena ibu hamil yang pada mulanya normal, secara tiba-tiba dapat menjadi berisiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu, misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia, dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan berisiko tinggi.

2.2.2 Pengertian Pemeriksaan Kehamilan

Menurut Prawiroharjo (2002) Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan terhadap ibu hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan sehat dan normal.

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan) (Depkes, 2009).

Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. WHO memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komlikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat


(43)

mengancam jiwanya. Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal dan postnatal yang bermutu tinggi. Asuhan antenatal dikatakan bermutu apabila asuhan yang diberikan memenuhi standar minimal asuhan kehamilan yang dikenal dengan istilah 7 T, yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, imunisasi TT (Tetanus Toxoid), pemberian tablet besi (minimum 90 tablet selama kehamilan), tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual), temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Hani dkk, 2011).

Kriteria kehamilan normal yaitu ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan, pemeriksaan fisik dan laboratorium normal. Sedangkan kehamilan dengan masalah kesehatan seperti hipertensi, anemia berat, preeklampsi, pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, dan kondisi lain yang dapat memburuk selama kehamilan. Oleh karena itu pelayanan/asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan pada ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ibu merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan atau asuhan pemeriksaan kehamilan (Saifuddin, 2005).


(44)

2.2.3 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

Menurut Saifuddin (2005) pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Sedangkan tujuan utama pelayanan pemeriksaan kehamilan di indonesia adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. 2.2.4 Pelaksana Pemeriksaan Kehamilan

Sebagai pelaksana dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan terdiri atas: (Depkes RI, 2005).

a. Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis kebidanan b. Tenaga perawatan meliputi : Bidan, Perawat, Perawat mahir bidan

2.2.5 Lokasi Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan

Tempat pemberian pelayanan pemeriksaan kehamilan dapat bersifat statis dan aktif meliputi (Depkes RI, 2005):

a. Puskesmas


(45)

c. Pondok bersalin desa d. Posyandu

e. Rumah penduduk ( pada kunjungan rumah kegiatan puskesmas ) f. Rumah sakit pemerintah atau swasta

g. Rumah sakit bersalin

h. Tempat praktik swasta (bidan, dokter) 2.2.6 Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau di posyandu. Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah, dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia khawatir (Saifuddin, 2005).

K1 (akses pelayanan antenatal) adalah persentase ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali ke petugas kesehatan sesuai standar pada trimester pertama atau sebelum usia kehamilan 14 minggu. K4 adalah persentase ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar paling sedikit empat kali selama hamil dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3.


(46)

Setiap ibu hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal dengan ketentuan sebagai berikut: Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28) dan dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI, 2009).

2.2.7 Standar Minimal Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal yang baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa dihindarkan melalui asuhan antenatal, intranatal dan postnatal yang bermutu tinggi. Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.

Menurut Hani, dkk (2011) Standar asuhan kehamilan atau yang dikenal dengan istilah 7 T adalah sebagai berikut:

1. Timbang Berat Badan

Secara perlahan berat badan ibu hamil akan mengalami kenaikan antara 9-13 kg selama kehamilan atau sama dengan 0,5 kg per minggu atau 2 kg dalam satu bulan. Penambahan berat badan (BB) paling banyak terjadi pada trimester II kehamilan. Suatu pertanda bahaya bila: tubuh ibu sangat kurus atau tidak bertambah (paling sedikit 9 kg) selama kehamilan, tubuh ibu sangat gemuk atau bertambah lebih dari 19 kg selama kehamilan, berat badan ibu naik secara tiba-tiba lebih dari 0,5 kg dalam satu minggu atau lebih dari 2 kg dalam satu bulan.


(47)

Penambahan BB ibu selama kehamilan sebagian besar terdiri atas penambahan BB bayi, plasenta, serta air ketuban dan sebagian lagi berasal dari penambahan BB ibu sendiri.

2. Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah normal antara 90/60 hingga 140/90 mmHg dan tidak banyak meningkat selama kehamilan. Tekanan darah adalah ukuran kencangnya darah menekan bagian dalam pembuluh darah (vena dan arteri). Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan banyak masalah dalam kehamilan aliran darah dari plasenta ke bayi juga mengalami gangguan sehingga penyaluran oksigen serta makanan terhambat, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan (IUFD) dan sebagainya. 3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)

Uterus semakin lama semakin membesar seiring dengan penambahan usia kehamilan,pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan dengan membandingkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan diukur dengan menggunakan palpasi (metode jari) atau meteran terhadap TFU. Uterus bertumbuh kira-kira 2 jari per bulan. Suatu temuan dinyatakan sebagai pertanda bahaya bila: bagian atas uterus tidak sesuai dengan batas tanggal kehamilan dari HPHT, pembesaran uterus lebih atau kurang dari 2 jari per bulan.

4. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)

Imunisasi TT perlu diberikan pada ibu hamil juga memberikan kekebalan pada janin terhadap infeksi tetanus (tetanus neonatorum) pada saat persalinan, maupun postnatal. Bila seorang wanita selama hidupnya mendapatkan imunisasi sebanyak


(48)

lima kali berarti akan mendapatkan kekebalan seumur hidup (long life) dengan

periode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus. Menurut WHO, jika seorang ibu belum pernah mendapatkan imunisasi TT selama hidupnya, maka ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir sebaiknya diberikan sebelum dua minggu persalinan untuk mendapatkan efektivitas dari obat.

5. Pemberian Tablet Besi

Selama kehamilan seorang ibu hamil minimal harus mendapatkan 90 tablet tambah darah (Fe), karena sulit untuk mendapatkan zat besi dengan jumlah yang cukup dari makanan. Untuk mencegah anemia seorang wanita sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi (mengandung FeSO4 320 mg) dan 1 mg asam folat setiap hari. Akan tetapi, jika ibu tersebut sudah menderita anemia, maka sebaiknya mengkonsumsi 2 tablet besi dan 1 asam folat per hari. Ingatkan bahwa zat besi menyebabkan mual, konstipasi, serta perubahan warna pada feses. Maka saran yang dianjurkan adalah minum tablet besi pada malam hari untuk menghindari perasaan mual. Tablet besi sebaiknya diberikan saat diketahui ibu tersebut hamil sampai 1 bulan sesudah persalinan. Zat besi penting untuk mengompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan serta perkembangan janin yang adekuat.


(49)

6. Tes Terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)

PMS yang terjadi selama kehamilan berlangsung akan menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada janin dengan segala akibatnya, oleh karena itu tes terhadap PMS perlu dilakukan agar dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan pengobatan secara tepat.

7. Temu Wicara dalam Rangka Persiapan Rujukan

Temu wicara mengenai persiapan tentang segala sesuatu yang kemungkinan terjadi selama kehamilan penting dilakukan. Hal ini penting karena bila terjadi komplikasi dalam kehamilan, ibu dapat segera mendapat pertolongan secara tepat, karena kematian ibu sering terjadi karena 3T, yaitu: Terlambat mengenali bahaya, terlambat mengenali dirujuk, terlambat mendapat pertolongan yang memadai.

2.3 Akses dalam Pelayanan Kesehatan

Aksesibilitas sebenarnya banyak memiliki aneka macam ragam istilah Frenk (1992) dalam Ilham (2004), berpendapat bahwa aksesibilitas adalah sinonim dengan availibilitas (ketersediaan). Sehingga antara akses (aksesibilitas) dan ketersediaan (availibilitas) sebenarnya tidak dapat dibedakan. Misalnya antara akses terhadap kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dengan tersedianya beberapa fasilitas dalam pemerataan pelayanan kesehatan.


(50)

Menurut Achmady (1994) dalam Ilham (2004) Aksesibilitas artinya adalah pada prinsipnya setiap orang tanpa harus melihat asal usulnya mempunyai kesempatan dan akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan.

Menurut Mayer (1996) dalam Murniati (2007), mengemukakan bahwa dalam pelayanan kesehatan yang baik terdapat 4 (empat) elemen pokok diantaranya adalah aksesibilitas Pelayanan, dimana pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pasien.

Eryando (2007) mengatakan bahwa aksesibilitas dapat dilihat dari sisi pelaksana pelayanan dan pengguna. Sisi pengguna dipengaruhi; a) faktor pemungkin (enabling), yaitu usia, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, pendapatan,

besar keluarga, keberadaan pelayanan; b) faktor pendukung (predisposing), yaitu;

sikap dan pengetahuan, kemampuan untuk mencapai (membayar); dan c) faktor kebutuhan (need) akan pelayanan. Aksesibilitas dari sisi pelayanan kesehatan dilihat

dari fungsi jarak ke pengguna pelayanan, waktu tempuh, kesesuaian dengan kebutuhan, faktor lingkungan secara fisik dan politik wilayah.

Pengertian tersebut secara garis besar mengelompokkan faktor aksesibilitas ke dalam; a) aksesibilitas fisik; b) aksesibilitas ekonomi; dan c) aksesibilitas sosial, baik dari sisi pengguna maupun pelaksana pelayanan.

a). Aksesibilitas fisik. Akses fisik terkait dengan ketersediaan pelayanan kesehatan,


(51)

waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam buka. b). Aksesibilitas ekonomi. Akses ekonomi dapat dilihat dari sisi pelayanan serta sisi

pengguna. Aksesibilitas ekonomi sisi pengguna dilihat dari kemampuan finansial responden untuk mengakses pelayanan kesehatan, yang terkait dengan demand

ke pelayanan kesehatan.

c). Aksesibilitas sosial. Aksesibilitas sosial adalah kondisi non-fisik dan finansial yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk ke pelayanan kesehatan. Aksesibilitas sosial dikelompokkan kedalam kelompok pemungkin (enabling),

yaitu; jenis pekerjaan, dan pendidikan, serta faktor pendukung (predisposisi) yang terkait dengan sikap dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, pemberdayaan perempuan dan keluarga, yang salah satu manifestasinya adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan pelayanan maternal yang adekuat.

Akses pelayanan kesehatan pada ibu masih sangat rendah, dilihat dari rendahnya pemeriksaan antenatal, penolong pertama persalinan masih didominasi oleh dukun dan banyak persalinan masih dilakukan di rumah (Rukmini, 2005).

2.4 Motivasi

Menurut Quinn (1995) dalam Notoatmodjo (2005) Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada adanya kekuatan


(52)

mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Didalam konsep motivasi kita juga akan mempelajari sekelompok fenomena yang mempengaruhi sifat, kekuatan dan ketetapan dari tingkah laku manusia.

John Elder (1998) masih dalam Notoatmodjo (2005), mendefenisikan motivasi sebagai: interaksi antara perilaku dan lingkungan sehingga dapat meningkatkan, menurunkan atau mempertahankan perilaku. Defenisi ini lebih menekankan pada hal-hal yang dapat diobservasi dari proses motivasi.

2.4.2 Teori Motivasi

Ada dua aliran teori motivasi, yaitu motivasi yang dikaji dengan mempelajari kebutuhan-kebutuhan atau contens theory dan ada yang mengkaji dengan

mempelajari prosesnya atau disebut sebagai process theory (Wood et all, 1998 dalam

Notoatmodjo, 2005). Teori-teori pada Content theory mengajukan cara untuk

menganalisis kebutuhan yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu, sedangkan process theory berusaha memahami proses berfikir yang ada yang dapat

mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu.

Salah satu teori motivasi yang terkenal adalah teori kebutuhan hierarki dari Maslow. Maslow membagi dua kategori besar, yaitu kebutuhan tingkat dasar dan tingkat tinggi. Secara lebih rinci Maslow membagi kebutuhan tersebut menjadi lima tingkatan, yaitu ; 1). Kebutuhan fisiologis seperti misalnya kebutuhan untuk makan dan minum, tidur dan seks, 2). Kebutuhan akan rasa aman, dalam hal ini setiap manusia selalu ingin mendapatkan lingkungan hidup yang aman, kedua kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan primer, 3). Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai,


(53)

kebutuhan ini mencerminkan bahwa manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam hal ini setiap manusia selalu ingin hidup berkelompok agar dapat mencintai dan dicintai, 4). Kebutuhan untuk dihargai, yaitu kebutuhan untuk diakui oleh lingkungannya, 5). Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan merupakan kebutuhan yang paling sulit untuk dipenuhi (Notoatmodjo, 2005). 2.4.3 Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Menurut Notoatmodjo (2005) motivasi dapat diukur melalui berbagai cara yaitu dengan 1). Tes proyektif. Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang,maka kita beri stimulus yang harus diinpretasikan. Salah satu tehnik proyektif yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam tes tersebut

klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi(n-ach),kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan

untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi yang

mendasari diri klien berdasarkan konsep kebutuhan di atas. 2). Kuesioner. Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. 3). Observasi perilaku. Cara lain untuk mengukur motivasi adalah

dengan membuat situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi,


(54)

klien diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah apakah klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan meningkatkan kualitas daripada kuantitas kerja.

2.4.4 Jenis Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2005) berdasarkan sumber dorongan terhadap perilaku, motivasi dapat dibedakan menjadi dua 1). Motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. 2). Motivasi ekstrinsik. Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan.

Hasibuan (2000) dalam Riduwan (2005) mengatakan bahwa motivasi memiliki 3 sub variabel yaitu motif, harapan dan insentif. Motif adalah sesuatu yang dapat merangsang keinginan dan dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu. Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. Insentif adalah pemberian hadiah atau imbalan agar seseorang termotivasi untuk melakukan suatu tindakan.

2.5 Landasan Teori

Perilaku seseorang dapat ditentukan oleh motivasinya. Motivasi dapat menjelaskan tentang alasan seseorang melakukan sesuatu tindakan, karena motivasi merupakan daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat maupun tidak berbuat sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dapat disebutkan


(55)

dalam hubungannya dengan perilaku pemeliharaan kesehatan motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah individu (ibu hamil) agar mereka mau memelihara dan meningkatkan kesehatan selama kehamilan Sofianti (2002). Motivasi mempunyai sub variabel yaitu motif, harapan (expectancy) dan

insentif (incentive) Hasibuan (2000) dalam Riduwan (2009).

Menurut Eryando (2007) pemanfaatan pelayanan kesehatan maternal, merupakan fungsi dari akses ke pelayanan kesehatan. Aksesibilitas digolongkan menjadi: a) aksesibilitas fisik. Aksesibilitas fisik terkait dengan ketersediaan pelayanan kesehatan, atau jarak ke fasilitas pelayanan. Akses fisik dapat dihitung dari waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam buka. b). Aksesibilitas Ekonomi dilihat dari kemampuan finansial responden untuk mengakses pelayanan kesehatan. c) aksesibilitas sosial. Dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, pendidikan, sikap dan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan pelayanan maternal yang adekuat.

Keputusan untuk melakukan kunjungan antenatal terkait dengan teori Anderson (1974) dalam Notoatmodjo 2010 meliputi karakteristik predisposisi (ciri-ciri demografi, struktur sosial dan manfaat-manfaat kesehatan), karakteristik pendukung (sumberdaya keluarga dan sumberdaya masyarakat) dan karakteristik kebutuhan.


(56)

Berdasarkan landasan teori maka disusunlah kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

2.6 Kerangka Konsep

Berpedoman pada landasan teori, maka disusun kerangka konsep penelitian. Tidak semua variabel yang ada dalam kerangka teori akan diteliti dengan pertimbangan yang logis. Pada variabel aksesibilitas fisik, sub variabel waktu tempuh, jarak tempuh, transportasi tidak diteliti karena Puskesmas mudah dijangkau dari pemukiman penduduk dan terdapat transportasi umum untuk mencapai

Akses

Aksesibilitas fisik Waktu tempuh Jarak tempuh

Transportasi

Ketersediaan petugas Jam buka

Aksesibilias ekonomi Kemampuan finansial Aksesibilitas sosial

Pendidikan Pekerjaan

Pengetahuan Sikap Pengambilan keputusan

Motivasi Motif

Harapan insentif

Pemanfaatan pelayanan kesehatan


(57)

Puskesmas. Sub variabel jam buka juga tidak diteliti karena Puskesmas buka selama enam hari kerja dari jam 08.00-18.00 WIB. Aksesibilitas ekonomi juga tidak diteliti karena pelayanan yang diperoleh tidak dipungut biaya.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Akses

Aksesibilitas fisik Ketersediaan petugas Aksesibilitas sosial

- Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap

- Pengambilan keputusan

Motivasi - Motif - Harapan - Insentif

Perilaku Ibu dalam melakukan kunjungan antenatal


(58)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan

cross sectional yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor akses dan motivasi

terhadap perilaku ibu dalam melakukan kunjungan antenatal di Puskesmas Simalingkar kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar. Adapun alasan pengambilan lokasi ini adalah karena pencapaian cakupan program antenatal di Puskesmas tersebut paling rendah dari seluruh Kecamatan di Kota Medan, yaitu sebesar 78,98% untuk K1 dan 75,97% untuk K4 dan ditemukan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan yang pertama setelah usia kehamilan lebih dari 14 minggu (setelah trimester pertama). Sementara target cakupan untuk K1 dan K4 masing-masing adalah 95%.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai Juli 2012. Diawali dengan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data dan penyusunan laporan akhir.


(59)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang tercatat memeriksakan kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Simalingkar berjumlah 181 orang, yang tersebar di 3 kelurahan, dengan perincian jumlah ibu hamil setiap kelurahan sebagai berikut: Kelurahan Mangga 110 Orang, kelurahan Simpang Selayang 57 orang dan Kelurahan Simalingkar B 14 orang (Data PWS-KIA Puskesmas Simalingkar, Pebruari 2012).

3.3.2 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan uji hipotesis menurut Hidayat (2010), sebagai berikut :

Keterangan:

n = besar sampel minimum Z1-α/2

Z

= nilai distribusi normal baku (tabel z) pada α tertentu = 1,96 1-β

Po = proporsi di populasi = 0,52 (Eryando, 2007)

= nilai distribusi normal baku (tabel z) pada β tertentu = 1,282

Pa = perkiraan proporsi di populasi = 0,72

Pa-Po = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi = 0,72 - 0,52 = 0,2.


(60)

� =((1,96�0,52(1−0.52) + 1,28�0,72(1−0.72))² (0.72−0,52)²

n = 60,5 ≈ 61

Jadi besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 61 orang.

Untuk menentukan besar sampel dari setiap kelurahan dilakukan dengan cara proporsional seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Proporsi Jumlah Sampel yang Mewakili Setiap Kelurahan di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan

No Nama Kelurahan Populasi Sampel

1. 2. 3.

Mangga

Simpang Selayang Simalingkar B

110 57 14

37 19 5

Jumlah 181 61

Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling non

random dengan teknik accidental sampling yaitu dengan mengambil setiap ibu hamil

yang kebetulan datang (Arikunto, 2005) untuk melakukan pemeriksaan antenatal ke Puskesmas Simalingkar dan Posyandu bagi responden yang berada di Kelurahan Mangga. Untuk responden yang berada di Kelurahan Simpang Selayang adalah ibu hamil yang datang ke Posyandu, sementara untuk responden yang berada di Kelurahan Simalingkar B adalah ibu hamil yang datang ke Puskesmas pembantu Simalingkar B sampai seluruh sampel terpenuhi (61 Responden).


(61)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden mengenai variabel yang akan diteliti. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman kuesioner yang sesuai dengan variabel penelitian. 3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. Pada penelitian ini data diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu data cakupan K1 dan K4 Kota Medan tahun 2010, dari Puskesmas Simalingkar yaitu data ibu hamil yang tercatat di KIA dan data tentang sarana dan sumber daya di Puskesmas Simalingkar dan Kelurahan yaitu data tentang distribusi penduduk.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Riyanto (2009) mengatakan bahwa instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment (r) dengan

ketentuan bila r hitung > 0,361 (ketentuan r pada n = 30), maka dinyatakan valid, bila r hitung < 0,361 maka dinyatakan tidak valid.


(62)

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmanna suatu alat ukur dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode Cronbach`s Alpha, dengan ketentuan jika nilai r- alpha > 0,600

maka pernyataan dikatakan reliable (Priyatno, 2009).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan sebanyak 30 orang.

Berdasarkan hasil uji validitas variabel ketersediaan petugas, pengetahuan, sikap, motif dan harapan (dapat dilihat pada tabel 3.2) hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai korelasi > 0,361 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur

tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian dan berdasarkan uji reliabilitas variabel ketersediaan petugas, pengetahuan, sikap, motif dan harapan terlihat nilai cronbach’s alpha > 0,6 maka kuesioner tersebut dikatakan

reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Instrumen Variabel

Variabel Butir Correlation

Corrected Item Status

Cronbach`s Alpha Status Ketersediaan Petugas 1 2 3 4 5 6 0,739 0,737 0,504 0,737 0,757 0,844 Valid Valid Valid Valid Valid valid 0,752 0,757 0,783 0,757 0,762 0,754 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Pengetahuan 1 0,986 Valid 0,770 Reliabel


(1)

Insentif * Perilaku

Crosstab

43 13 56

42,2 13,8 56,0

76,8% 23,2% 100,0%

3 2 5

3,8 1,2 5,0

60,0% 40,0% 100,0%

46 15 61

46,0 15,0 61,0

75,4% 24,6% 100,0%

Count

Expected Count % withi n Ins enti f Count

Expected Count % withi n Ins enti f Count

Expected Count % withi n Ins enti f Tinggi

Rendah Ins enti f

Total Sesuai Standar Tidak Sesuai Standar Perilaku Total Chi-Square Tests

,697b 1 ,404

,086 1 ,769

,632 1 ,426

,589 ,358

,686 1 ,408

61 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona

Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,23.

b.

Risk Estimate

2,205 ,332 14,650

1,280 ,617 2,656

,580 ,179 1,878

61 Odds Ratio for Insentif

(Ti nggi / Rendah) For cohort Peril aku = Sesuai Standar For cohort Peril aku = Tidak Sesuai Standar N of Valid Cases

Value Lower Upper

95% Confidence Interval


(2)

Crosstabs

pen1 * Perilaku Crosstabulation

Perilaku

Total Sesuai Standar

Tidak Sesuai Standar

pen1 sd/smp Count 9 5 14

% within pen1 64.3% 35.7% 100.0%

sma+diploma1/s1 Count 37 10 47

% within pen1 78.7% 21.3% 100.0%

Total Count 46 15 61

% within pen1 75.4% 24.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.213a 1 .271

Continuity Correctionb .559 1 .455

Likelihood Ratio 1.147 1 .284

Fisher's Exact Test .302 .223

Linear-by-Linear Association 1.193 1 .275

N of Valid Cases 61

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,44. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Crosstabs

kep1 * peri1 Crosstabulation

peri1

Total Tidak sesuai

standar Sesuai Standar

kep1 Istri Count 3 21 24

% within kep1 12.5% 87.5% 100.0%

suami+orangtua/ mertua+lain-lain

Count 12 25 37

% within kep1 32.4% 67.6% 100.0%

Total Count 15 46 61

% within kep1 24.6% 75.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.119a 1 .077

Continuity Correctionb 2.137 1 .144

Likelihood Ratio 3.339 1 .068

Fisher's Exact Test .127 .069

Linear-by-Linear Association 3.068 1 .080

N of Valid Cases 61

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,90. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Crosstabb

Ketersediaan Petugas * peri1 Crosstabulation

peri1

Total Tidak sesuai

standar Sesuai Standar Ketersediaan

Petugas

rendah Count 2 4 6

% within Ketersediaan Petugas

33.3% 66.7% 100.0%

Tinggi Count 13 42 55

% within Ketersediaan Petugas

23.6% 76.4% 100.0%

Total Count 15 46 61

% within Ketersediaan Petugas

24.6% 75.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .274a 1 .600


(5)

Logistic Regression

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak sesuai standar 0

Sesuai Standar 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted peri1

Percentage Correct Tidak sesuai

standar Sesuai Standar

Step 0 peri1 Tidak sesuai standar 0 15 .0

Sesuai Standar 0 46 100.0

Overall Percentage 75.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


(6)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerk e R Square

1 57.390a .160 .239

2 46.964b .292 .435

3 39.027b .379 .563

4 31.183c .454 .675

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001. b. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. c. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a pengetahuanK 2.112 .718 8.653 1 .003 8.267 2.024 33.770

Constant .223 .387 .332 1 .565 1.250

Step 2b pengetahuanK 2.516 .801 9.863 1 .002 12.380 2.575 59.522

motifK 2.498 .902 7.662 1 .006 12.152 2.073 71.233

Constant -.757 .540 1.964 1 .161 .469

Step 3c pengetahuanK 2.748 .946 8.438 1 .004 15.609 2.444 99.666

motifK 2.826 1.054 7.195 1 .007 16.877 2.141 133.054

harapanK 2.261 .897 6.349 1 .012 9.597 1.653 55.730

Constant -2.021 .850 5.658 1 .017 .133

Step 4d pengetahuanK 3.644 1.291 7.963 1 .005 38.241 3.044 480.474

sikapK 2.863 1.257 5.184 1 .023 17.506 1.489 205.763

motifK 4.147 1.473 7.928 1 .005 63.233 3.527 1133.758


Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi dan Persepsi Ibu Hamil tentang Risiko Kehamilan Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2012

8 72 117

Pengaruh Komunikasi Petugas Kesehatan dan Dukungan Tokoh Agama terhadap Perilaku Ibu Balita dalam Imunisasi Campak di Puskesmas Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

3 26 144

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kunjungan Antenatal Care di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota Tahun 2015

0 3 67

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 18

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 2

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 11

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

0 0 38

Pengaruh Dukungan Suami, Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Kunjungan Antenatal Care (Pemeriksaan Kehamilan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Barat

1 3 6

FAKTORFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Bawen)

0 2 79

PENGARUH AKSES DAN MOTIVASI TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN KUNJUNGAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU TAHUN 2015 Oktafiana Manurung

0 0 13